Strategi Promosi Usaha Lewat Tik Tok
KEMPALAN: Bagi kalangan wirausahawan, apapun bentuk medsos, jika itu menguntungkan untuk meningkatkan aset, pasti akan dilakukan. Apalagi beragam medsos di Tanah Air umumnya gratis (namanya saja media sosial).
Tik Tok adalah jenis medsos yang belakangan penggunanya terus meningkat di Indonesia,
total saat ini 157, 6 juta — menjadikan yang terbanyak di dunia. Disusul Amerika Serikat 120,5 juta, Brazil 105, 2 juta, Vietnam 65, 4 juta, dan Filipina 56, 14 juta. Begitulah setidaknya informasi yang saya baca di google.
Yang mengherankan, China Tiongkok negara dimana Tik Tok berasal, tak ada satu pun penggunanya. Tetapi negara dengan penduduk terbanyak ke-2 di dunia (sekarang nomor 1 India), memakai Tik Tok “versi lain” dengan nama Douyin — penggunanya tercatat 750 juta. Merupakan platform medsos paling banyak digunakan di negara itu, tetapi dalam pengawasan dan sensor ketat dari pemerintah.
Nah, sekarang coba tonton Tik Tok di Indonesia dalam kaitan-kaitan promosi dagang. Maka, ada yang menggunakan untuk menjual : baju, celana, jaket, sepatu, jilbab, gamis, dan masih banyak lagi. Bahkan : tisu.
Belum lagi yang menyangkut promosi dan penjualan makanan : kacang kupas, mente, emping, kerupuk, coklat dalam bentuk kemasan ber-merek, kurma, dan lain-lain.
Dan ada yang mempromosikan usaha toko dengan cara yang unik. Nama toko tersebut ‘&R’. Pusatnya di Semarang, punya cabang di Salatiga, Malang, Surabaya (sebagai orang Surabaya saya tidak tahu dimana letaknya), Malang, Tangerang, dan di sejumlah kota lain, sebagaimana informasi yang saya baca di kolom komentar akun Kh K*ng.
Toko ini sepertinya di-segmen-kan untuk kalangan menengah ke bawah. Dan yang dijual meliputi : baju, celana, daster, jilbab, mukena, pakaian batik, sarung, topi, boneka, dan lain sebagainya yang umumnya menyangkut outfit.
Tentu saja, saya tidak dibayar untuk menulis upaya promosi toko tersebut. Tetapi saya menangkap “fenomena” unik dari cara mempromosikan, yang titik sentralnya ada di kasir. Sehingga saya tertarik untuk menulisnya.
Gratis dengan hanya tanda-tangan
Bagaimana bentuk promosinya? Sesekali konsumen yang berbelanja di toko tersebut, tidak membayar alias gratis dengan “dimodali” tanda-tangan oleh orang muda tinggi, ganteng, ramah, usia saya perkirakan 40-an tahun. Saya duga sosok ini kalau tidak owner ya manajer. Mungkin sosok ini yang namanya: Kh Kng.
Di sudut kanan nempel di dinding area kasir, sepertinya dipasang kamera tersembunyi. Saat konsumen mendatangi meja kasir yang lantas dilakukan totalan, datang sosok muda yang saya gambarkan sebagai owner atau manajer tadi, lantas mengambil struk belanja dan melakukan tanda-tangan.
Saat akan menanda-tangani struk tadi, anak muda tersebut menoleh ke pembeli yang ada di sebelah kanannya, lantas mengangguk dan memberi senyum. Selanjutnya meninggalkan bagian depan meja kasir tersebut.
Ketika barang yang dibeli sudah dibungkus dan diserahkan ke konsumen dimana konsumen lantas memberikan sejumlah uang pembelian, maka Mbak Kasir bilang : “Pak/Bu/Mas/Mbak, uangnya disimpan saja, barang yang dibeli sudah dibayar K*h yang tadi berdiri di sebelah…”
Nah, mengamati gesture serta verbalitas pembeli yang sudah digratisin, disitulah menariknya.
Ada yang diam sejenak, ndomblong, lantas mengucapkan terima kasih ke Mbak Kasir. Ada yang langsung bilang terima kasih, lantas tubuhnya diputar ke belakang untuk mencari kemana sang K*h tadi “menghilang”.
Ada yang tidak cukup bilang terima kasih. Setelah barang gratis tadi dibawa, langsung diubeknya toko luas itu.
Ada yang menemukan yang nggratisin itu, lantas mengucapkan terima kasih 2-3 kali. Kh Kng segera, membalas dengan : ” Saya yang seharusnya mengucapkan terima kasih. Karena Bapak telah berkenan mengunjungi toko kami,” seraya membungkukkan badan dan mengatupkan kedua telapak tangan — bersalam namaste.
Namun, ada juga yang tidak ketemu saat dicari. Mungkin yang dimaksud segera ke ruangan lain untuk menemui klien, atau naik ke lantai dua untuk mengontrol bagian tokonya.
Yang menarik, kamera (tersembunyi) yang boleh jadi dipasang di kancing baju team kreatif akun Tik Tok ini, sesekali mengikuti pembeli yang dapat gratisan itu. Pernah ada yang sampai di parkiran motor. Tentu gerak tubuh dan mimik wajah menarik untuk diamati, betapa senang hari itu menerima rezeki tak terduga.
Suatu kali saya lihat seorang cewek berpakaian baju Pramuka –sepertinya sepulang sekolah– membeli boneka untuk kado ulang tahun sepupunya.
Setelah menanda-tangani struk nota untuk diratisin, K*h tadi tidak langsung “menghilang”, tapi mengajak ngobrol adik ber-Pramuka tersebut.
Dari sini saya membatin, betapa santun dan pintarnya gadis belum ABG ini (saya taksir masih kelas 4 atau 5 SD). Antara lain dengan mencium tangan Kh Kng.
Untuk ngecek kebenaran batin saya, lantas saya coba membuka kolom komentar. Ternyata tidak salah suasana batin saya saat itu. Umumnya penonton konten ini, memuji adab gadis ber-Pramuka tersebut.
Terus terang, saya belum pernah melihat konten kreator lain di Tik Tok mirip yang sedang saya tulis ini, baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.
Saya misalkan dalam sehari akun ‘*&R’ ini mengeluarkan dua “paket gratisan” senilai Rp 400.000, ditambah membayar team kreatif untuk 2 orang masing-masing Rp 3.500.000 per bulan, InsyaAllah terbilang murah. Bandingkan jika mempromosikan usaha ini di stasiun televisi, mungkin akan keluar biaya promosi ratusan juta rupiah.
Dan ada dua keuntungan akun di Tik Tok ini: pertama, toko ‘&R’ beserta puluhan cabangnya makin moncer; kedua, Kh K*ng pemilik akun ini makin melimpah cuan-nya dengan pengikut sebanyak 2,7 orang di Tik Tok, dimana video-video pendek akun ini sudah dilihat 67 juta penonton. Tentu, Tik Tok memberi honor untuk akun itu. Saya bayangkan mungkin nilainya di atas Rp 25.000.000 setiap bulan.
Dalam konteks komoditas manufaktur belakangan dikuasai pasar online, kehadiran toko ini dengan didatangi banyak konsumen, sungguh mengherankan, setidaknya sebagaimana saya tonton video-videonya yang banyak mengekspose dan mengeksplore kesibukan toko pusat di Semarang itu.
O ya, ada yang menarik untuk saya sertakan di tulisan ini, yakni dua wanita Satpam yang bergantian jaga di pintu masuk yang katut kesorot kamera dari arah dalam toko.
Mungkin kedua Mbak cantik, tinggi, santun, dengan potongan rambut bak “wanita angkatan” ini, punya obsesi dan cita-cita lain, tidak sekadar Satpam — meski saya yakin mereka tetap mensyukurinya. Saya berharap mereka kelak jadi Polwan, atau Kowal. Kowad, atau Wara.
Saya pun yakin mereka pasti punya obsesi atau cita-cita sebagaimana yang ada di benak saya. (Amang Mawardi).