Antisipasi Kebakaran di Musim Kemarau
Oleh: Ir. Julius Sentosa, M.T., IPM, Dosen tetap Teknik Elektro Universitas Kristen Petra
KEMPALAN: Bulan Agustus merupakan bulan dimana Indonesia memasuki musim kemarau. Salah satu bahaya yang selalu mengancam di musim kemarau adalah bahaya kebakaran. Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran Pemkot Surabaya, mulai 1 Januari hingga 1 Mei 2023 terdapat total 85 bencana kebakaran terjadi di Kota Surabaya. 65% kebakaran terjadi di tempat hunian.
Menurut data Dinas Pemadam Kebakaran Pemkot Surabaya, 90 persen penyebab kejadian kebakaran adalah akibat konsleting listrik, sisanya disebabkan karena kelalaian masyarakat seperti membuang puntung rokok sembarangan, membakar sampah dan lain-lain. Tren kebakaran terbanyak terjadi pada bangunan perumahan. Perbandingan kejadian kebakaran di bangunan rumah dengan kejadian kebakaran di bangunan industri adalah 60:40. Sedangkan kejadian kebakaran di rumah yang sekarang tren adalah karena dipicu pengisian (charge) baterai handphone di dekat barang mudah terbakar.
Mengapa listrik menjadi penyebab utama kebakaran? Mengapa konsleting listrik mudah terjadi? Apa yang harus kita antisipasi agar tidak terjadi kebakaran akibat listrik? Semua pertanyaan sejenis wajib kita ketahui agar kejadian kebakaran dapat diminimalisasi.
Listrik memang sangat diperlukan bagi kehidupan kita namun listrik juga dapat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya bila tidak digunakan dan dikendalikan dengan baik. Kejadian kebakaran dalam pengkonsumsian energi listrik, seperti arus bocor, merupakan hasil dari buruknya instalasi listrik.
Arus listrik yang bocor terjadi karena suatu instalasi listrik yang tidak terpelihara dengan baik (kabel terkelupas, kabel yang tidak tertata rapi, dan lain-lain). Bagi manusia, arus bocor ini dapat menyebabkan bahaya sengatan listrik, kematian dan musibah kebakaran.
Kejadian yang sering terjadi adalah akibat gagalnya isolasi atau adanya kabel berumur tua dan sudah terkelupas. Selain itu gangguan listrik pada instalasi disebabkan oleh beban lebih atau hubung singkat. Perlengkapan isolasi dan pengkabelan yang kurang baik atau kesalahan pemakaian peralatan dapat membahayakan peralatan bahkan kebakaran dan mengakibatkan kematian bagi manusia.
Hal-hal yang dapat kita antisipasi agar tidak terjadi kebakaran akibat listrik adalah pertama kita perlu secara rutin memeriksa saklar di rumah terutama saat memasuki musim kemarau, hal ini disebabkan karena pada musim hujan semut dan atau serangga lainnya akan mencari daerah yang dapat menghangatkan tubuhnya – salah satu tempat yang disenangi serangga adalah saklar sehingga pada awal musim kemarau kita perlu membersihkan bagian dalam saklar. Apabila saklar kotor maka memudahkan terjadinya konsleting listrik.
Kedua, kita menggunakan peralatan listrik yang memiliki standar sehingga peralatan tersebut berkualitas dan kejadian kegagalan isolasi yang dapat menimbulkan bunga api dapat dihindari.
Ketiga, hindari menggunakan satu stop kontak untuk berbagai beban listrik yang berat seperti televisi, rice cooker, setrika, kulkas yang tertancap dalam satu stop kontak, hal ini dapat memicu terjadinya kebakaran karena setiap stop kontak memiliki kapasitas tertentu.
Keempat, jangan mendekatkan handphone dengan barang-barang elektronik yang mudah terbakar saat mengisi baterai handphone karena saat pengisian baterai, terjadi kenaikan suhu pada charger dan baterai.
Kelima, cabut aliran listrik televisi, kompor listrik dan lain-lain saat peralatan tersebut tidak digunakan, jangan hanya sekedar tombol standby.
Keenam, memeriksa instalasi listrik rumah tinggal secara rutin setiap lima tahun, hal ini menganisipasi terjadi kebakaran akibat penuaan isolasi kabel.
Ketujuh, perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran terutama pada pemukiman padat penduduk, pasar, sekolah maupun kawasan industri.
Kedelapan, pembangunan infrastruktur listrik perkotaan yang berkualitas dan memiliki standar sangat penting guna mengantisipasi beragam kejadian kebakaran. Hal ini mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi urban terbesar di Asia Tenggara dan Pasifik. Perkotaan masih menjadi daya tarik besar bagi masyarakat untuk mencari nafkah dan tempat tinggal.
