Erick Thohir Bantah Isu Politisasi Proyek Renovasi JIS

waktu baca 2 menit
Penampakan Jakarta International Stadium (*)

HebatIndonesia – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir membantah tuduhan bahwa rencana renovasi Jakarta International Stadium (JIS) dilakukan untuk menjatuhkan Anies Baswedan. 

Kabar kurang mengenakan sedang menerpa PSSI. Federasi tertinggi Sepakbola Indonesia itu dituduh melakukan politisasi terhadap proyek renovasi Jakarta International Stadium (JIS). 

Isu politisasi ini muncul dari Juru Bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra. Pria kelahiran 1971 itu menuding bahwa rencana renovasi JIS merupakan akal-akalan untuk menjatuhkan nama Anies Baswedan. 

“Tiba-tiba ada yang jadi ahli rumput hanya untuk menunjukkan kekurangan JIS. Jelas ini hanya ditujukan untuk politisasi capres Anies Baswedan,” kata Surya, dikutip dari Tribunnews.com.

Tuduhan ini kemudian dibantah secara langsung oleh Erick Thohir. Ketua Umum PSSI itu menegaskan bahwa renovasi JIS dilakukan demi memperbaiki fasilitas yang tak sesuai dengan standar FIFA. 

“Kalau ada tuduhan ini politik, ya biarin aja, saya sih nggak mau pusing. Kalau saya kan kerja profesional, saya lakukan yang sesuai dengan standard-standard yang memang ada,” kata Erick, dikutip dari Kompas. 

Erick juga menjamin bahwa renovasi JIS dilakukan bukan untuk menyerang mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pria berusia 53 bukanlah menegaskan bahwa dirinya bukan orang yang suka mempolitisasi olahraga.

“Saya bukan jadi bagian orang yang mempolitisasi daripada olahraga. Track record saya di olahraga sudah cukup lama lah, di basket, di sepak bola apa segala, enggak lah,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu.

Selain itu, Erick juga menjelaskan bahwa stadion yang dinyatakan berstandar internasional belum tentu juga memenuhi standard Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

“Nah, artinya apa, dia punya standard, nah standar FIFA di mana? Lebih tinggi lagi.” imbuh mantan CEO Intan Milan itu

“Kalau dibandingkan langsung dengan lapangan di Inggris, ya kualitasnya memang bagus, tetapi saya yakin ketika Piala Dunia ada di Inggris, standardnya lebih tinggi lagi.” tutup Erick. 

(*) Edwin Fatahuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *