Setelah Sunny dan Surya Siapa Lagi? (PSI dan Perlawanan Dari Dalam)

waktu baca 3 menit
Surya Tjandra, kader PSI.

KEMPALAN: Surya Tjandra mesti buka suara. Ia tak hendak menutup-nutupi apa yang dibuat Anies Baswedan di Jakarta. Sepertinya ia tak sanggup untuk tidak bicara jujur, bicara sebenarnya tentang Gubernur DKI Jakarta itu.

Sebagai mantan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), yang juga politisi senior Partai Solidaritas Indonesia (PSI), ia memandang bahwa dalam konteks reforma agraria yang merupakan visi presiden bidang pertanahan mampu dieksekusi Anies di Jakarta dengan baik.

Batin Surya Tjandra sebagai politisi PSI sulit untuk berkata tidak sebenarnya. Meskipun itu akan berbenturan dengan partainya, yang memilih berjarak dengan Anies. PSI memang getol mengkritisi Anies. Mengkritisi tanpa pijakan jelas, asal-asalan. Seperti partai ini dibentuk dan bekerja hanya untuk mengkritisi Anies saja.

Tapi Surya Tjandra memilih berkata jujur dengan apa yang dilihat berdasarkan pengalamannya tentang Anies Baswedan. Ia merasa tak masalah jika mesti suaranya itu tak sesuai misi partai, yang menganut asas pokoknya Anies mesti dilihat dan dinyatakan buruk.

Semacam pemberontakan dalam batinnya, dan itu harus disuarakan dengan sebenarnya. Meskipun kawan se-partai masih asyik tidur panjang, tak hendak siuman melihat Anies Baswedan dengan berbagai karyanya.

Surya Tjandra bicara tentang Anies dengan data yang dipunya–tentang reformasi agraria. Katanya, Anies itu mampu menjalankan visi Presiden Joko Widodo bidang pertanahan dengan baik. Bahkan Anies jadi role model kepala daerah lainnya.

Ungkapan Surya Tjandra itu penuh risiko. Setidaknya muncul tuduhan, bahwa sikapnya itu hanya berdasar sakit hati lantaran dicopot selaku wakil menteri. Surya Tjandra tampaknya sudah menghitungnya matang. Menghitung dengan akal sehat. Ia tak perdulikan tuduhan yang muncul menggebuknya.

Belum lagi suasana “senggol-senggolan” yang akan diterimanya dari sesama kader PSI, yang pastinya membuat perasaan tidak nyaman. Meski ia masih tetap tak hendak meninggalkan PSI. Tidak seperti kader senior PSI lain, Sunny Tanuwidjaya yang langsung memilih meninggalkan partai.

Sunny, yang mantan Sekretaris Dewan Pembina PSI, memilih hengkang dan terang-terangan menyatakan alasannya, agar ia bisa mendukung Anies Baswedan dalam pilpres 2024. Surya Tjandra, meski memilih tetap berada di PSI, tapi siap jika diminta untuk menjadi tim sukses Anies Baswedan.

Tapi pada waktunya sepertinya ia akan melompat juga, agar tak terkesan bermain dua kaki. Perlawanan terang-terangan sebagian kader PSI dari dalam itu sudah dimulai. Siapa berikutnya menyusul Sunny dan Surya, tidak ada yang tahu. Tapi tampaknya geliat resah diinternal PSI sulit bisa dihentikan.

PSI ibarat kapal oleng yang tak tentu lajunya. Dihantam gelombang besar internalnya. Tak mustahil kader potensialnya lebih memilih berlompatan satu per satu, mencari tempat pengabdian yang lebih baik.

Jika saja Giring Ganesha, Grace Natalie, Guntur Romli dan beberapa kader lainnya memilih masih ingin tetap di sana, ya tidak masalah. Biar saja jika terus memilih menyanyikan lagu sumbang tentang Anies Baswedan. Agar sejarah baik dan buruk bisa dicatat dengan sebenarnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *