Wayang
KEMPALAN: Wayang adalah bayangan. Pertunjukan wayang kulit adalah bayangan atau refleksi kehidupan. Begitu kata orang Jawa mengenai filosofi wayang. Karena itu, ada penggemar berat wayang yang menonton pertunjukan itu dari balik layar sehingga benar-benar menyaksikan wayang atau bayangan yang sesungguhnya.
Filosofi wayang menjadi bagian dari filosofi hidup manusia Jawa. Pertarungan tidak pernah henti ‘’perpetual fight’’, antara kebaikan dan keburukan, antara kiri dan kanan, antara yang haq dan yang batil. Pertarungan abadi itu diejawentah dalam persaingan dan peperangan antara Kurawa melawan Pandawa yang penuh intrik dan tipu muslihat.
Perang adalah tipu muslihat. Segala cara bisa ditempuh untuk memenangkan perang. Intrik, fitnah, penipuan, intimidasi, penyiksaan, pembunuhan, semua adalah bagian dari strategi perang untuk menghancurkan lawan dan menegakkan keadilan.
Kurawa adalah koalisi seratus orang bersaudara dipimpin oleh Prabu Duryudana, seorang raja yang kuat secara fisik, tinggi besar, dan punya kesaktian tinggi. Duryudana harus memimpin koalisi seratus saudaranya yang punya karakter sangat beragam, dari mulai yang paling culas sampai yang mirip penjahat. Tapi, di kalangan koalisi Kurawa atau Astina itu juga banyak terdapat pangeran, raja, dan pandita yang berakhlak mulia.
Pandawa atau Amarta hanya terdiri dari lima bersaudara Puntadewa, Bimasena, Arjuna, dan si kembar Nakula-Sadewa. Pandawa dan Kurawa bersaudara dekat karena dilahirkan dari satu bapak dan beda ibu. Tetapi terjadi ‘’sibling rivalry’’, rivalitas antar-keluarga, sejak masa kecil, dan Pandawa yang minoritas selalu menjadi bahan rundungan mayoritas Kurawa.
BACA JUGA: Pertunjukan WaKasus Parigi Moutong, Kapolda Sulteng Harus Dievaluasiyang Foto: infopublik.id
Perpetual fight, pertarungan abadi itu akhirnya harus ditentukan melalui pertempuran besar Baratayuda. Dua kerajaan beserta semua sekutunya berhadapan di palagan Padang Kurusetra untuk menjalani partai grand final, untuk menentukan siapa yang akan menjadi juara dan menjadi penguasa dunia.
Baratayuda adalah the judgment day, hari pengadilan, dan menjadi the moment of truth, momen kebenaran, untuk memastikan bahwa kebaikan akan menang di dunia. Pandawa, sebagai pejuang kebenaran, pada akhirnya memenangkan pertempuran besar itu.