Yesus Kristus Lebih Tinggi karena Nama-Nya
Oleh: Pdt. David Tong, Ph.D.
KEMPALAN: (Eksposisi Kitab Ibrani ke-8: Ibr.1:4-6)
Minggu lalu saya bicara satu tema yang penting, yakni “Dosa Dan Solusi Dosa”. Begitu dahsyat dosa tersebut dan oleh karena itu solusi dari problem dosa bukanlah satu solusi yang gampang. Dosa demikian serius, memutuskan hubungan kita dengan Tuhan. Pada hakekatnya dosa adalah perlawanan kita terhadap Tuhan. Tidak ada satu dosa pun yang kita lakukan yang hanya masalah horizontal saja –saya bersalah kepadamu! Dosa lebih dari konsep salah.
Dosa lebih dari hanya satu orang bersalah kepada orang yang lain. Paulus mengatakan bahwa dosa adalah satu perlawanan aktif yang kita lakukan terhadap Allah (Rom.8:7). Kita bukan melawan Tuhan, karena kita tidak tahu Tuhan itu ada atau tidak tahu siapa Tuhan, sehingga tanpa sadar kita melawan Tuhan. Rom.8:7 mengatakan, akal budi yang adalah daging (the mind that is set on the flesh) melawan Tuhan, terus mau berseteru dengan Tuhan. Tidak mungkin kita bisa menyenangkan hati Tuhan, karena natur kita natur yang melawan Tuhan.
Dosa bukan hanya membuat kita terpisah dari Tuhan. Terlebh lagi, satu perbuatan dosa Adam medatangkan hukuman kekal bagi Adam. Banyak orang bertanya, apakah adil kalau karena satu dosa yang dilakukan dalam satu waktu yang temporal, akhirnya Tuhan memberikan penghukuman kekal?
Jawabannya bukan masalah kuantitas –berapakali atau berapa lama kita berdosa– tapi kepada siapa kita berdosa. Kepada siapa Adam berdosa? Adam yang adalah ciptaan berdosa kepada Allah yang Pencipta. Adam yang sementara berdosa kepada Allah yang kekal. Oleh karena itu hukuman dosa sepantasnya adalah satu hal yang kekal dan tidak terbatas, karena dia berdosa kepada Tuhan yang tidak terbatas. Pertanyaan lebih penting, apa dasarnya sehingga ada satupun dalam dalam dunia ciptaan ini yang dapat menggantikan dosa kita kepada Tuhan Pencipta?
Apa logikanya hal-hal sementara dalam dunia ini bisa menggantikan dosa kita kepada Tuhan yang kekal itu? Tidak ada satu pun dalam ciptaan ini bisa menggantikan dosa kita terhadap Allah yang tidak terbatas yang adalah Pencipta. Ibr.10:11, semua imam harus berdiri senantiasa –kata ‘berdiri setiapkali/setiap hari’ tidak tercatat dalam Alkitab versi terjemahan bahasa Indonesia (they stand daily).
Di dalam bait Allah tidak ada kursi dan tidak mungkin Imam Besar dan imam-imam duduk, karena mereka tidak pernah bisa berhenti mengadakan penyucian dosa. Mereka setiap hari melakukan pengorbanan –korban bakaran yang sama terus mereka berikan– tapi korban bakaran tersebut dicatat tidak bisa mengampuni dosa manusia, karena memang tidak ada satu pun dalam dunia ini bisa memberikan pengampunan bagi kita ketika kita sudah bersalah kepada Tuhan yang kekal tersebut. Ibrani menuliskan kepada kita, khususnya juga kepada orang-orang orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen pada zaman itu dan sedang menghadapi segala aniaya. Mereka akhirnya terus berpegang kepada Kristus.