Metaverse: Simulakrum Next Level
KEMPALAN: Dalam dunia film Marvel Comic Universe (MCU) di seri Spiderman: No Way Home, penonton disuguhkan sebuah dunia paralel: multiverse. Dunia lain yang berjalan beriringan dengan dunia kita saat ini dengan berbagai sosok dan peran yang sama. Ilmu fisika sebenarnya memperdebatkan eksistensi dunia paralel tersebut, namun di dunia nyata, kita pun dikenalkan realitas yang juga nanti akan berdampingan dengan dunia kita, sebuah metaverse. Ini tidak diperdebatkan karena dunia paralel yang nyata.
Metaverse diprediksi akan menjadi sebuah dunia baru, yang bisa dimasuki semua orang dengan semua orang memilik “avatar”-nya sendri. Semua dibuat mirip dengan dunia aslinya, dalam interaksi sosial yang serupa. Hanya saja dalam bentuk digital secara visual. Bahkan, dunia metaverse ini ada dampak ekonominya, karena adanaya mekanisme kapitalisasi: NFT (Non Fungible Token)
NFT adalah aset digital sebagai bukti kepemilikan barang yang dapat dibeli dengan mata uang kripto. NFT dapat meliputi beragam media, mulai dari karya seni, klip video, musik, dan sebagainya. NFT adalah kepemilikan yang tidak bisa diduplikasi karena aset in menjadi milik individu.
Aset ini bahkan pada “tanah” virtual yang mejadi wilayah “kekuasaan” personal. Bahkan kini banyak produk-produk internasional yang telah memiliki lahan-lahan di dunia virtual tersebut dimana ia akan menjajakan produknya secara virtual kepada orang-orang virtual. Dan nantinya tentu metaverse pun akan ada perundang-undangannya yang dikelola oleh para pempimpin virutal dengan negara yang juga digital.
Metaverse atau meta semesta merupakan bagian Internet dari realitas virtual bersama yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata dalam dunia internet tahap kedua. Meta semesta dalam arti yang lebih luas mungkin tidak hanya merujuk pada lingkungan virtual yang dioperasikan oleh perusahaan media sosial tetapi seluruh spektrum realitas berimbuh (augmentd reality). Istilah ini muncul pada awal 1990-an, dan dikritik sebagai metode membangun hubungan masyarakat dengan menggunakan konsep spekulatif, “berlebihan” murni berdasarkan teknologi yang ada.
Sementara dianut oleh beberapa perusahaan teknologi seperti Facebook, Microsoft dan lain-lain, kekhawatiran tentang dampak pada masyarakat modern ketika semua interaksi orang ke orang secara efektif otonom. Singkatnya, Metaverse adalah ruang virtual yang dapat diciptakan dan dijelajahi dengan pengguna lain tanpa bertemu di ruang yang sama.
Hal tersebut, replika realitas dalam dunia digital, tidakah mengherankan. Memang manusia telah sejak dulu ingin menciptakan dunia-dunia baru dengan melakukan salin-menyalin realitas. Sejak zaman Yunani Kuno (2.500 SM), Plato sudah berbicara tentang salin menyalin realitas itu dalam istilah simulakrum. Namun sejak itu, konsep ini pun akhirnya mengalami proses genealogis hingga pada wujudnya yang sekarang dimana ia teah mewujud yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari: tentang salin menyalin realitas.
Next: Salin menyalin realitas telah terjadi dari yang sederhana sampai yang kompleks