Life of Silence, Film Dokumenter Karya Mahasiswa Ilmu Komunikasi UK Petra Soroti Kehidupan Difabel

waktu baca 2 menit
Mahasiswa UK Petra pembuat film LOS, (Ki-Ka) Thomas Lesmono, Sisilia, Chellent Karunia (tengah-kacamata), Putri Kurnia dan Nicholas Abdiel.

Surabaya-KEMPALAN: Life of Silence, film dokumenter karya mahasiswa semester lima Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi UK Petra menggelar screening pada hari Selasa, 21 Desember 2021 di CGV Cinemas BG Junction Surabaya mulai pukul 13.00 WIB.

Film Life of Silence (LOS) bergenre Dokumenter Biografi itu dibuat oleh Thomas Lesmono, Chellent Karunia, Putri Kurnia, Sisilia dan Nicholas Abdiel. Film berdurasi 20-25 menit ini berkisah mengenai tokoh utamanya, Maulana Aditya. Ia merupakan seorang pemuda aktivis tuli asal Kota Pasuruan.

Maulana Aditya, pemeran utama Life of Silence-seorang teman tuli asal Pasuruan.

“Film ini merupakan project akhir semester dari mata kuliah Film Dokumenter. Thomas dan kelompok berinisiatif mempublikasikan filmnya kepada khalayak bekerjasama dengan CGV. Lewat diskusi dan segala masukan diharapkan semakin menyempurnakan produk komunikasi yang dihasilkan oleh Thomas dan kawan-kawan ini,” urai Daniel Budiana, S.Sos., MA., selaku dosen pengajar Mata Kuliah Film Dokumenter.

Potret yang diambil adalah kehidupan sehari-hari Aditya dalam menjalankan aktivitas kesehariannya mulai berbisnis dan bersosialisasi bahkan pergumulannya sebagai kaum difabel di Indonesia. Tak main-main, kelompok mahasiswa angkatan 2019 inipun melakukan serangkaian observasi terlebih dahulu yaitu observasional dan wawancara.

Screening film karya mahasiswa UK Petra.

“Kami membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk membuatnya, sejak bulan September. Prosesnya kami menentukan topik film, menetukan konflik dan alur cerita. Baru kemudian kami membuat jadwal syuting lalu syuting baru kami melakukan editing,” tambah Putri.

Jika dicermati, dari film LOS ini ada beberapa pernyataan yang disampaikan dengan Bahasa isyarat oleh tokoh utama. Maka dari itu beberapa peristiwa penting bahkan direkam menggunakan kamera statis agar dapat fokus pada narasumber yang sedang bercerita.

Life of Silence.

Pada screening film ini juga hadir, Agustinus Dwi Nugroho, akademisi sekaligus pengurus komunitas film Montase, Yogyakarta sebagai penanggap. Sebagai pribadi yang berpengalaman dalam memproduksi film dokumenter dan film fiksi serta rajin mengikuti beberapa festival di dalam maupun luar negri, kehadiran Agustinus Dwi Nugroho memberikan banyak masukan kepada Thomas dan kawan-kawan untuk semakin menyempurnakan karya mereka.

Sementara itu, Thomas yang berperan sebagai sutradara dalam film LOS ini mengungkapkan harapannya dengan adanya film ini maka masyarakat luas akan semakin menghargai keberadaan teman Tuli. “Tim kami merasa lingkungan sekitar kami belum sadar dan peduli terutama dengan teman-teman tuli. Maka dari itu, kami ingin membuat sesuatu yang bisa menjadi pengingat bagi masyarakat tentang kondisi teman-teman tuli,” tutup Thomas. (*)

Editor: Freddy Mutiara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *