Kekurangan Patung Pahlawan Perempuan di Kosovo, Pematung: Bukan Prioritas Pemerintah

waktu baca 3 menit
Patung peraih medali emas Olimpiade Kosovo, Majlinda Kelmendi di kota Peja/Pec pada Februari 2020/EPA-EFE/VALDRIN XHEMAJ.

PRISTINA-KEMPALAN: Ada beberapa patung wanita Albania yang secara historis penting bagi Kosovo, di mana sebagian besar monumen tokoh-tokoh penting dan pemimpin gerilya dari perang tahun 1990-an untuk memperingati kemerdekaan ialah laki-laki.

Santo Katolik pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Bunda Teresa, peraih medali emas judoka Majlinda Kelmendi, dan pemimpin pemberontak Albania awal abad ke-20, Shote Galica, termasuk di antara sedikit wanita yang dihormati dengan patung yang menandai pentingnya sejarah mereka di Kosovo.

Ibu kota Kosovo, Pristina, juga merupakan rumah bagi monumen Heroinat (Pahlawan Perempuan), yang memperingati korban kekerasan seksual di masa perang. Tetapi meskipun ada beberapa patung dan tugu peringatan lain di seluruh negeri yang didedikasikan untuk perempuan Tentara Pembebasan Kosovo (Kosovo Liberation Army/KLA), gerilyawan KLA yang bertempur dan tewas dalam perang 1998-99, tidak ada penghormatan seperti itu kepada perempuan beretnis Albania di Kosovo lainnya yang telah memberikan kontribusi penting kepada masyarakat di bidang sains, seni atau politik.

Pematung terkenal Kosovo, Arjeta Miftari, yang telah berpameran di seluruh dunia, menyalahkan situasi tersebut karena kurangnya inisiatif publik untuk mendesak patung baru wanita terkemuka, dan ketidaktertarikan dari lembaga yang ada.

“Saya sudah lima atau enam kali memberikan ide kepada lembaga negara tentang pembuatan patung perempuan, tapi saya tidak disimak karena hal itu bukan prioritas mereka,” kata Miftari seperti yang dikutip Kempalan dari Balkan Insight. Ia menambahkan bahwa alasan lain kenapa begitu sedikit patung perempuan adalah kurangnya kesadaran mengenai capaian profesional perempuan di negaranya.

Wanita yang telah meninggalkan jejak mereka dalam sejarah Albania dengan pencapaian mereka dan yang dapat diabadikan dalam batu termasuk penulis perintis Musine Kokalari, arsitek wanita Albania pertama Valentina Pistoli dan ahli bedah wanita Qemoran Toptani, atau penulis dan jurnalis Nexhmije Zaimi, yang bekerja untuk Badan intelijen AS selama Perang Dunia II dan menjadi salah satu jurnalis wanita Amerika pertama yang melaporkan dari Timur Tengah pada 1950-an.

Kritikus seni Ilir Muharremi berpendapat bahwa kurangnya patung wanita adalah konsekuensi dari pemikiran kuno dalam masyarakat Kosovo yang didominasi pria. Ia juga berpendapat bahwa perempuan harus bangkit dan mengambil inisiatifnya sendiri dalam permasalahan ini.

“Wanita perlu lebih banyak bersuara. Mereka terbiasa diam karena mentalitas lama,” desaknya.

Adapun Badan Manajemen Peringatan Kosovo mengatakan bahwa mereka hanya membangun satu patung wanita, mantan Tentara Pembebasan Kosovo, gerilyawan KLA Hyre Emini, di kota Ferizaj/Urosevac. Sementara Direktur Badan Pengelola Tugu Peringatan Bislim Zogaj mengatakan, pada tahun ini juga ada permintaan untuk membangun tugu ulang untuk petarung perempuan KLA.

“Ini tentang pembangunan patung Myrvete Maksutaj di Peja. Kami belum punya permintaan lain untuk kepribadian lain,” kata Zogaj.

Kota Prizren juga kekurangan patung wanita, kata direktur pemerintahan kota, Osman Hajdari. Ia menyampaikan bahwa kotanya tidak memiliki patung perempuan tapi juga tidak ada permintaan untuk membangun patung semacam itu. Sementara Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gjilan/Gnjilanje, Deniza Ajeti mengatakan, Pemkotnya juga sedang mengerjakan sebuah monumen baru bernama ‘Srikandi Kota’, yang akan dipasang di alun-alun di depan Teater Kota.

“Inisiatif ini dimulai oleh aktivis perempuan di Gjilan. Karya seni ini dipersembahkan untuk semua perempuan biasa yang telah memberikan kontribusi vital di semua bidang di Gjilan,” jelas Ajeti.

Patung pejuang wanita dari KLA Xheva Krasniqi-Lladrovci adalah satu dari delapan kemungkinan tokoh masa perang yang berdiri di alun-alun pusat kota Drenas/Glogovac. Krasniqi-Lladrovci, seorang mayor jenderal, pangkat tertinggi yang diraih oleh seorang pejuang KLA wanita, tewas bersama suaminya pada tahun 1998. (Balkan Insight, rez)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *