Taliban Peringatkan AS untuk Tarik Mundur Pasukannya
MOSKOW-KEMPALAN: Emirat Islam Afghanistan (EIA) alias Taliban memperingatkan pemerintah Amerika Serikat pada Jumat (19/3) agar tidak melanggar tenggat waktu penarikan pasukan Amerika dan Nato dari Afghanistan pada 1 Mei. Mereka juga menjanjikan “reaksi” yang dapat berarti serangan yang semakin menjadi-jadi dari kelompok tersebut.
Taliban mengeluarkan peringatan mereka pada konferensi di Moskow, sehari setelah pertemuan dengan negosiator dari pemerintah Afghanistan dan pengamat internasional untuk mencoba memulai proses perdamaian yang terhenti guna mengakhiri perang selama beberapa dasawarsa di Afghanistan.
“Mereka harus pergi,” ujar Suhail Shaheen, seorang anggota tim negosiasi Taliban, mengatakan kepada wartawan, memperingatkan bahwa keberadaan pasukan asing setelah 1 Mei akan melanggar kesepakatan. “Setelah itu akan menjadi semacam pelanggaran kesepakatan. Pelanggaran itu tidak akan dari pihak kita. . . Pelanggaran mereka akan mendapat reaksi.”
Namun, ia tidak merinci bentuk “reaksi” yang akan diambil, tetapi sesuai dengan perjanjian yang mereka tandatangani pada Februari 2020, EIA tidak menyerang pasukan AS atau NATO, bahkan ketika pemboman yang tidak diklaim dan pembunuhan yang ditargetkan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
“Kami berharap hal ini tidak akan terjadi, mereka mundur dan kami fokus pada penyelesaian, penyelesaian damai masalah Afghanistan, untuk mewujudkan gencatan senjata permanen dan komprehensif di akhir pencapaian peta jalan politik (untuk) Afghanistan,” kata Shaheen seperti yang dikutip Kempalan dari News 95.7.
Dia juga menegaskan kembali bahwa Taliban tegas pada permintaan mereka akan pemerintahan Islam. Shaheen tidak merinci seperti apa pemerintahan Islam itu atau apakah hal itu berarti kembali ke aturan represif mereka yang menolak pendidikan anak perempuan, melarang wanita bekerja, dan menjatuhkan hukuman yang keras.
Ia juga tidak menyebutkan apakah Taliban akan menerima pemilu, tapi menekankan bahwa pemerintahan Presiden Ashraf Ghani tidak cocok dengan pemaknaan mereka terhadap pemerintahan yang Islami. EIA juga tidak menjanjikan bahwa mereka tidak akan melancarkan serangan meskipun didesak oleh AS, Rusia dan Cina.
Shaheen menekankan bahwa Taliban akan tetap pada tujuan membangun negara Islam. Dia berpendapat bahwa Afghanistan sendiri harus menentukan perintah pemerintah mereka tanpa campur tangan dari luar. Dia menambahkan bahwa pembicaraan di Doha harus membantu menentukan struktur pemerintahan di masa depan.
“Saya memulai Jihad untuk menyingkirkan pasukan asing dari negara saya dan mendirikan pemerintahan Islam dan Jihad akan terus berlanjut sampai kita mencapai tujuan itu melalui kesepakatan politik,” kata Khairullah Khairkhwa, anggota tim perunding dari pihak EIA.
Konferensi Moskow dihadiri oleh utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad, Abdullah Abdullah, kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, dan salah satu pendiri Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar, yang memimpin 10 anggota delegasi. Perwakilan Pakistan, Iran, India dan Cina juga berpartisipasi. (News 95.7, rez)
