Kertajati Terancam Sepi, DPR Desak Optimalisasi Bandara dan Keterlibatan Masyarakat Jawa Barat
Jakarta – Anggota Komisi VII DPR-RI, Bambang Haryo Soekartono, menyampaikan kekhawatirannya terhadap masa depan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang hingga kini belum menunjukkan geliat operasional signifikan. Dalam keterangannya, ia menyoroti akumulasi utang yang telah jatuh tempo dan menjadi beban berat bagi pengelola bandara.
“Utang yang selama ini ditunda-tunda sudah jatuh tempo. Beban bunga dan cicilan pokoknya kini menjadi tanggung jawab besar bagi pengelola. Ini tidak bisa terus dibiarkan,” ujar Bambang, Rabu (16/7).
Ia menjelaskan bahwa penurunan jumlah pengguna Bandara Kertajati terjadi secara drastis, terutama setelah beroperasinya Kereta Cepat Whoosh yang menghubungkan Jakarta-Bandung. Warga Bandung dinilai lebih memilih moda transportasi cepat dan mudah, sementara fasilitas Bandara Kertajati dianggap masih minim.
“Fasilitas pendukung bandara belum memadai. Apalagi dengan dibukanya kembali Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Kertajati semakin tidak menjadi pilihan,” ujarnya.
Padahal, menurutnya, BIJB Kertajati telah menghabiskan anggaran besar mencapai Rp2,8 triliun, dan masih ditambah pembangunan Tol Cisumdawu senilai Rp18,3 triliun yang dibangun untuk menunjang akses ke bandara tersebut.
Melihat besarnya investasi negara dalam proyek ini, Bambang meminta semua pihak, termasuk pemerintah provinsi, kabupaten/kota, BUMN, serta masyarakat Jawa Barat untuk berkontribusi aktif dalam menghidupkan bandara tersebut.
“ASN di lingkungan Pemprov Jawa Barat dan seluruh kabupaten/kota, termasuk pegawai BUMN, harus menjadi pengguna aktif Bandara Kertajati. Ini bentuk tanggung jawab moral atas uang rakyat yang sudah digelontorkan,” tegasnya.
Tak hanya untuk penerbangan reguler, Bambang juga mendorong agar keberangkatan jamaah umrah asal Jawa Barat diprioritaskan melalui Bandara Kertajati. Saat ini, lebih dari 90% masih diberangkatkan dari Bandara Soekarno-Hatta.
“Pemerintah daerah perlu membuat regulasi dan mendorong keberangkatan umrah dilakukan dari Kertajati, agar demand meningkat dan bandara bisa hidup,” tambahnya.
Bambang berharap kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha penerbangan, serta masyarakat dapat mengembalikan fungsi strategis Bandara Kertajati sebagai gerbang udara utama Jawa Barat.









