ODGJ di Balik Pagar

waktu baca 2 menit
Ilustrasi pasien rumah sakit jiwa (*)

KEMPALAN : Sebuah kendaraan roda empat yang ditumpangi beberapa orang, tiba-tiba berhenti di samping rumah sakit jiwa (RSJ) lantaran ban kempes.

Sopir lantas keluar dari kendaraan itu. Ia kelihatan bingung dan panik. Ternyata di kendaraan tersebut tidak ada ban serep. Untung terlihat tukang tambal ban beberapa meter dari lokasi mobil berhenti. Segera dilakukan perbaikan.

Saat ban mengalami proses penambalan, beberapa penghuni RSJ dari balik pagar berkisi-kisi, melihat situasi itu dengan wajah-wajah kosong.

Saat ban selesai ditambal dan akan dipasang di as roda, salah seorang penumpang yang semula tidur di dalam mobil lantas bangun dan keluar. Celakanya, tanpa sengaja menyepak mur-mur yang akan dipasangkan di as roda ban yang habis ditambal, akibatnya masuklah mur-mur ke kali deras dekat tukang tambal tersebut.

Bingung dan panik jilid II pun mencuat. Padahal untuk mencapai tujuan masih 20 kilometer lagi.

Tiba-tiba salah seorang yang berdiri di balik pagar halaman RSJ itu nyeletuk dengan datar, “Bapak jangan bingung, mur-mur yang ada di tiga ban lainnya ambil satu-satu, pasangkan ke as yang murnya tadi kesepak. Jalankan mobil pelan-pelan. Kalau sudah sampai kota beli empat mur di toko onderdil, lantas pasang lagi masing-masing satu di tiap ban…”

Semua penumpang segera menolehkan wajah ke arah orang-orang di balik pagar. Salah seorang yang dianggap tetua rombongan kendaraan itu lantas berkata dengan nada menyepelekan “Hebat ya kamu, punya usulan seperti itu, padahal kamu kan gila.”

Dengan nada seperti saat mengusulkan pemasangan mur-mur yang sebaiknya diambil dari tiga ban lainnya, pasien tadi menjawab pelan, “Saya memang gila, tapi belum tentu bodoh…”


Saya tidak tahu, apakah ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) pada saat-saat tertentu, kejiwaannya kembali normal. Butuh penelitian atau searching lebih lanjut.

Atau jangan-jangan orang yang usul tadi sudah sembuh problem kejiwaannya, tetapi sedang menunggu kepulangannya, lantas berbaur dengan teman-temannya yang masih diterapi. Begitu seenggak-enggaknya “uthak athik gathuk”-nya.

Ya, seperti itulah anekdot diciptakan, dicari plot twist yang bener-bener sarat kejut sekaligus menohok.

Mungkin yang bisa dipetik dari anekdot ini bahwa tidak ada sesuatu yang absolut di dunia, kecuali Sang Pemilik Hidup.

Orang gila belum tentu bodoh. Orang bodoh belum tentu tidak bijak. Orang yang kelihatannya bijak seperti tetua rombongan kendaraan yang bannya kempes itu, ternyata kempes hatinya –tidak punya empati– merendahkan orang-orang malang pasien RSJ itu. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *