Dari Dunia Informasi ke Spiritual hingga Jelajah Negeri Para Nabi
Oleh: No Ferry No Happy
Catatan Hidayah Diri
Ferry Is Mirza (fim)
menyemangati Hari Pahlawan 10 Nov 24
KEMPALAN : Pasca mundur dari Jawa Pos tahun 2002, saya bekerja di group hotel terbesar di Batu. Selama setahun setengah, hingga awal 2004 di perusahaan yang merupakan salah satu ikon kota wisata itu, saya duduk dijajaran direksi sebagai Direktur SDM-HRD dan General Affairs. Perusahaan yang mengelola properti villa, hotel resort dan kebun petik buah apel-strawberry-jambu-paprina serta industri produksi minuman segar, kebetulan pemiliknya adalah karib saya ketika jadi aktivis jaman kuliah di Unej 78-an.
Lepas dari Batu, saya balik ke Surabaya, ‘membidani’ lahirnya kembali Suara Indonesia (SI) yang diambil lagi oleh alm Eddy Rumpoko (ER). Di SI baru yang berkantor di jalan Irian Barat 7-9 itu, saya berkumpul bersama Dhimam Abror, alm Sholihin Hidayat, Didik Pujiyuwono, M Anis, alm Darmadewangga dan M Hakim serta M Zaki. Sedangkan Biro Jakarta, dikoordinir Cik Bahar Maksum dan alm Alfian Mujani.
Ditengah menangani SI wajah baru ini, bertepatan menjelang pencalonan walikota- wakil walikota Surabaya. Nah, sudah takdir, saya diberi amanah, Mas Arif Afandi yang digandeng Bambang DH, memberi kepercayaan saya sebagai Spri sejak masa kampanye hingga Mas Arif menjabat wakil walikota Surabaya.
Namun, entah karena prosedure birokrasi atau lantaran sesuatu hal, (sampai hari ini alasan pastinya saya tidak tahu dan saya positif thinking) di awal 2005 saya tidak lagi menjadi Spri Mas Arif.
Sejak itu saya kembali aktif di dunia menulis dan di kepengurusan PWI Jatim. Untuk mencari nafkah dan rezeki, saya menerbitkan tabloid sepakbola GreenForce yang kantor redaksinya sewa disalahsatu ruangan di balai wartawan gedung PWI Jln Taman Apsari, Joko Dolog.
Kala itu Mas Abror akan maju pemilihan Ketua PWI Jatim priode kedua. Lagi-lagi, saya dipercaya menjadi tim sukses pemenangan. Alhamdulillah, Mas Abror terpilih kembali setelah bersaing dengan sahabat Rusdi Amral (waktu itu Pimred Surya, Kompas) dan saudaraku Luthfil Hakim (ketika itu Kabiro Bisnis Indonesia Wil Intim).
Saat pemungutan suara di balai wartawan Taman Apsari itu, lagi-lagi Allah Ta’ala mentakdirkan saya bertemu famili yang hampir dua puluh tahun lebih tidak pernah berjumpa. Karena saya mengira ia ikut berdomisli (tetap) di Makkah. Ternyata, ia bos sebuah kantor berita online terkenal di Jakarta. Dia hadir di acara pemilihan Ketua PWI Jatim sebab mendukung sahabat Rusdi Amral-Lutfil.
Orangtua famili saya itu –saya memanggilnya Ambo’– yang sejak tahun 70 hijrah dan tinggal di Makkah. Ambo’ dan isteri –Tante Asma– tinggal di Makkah terakhir di daerah Baqaqurais hingga beliau berdua wafat dimakamkan di tanah suci kuburan Ma’la.
Sewaktu masih sehat, alm Ambo, setiap tahun, mudik ke rumah keluarga di kawasan Perak Timur depan masjid Mujahiddin, Surabaya. Nah, dari pertemuan dengan famili tadi, jalan ‘baru’ saya dapatkan.
Saya ibarat menerima ‘wahyu’ atau hidayahNYA. Kenapa?
Karena setelah saya membuka komunikasi dengan Tante (wafat 2013) dan alm Ambo, rasanya ada sesuatu. Terlebih, kata alm Ambo, (sampai sekarang terpatri dalam ingatan saya) “Fer, kamu sudah umur (waktu itu saya 50 tahun, red) ayo berhajilah atau umrah. InsyaAllah kamu akan mendapat barakah,” ujar alm Ambo dengan suara lembutnya.
Dari situlah –Oktober 2005– dengan uang tabungan saya bertekad mendaftar haji dan sekalian ikut umrah. Saya pertama kali umrah akhir Oktober 2005 ikut travel milik sepupu saya yang lain di Jakarta (Mudatur, red) selama 9 hari.
Subhanallah, pengalaman pertama selama di tanah suci itu –Medinah dan Makkah– banyak ‘rahasia’ perjalanan hidup saya yang muncul bak cermin dipelupuk mata dan alam pikir. Terlebih seusai melaksanakan ritual umrah. Subhanallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamdu.
Tak mampu dan terlalu panjang bila saya tuliskan pengalaman yang saya alami selama umrah itu. Yang pasti, selama empat hari di Makkah –dua hari– saya tinggal di rumah alm Ambo ketika itu di kawasan Sare’sitin Makkah, banyak ibra yang masuk dalam hati sanubari ini.
Kemudian, menjelang usai umrah –dikala tawaf wada’ (pamitan)– meninggalkan Baitullah Ka’bah – Masjidil Harram, saya meneguhkan niat, “Sisa usiaku harus barakah dunia- akherat. Mohon ridhaMu yaa Allah.”
Alhamdulillah, sepulang umrah, keluarga nyai (istri saya) punya KBIH (Kantor Bimbingan Ibadah Haji) dan Umrah Al Multazam di Jln Raya Ponti Sidoarjo. Sejak berdiri Nopember 2002 dengan memiliki fasilitas hall manasik menampung hingga 200 jamaah dan masjid, hingga detik ini, setiap tahun membimbing jamaah haji regelur antara 120 sd 160 jamaah atau 2 sampai 3 rombongan. Sedangkan untuk jamaah umrah hampi setiap bulan sampai 4 kloter. Setiap kloter minimal 36 jamaah.
Alhamdulillah, saya yang 2005 setelah umrah mendaftar haji, pada 2011 diridhai menjadi tamu Allah berhaji. Dan tanpa woro-woro saya ikhlas menunaikan rukun Islam ke lima itu. Saat berangkat haji dari Sidoarjo bersama sahabat Sefdin dan Wahyu Harjanto, yang mengantar keberangkatan saudara Luthfil Hakim dan Budi Bola.
Empat puluh dua hari saya “berjuang” untuk meraih mabrur selama menjalankan rukun dan kewajiban berhaji. Tawaqal dan taqwa sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala apakah ibadah haji tahun 2011 saya mabrur.
Pada saat haji 2011 ada pengalaman menarik. Qadarallah wa Alhamdulillah bisa silaturahmian dengan sahabat AA La Nyalla, Gus Ipul, Jahya Stafuq, Diar Kusuma, M Sholeh No Viral No Justice, serta Dhimam Abror dan Bahar Haji Darat Jawa Pos di Makkah juga Gus Ali Mashuri pimpinan Ponpes Bumi Shalawat, Lebo Sidoarjo.
Lalu saat umrah dan khususnya setiap umrah Ramadhan sering silaturahmian dengan beberapa sahabat. Semisal bertemu, Ridwan ‘Tatok’ Hisyam tokoh Golkar, Ahmad Heryawan tokoh PKS, Haruna Soemitro, Mudhofi HS, Imawan Mashuri, Abdullah ‘Ayub’ Basalamah tokoh Apjati, Surya Aka Irama, Sururi Alfaruq SINDO group, di halaman masjidil Harram atau di masjid Nabawi Medinah. Semuanya tanpa janjian. Masa’Allah. Hanya Allah Yang Maha Tahu.
Saya hanya memohon insyaAllah amal ibadah saya selama ini –sebelum dan sesudah taubatan nasuha– tercatat di buku abadi ilahi rabbi Lauh Mahfuz. Dan kelak akhir duniawi dikumpulkan bersama kedua orangtua, istri, anak cucu cicit, sanak keluarga, guru, sahabat, di surga Firdauz yang di bawahnya mengalir air sungai yang jernih. Aamiin….
Menikmati Sholat di Masjidil Aqsa dan Masjid masjid Karomah
Oleh: Ferry Is Mirza
KEMPALAN: Berawal pada pergantian tahun 2015 ke 2016. Waktu itu saya menunaikan umrah. Ketika di Makkah, saya bilang ke sahabat Fawaid (Gus Fa) munthowif yang 15 tahun mukim di Makkah sambil kuliah umul qura, kalau saya ingin ke Taif.
“Wah, gak bisa Pak Haji. Karena jamaah umrah itu cuma boleh ke Jeddah, Makkah Medinah, sesuai visa di pasport,” jelas Gus Fa. Lalu saya jawab, “Ayo dicoba dulu Gus. Kalau harus minta ijin ke pemerintah setempat, ya bismillah saya siap mengurus.”
Singkat kisah, bermodalkan pasport yang saya minta ke muasasa –pengurus dan penanggung jawab jamaah setempat– bersama Gus Fa bisa berangkat ke Taif. Subhanallahu kotanya Ijo Ruyo Ruyo. Dan pensuplai segala buah buahan dan sayur mayur ke seluruh Saudi bahkan ke kota kota di jazirah Arab. Dan wa syukurillah, saya bisa napak tilas jejak Rasulallah dan sholat di masjid Khaif tempat Rasulallah beristirahat setelah dirajam batu kaum setempat. Kisah dari kota Taif ini juga dimuat di Jawa Pos edisi 3 Januari 2016.
Sepulang dari Umrah dan ke Taif itu, saya mengukuhkan niat untuk Jelajah Negeri Para Nabi sekalian bisa menunaikan sholat di masjid masjidnya yang karomah.
2017 bersama isteri memulai trip. Awalnya ke kota Aman dan sholat Duha serta Duhur di masjid Sultan Qobus. Dari Aman lanjut ke Mesir. Di negara beribukota Cairo ini, selain menjelajahi Piramid dan Sungai Nil serta museum Firaun, alhamdulillah bisa sholat di masjid Al Azhar, dan masjid Husein –nama cucunda Rasulallah– di kawasan Bazaar, tengah kota Cairo.
Dari Mesir selepas perbatasan di Taba, lanjut menyusuri gurun Sinai. Menikmati Dead Sea (laut mati) perjalanan ke Jerusalem untuk sholat di Masjidil Aqsa. Alhamdulillah lancar dan selama tiga hari di negara Palestina itu, selain bisa sholat fardhu di masjidil Aqsa yang jadi kiblat pertama sembahyang ummat Islam, juga sholat di masjid Quba Emas / Dome of Rock –tempat Rasulallah mengawali Isra Mi’raj– dan menyaksikan Batu tempat pijakan Rasulallah saat akan naik ke Sidratul Muntaha bertemu Allah Subhânahu Wa Ta’ala.
Di lingkungan masjidil Aqsa yang dikenal dengan sebutan Al Quds kota lama itu, ada maqam Nabi Sulaiman dan ada basement tempat parkirnya Bouraq.
Dari Aqsa, hari ke dua ke Jericho napak tilas maqam Nabi Musa AS dan sholat duha di masjidnya. Lalu menuju Hebron ke maqam Nabi Ibrahim AS, maqam Nabi Yusuf AS, maqam Nabi Ishak AS dan maqam Siti Sahra isteri Nabi Ibrahim AS. Dan sembelum masuk Hebron ke maqam Nabi Yunus AS.
Hari ketiga, menuju ke bukit Zaitun. Sebelumnya sholat Duha di masjid Umar Bin Khatab tak jauh dari masjid Aqsa –selemparan batu– dari dinding ratapan kaum Kristian.
Dari bukit Zaitun melihat kota Al Quds dan indahnya Masjidil Aqsa. MasyaAllah.
Dari Jerusselam, menuju ke Jordania kembali lewat gurun Sinai. Karena cukup jauh untuk menuju perbatasan Alenbay untuk masuk negaranya Raja Abdullah Bin Hussain itu, menginap semalam di St Chaterina. Di tempat ini melihat Bukit Samiry berupa sapi. Dan gereja pendeta wanita Chaterina yang dikubur di dalam gerejanya.
Pagi harinya, selepas perbatasan Alenbay, melewati terowongan Laut Merah dan berhenti di wadi (sumur) Nabi Nuh di tepi Laut Merah tempat Firaun sama pasukannya menyeberang dan tenggelam.
Bermalam di kota Jordan, paginyanya ke Jerash bangunan jaman Romawi tempat pertarungan Gladiator, ke Petra yang bukitnya di pahat berbentuk istana oleh kaum Luth.
Saat akan kembali ke kota Jordan mampir ke lokasi pohon Sahabi di daerah Safawi. Menyaksikan dan menikmati pohon yang 1.500 tahun lalu jadi tempat berteduhnya waktu bocah Muhammad Rasulallah bersama Abu Thalib pamanya saat akan ke Syam.
Sayangnya, belum sampai berziarah ke maqam Billal Alrabah. Karena harus ke airport Jordan lantaran waktu kepulangan ke tanah air Indonesiaku tidak bisa ditunda. Dan Alhamdulillah di tahun 2018 dan 2020 sebelum merebak C-19, dalam ibadah umrah dan ke Aqsa bisa ke Benteng Al Ayubi, maqam Nabi Ridwan dan Billal Alrabah.
Editor: Izzat