Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Dengan Rihlah Sinergi Dakwah

waktu baca 5 menit
Para pejuang perubahan sedang mendengarkan penyampaian Nara sumber di acara Rihlah Sinergi Dakwah di wisata glamping Glagah Arum Lumajang

LUMAJANG-KEMPALAN : Tanggal 16 September 2024, umat Muslim di seluruh dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, hari kelahiran nabi terakhir dalam agama Islam. Perayaan ini diadakan dengan berbagai acara yang penuh makna, mulai dari khataman Al-Qur’an, ceramah agama, hingga pertemuan komunitas.

Sebagaimana diberitakan kempalan.com kemarin, Rihlah Sinergi Dakwah di Glagah Arum Lumajang sebelum sesi makan bersama, ditutup hari ini dengan kegiatan sholat qiyamul lail dilanjutkan sholat Subuh berjama’ah kemudian tausiyah dari beberapa nara sumber antara lain ustadz Andri Kurniawan, bang Edy Mulyadi kemudian ditutup dengan closing statemen dari Ketua Dewan Pakar PWI Pusat Dhimam Abror, selanjutnya dilanjutkan doa oleh ustadz M. Rizal Fadilah.

Kegiatan rihlah ini bersamaan dengan hari libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW. Hampir semua nara sumber dalam sambutannya menyitir ayat-ayat Al Qur’an dan hadits Nabi sebagai landasan penyampaian.

“Semua orang Islam harus mengorganisasikan diri dulu untuk menghadapi segala sesuatu kemungkinan dalam menghadapi semua tantangan. Kita harus memiliki strategi sebagaimana sayyidina Ali bin Abu Thalib K.w.”, ucap Dhimam Abror dalam sesi penutupan. Selanjutnya dia mengatakan, “Nabi adalah kotanya ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya”.

Dalam konteks strategi dan manajemen, perayaan Maulid Nabi dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk mendalami konsep-konsep yang mendalam tentang kepemimpinan dan ilmu pengetahuan. Istilah “Nabi adalah kotanya ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya” menggambarkan hubungan antara Nabi Muhammad SAW sebagai sumber utama ilmu dan Sayyidina Ali bin Abi Talib sebagai penjaga dan penyebar ilmu tersebut.
Nabi Muhammad SAW, sebagai “kota ilmu,” merupakan pusat dari segala pengetahuan dan hikmah. Beliau adalah sumber utama ajaran-ajaran Islam yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagaimana sebuah kota yang menjadi pusat berbagai aktivitas dan informasi, Nabi Muhammad SAW menyimpan dan menyebarkan pengetahuan yang luas dan mendalam.
Sayyidina Ali, di sisi lain, berperan sebagai “pintu ilmu.” Dalam strategi, pintu adalah akses atau jalan masuk menuju sumber daya yang berharga. Ali, dengan kebijaksanaan dan kedalaman pemahaman yang dimilikinya, berfungsi sebagai perantara yang membuka akses kepada pengetahuan yang dimiliki oleh Nabi. Dalam hal ini, Ali tidak hanya menyebarkan ilmu tetapi juga memastikan bahwa ajaran tersebut dipahami dan diterapkan secara benar.
Secara strategis, pemahaman mengenai hubungan ini mengajarkan kita tentang pentingnya struktur dalam penyebaran pengetahuan. Seperti halnya sebuah kota membutuhkan pintu-pintu untuk menghubungkan warganya dengan sumber daya, sebuah sistem pengetahuan yang efektif memerlukan individu-individu yang dapat menjembatani dan mentransfer ilmu kepada orang lain. Dalam konteks organisasi dan manajemen, hal ini menekankan pentingnya memiliki sumber ilmu yang terpercaya serta individu yang mampu mentransfer dan mengimplementasikan ilmu tersebut secara efektif.
Dengan merayakan Maulid Nabi dan merenungkan makna dari istilah tersebut, umat Islam diingatkan untuk tidak hanya menghargai sumber ilmu yang ada tetapi juga berperan aktif dalam menyebarkan dan menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah bentuk penghormatan dan penerapan ajaran Nabi Muhammad SAW yang relevan dengan prinsip-prinsip strategis dan manajerial dalam era modern.

Di Indonesia, perayaan Maulid diwarnai dengan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Di masjid-masjid, acara tahlilan dan doa bersama dilaksanakan untuk mengingat ajaran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Banyak masyarakat juga berpartisipasi dalam berbagi makanan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan sebagai bentuk syukur dan kepedulian sosial.

Secara global, perayaan Maulid diwarnai dengan kegiatan serupa. Di negara-negara dengan populasi Muslim yang signifikan, seperti Arab Saudi, Turki, dan Pakistan, berbagai acara resmi dan informal diselenggarakan untuk menghormati dan merayakan momen bersejarah ini.

Maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk merefleksikan dan mengaplikasikan ajaran-ajaran nabi dalam kehidupan sehari-hari. Semangat persatuan, kasih sayang, dan kepedulian sosial menjadi fokus utama dalam berbagai perayaan di seluruh dunia.

Menelusuri Jejak Kelahiran Sang Pembawa Cahaya

Maulid Nabi Muhammad SAW, yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah, adalah hari yang sangat penting dalam sejarah Islam. Perayaan ini tidak hanya menandai kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga merayakan kemunculan sosok yang mengubah arah sejarah manusia dengan ajaran-ajaran yang penuh hikmah dan kasih sayang.

Kelahiran Sang Nabi

Nabi Muhammad SAW lahir di kota Mekah pada tahun 570 Masehi, dalam keluarga Quraisy yang terhormat. Kelahirannya dianggap sebagai momen istimewa dan penuh berkah, yang menurut tradisi Islam, disertai dengan berbagai tanda-tanda luar biasa. Sejak saat itu, kehidupan Nabi Muhammad SAW dipenuhi dengan misinya untuk menyebarkan wahyu Tuhan dan menyempurnakan akhlak manusia.

Perayaan Maulid, Awal Mula dan Perkembangannya

Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak langsung ada sejak masa kehidupan beliau. Baru pada pemerintahan Dinasti Fatimiyah di Mesir, perayaan ini mulai formal diperkenalkan. Khalifah al-Muizz li-Din Allah, yang dikenal dengan kecintaannya terhadap Nabi Muhammad SAW, mengadakan perayaan Maulid dengan berbagai acara yang bertujuan memperkuat iman dan kecintaan kepada sang Nabi.

Perayaan ini kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia Muslim dan beragam bentuk perayaan muncul, tergantung pada budaya dan tradisi lokal. Di beberapa tempat, Maulid dirayakan dengan majelis ilmu, bacaan puisi pujian untuk Nabi, dan pembacaan sirah (biografi) Nabi Muhammad SAW. Di tempat lain, perayaan tersebut mencakup kegiatan sosial dan amal sebagai bentuk syukur dan penghormatan.

Makna dan Relevansi

Lebih dari sekadar perayaan, Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momen untuk merefleksikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang dibawa oleh Nabi. Perayaan ini mengingatkan umat Muslim tentang pentingnya meneladani kehidupan Nabi, yang penuh dengan sifat-sifat mulia seperti kejujuran, kesederhanaan, dan kasih sayang. Ini juga menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan sosial melalui kegiatan-kegiatan berbasis komunitas yang mengedepankan kepedulian terhadap sesama.

Dengan mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW, umat Islam tidak hanya merayakan sejarah, tetapi juga menghidupkan kembali semangat ajaran Islam yang damai dan penuh toleransi. Maulid adalah saat yang tepat untuk menggali kembali hikmah-hikmah Nabi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Izzat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *