Piala Dunia Qatar 2022 dan Sunatullah Perubahan

waktu baca 4 menit
Foto: (c) AP Photo/Martin Meissner

KEMPALAN: BEGITU besar harapan dunia bahwa Maroko bisa terus melenggang ke final Piala Dunia Qatar 2022 dengan menumbangkan raksasa Perancis di babak semifinal Kamis dini hari (15/12/2022).

Sebelumnya secara spektakuler Tim Singa Atlas Afrika ini menjungkalkan Portugal di babak 8 besar. Menciak Spanyol di babak 16 besar. Di babak penyisihan Grup F Hakim Ziyech dan kawan-kawan memukul Belgia 2-0. Maroko memaksa tiga raksasa sepak bola Eropa itu pulang, tidur kemulan sarung melungker seperti trengiling.

Harapan yang besar terhadap Maroko ini ini berintikan pada aspirasi masyarakat dunia yang menginginkan perubahan. Masyarakat dunia mulai jenuh dan muak serta mual dengan hegemoni Barat. Dengan uangnya, Barat menyedot banyak potensi pemain bola di belahan dunia yang lain. Dengan hegemoniknya, Eropa mendapat jatah melebihi benua lain di Piala Dunia.

Eropa sudah terlalu sombong. Mereka menganggap sepak bola modern itu ya hanya Eropa. Menganggap sepak bola Afrika itu sepak bola primitif berbau mistik.

BACA JUGA: Piala Dunia 2022 dan Yakjuk dan Makjuj

Apalagi setelah Brasil gagal ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dengan digulung Jerman 0-8. Berarti supremasi Eropa sudah tak tertandingi karena bisa merebut juara dunia justru di Brasil yang dianggap sebagai jantung kekuatan sepak bola dunia selain Eropa. Sebelumnya hanya Brasil yang bisa merebut juara Piala Dunia ketika digelar di Eropa (Swedia 1958). Supremasi Barat ditunjukkan di Piala Dunia Rusia 2018 seluruh finalis tim Eropa.

Tatanan global

Harapan perubahan di sepak bola ini hanya bagian kecil. Perubahan yang sebenarnya diinginkan adalah perubahan tatanan global. Sekitar 300 tahun Barat menguasai dunia sejak Pax Britanica atau imperium Inggris menjadi penguasa dunia dilanjut dengan Pax Americana atau imperium Amerika.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *