Ada “Gerrard” di Belakang Szoboszlai
LIVERPOOL-KEMPALAN: Lini tengah Liverpool FC dalam musim 2023—2024 ini bakal semakin solid. Itu setelah LFC mampu mendatangkan gelandang baru dari RB Leipzig di musim panas ini.
Suntikan tenaga baru tersebut adalah Dominik Szoboszlai. LFC memboyong kapten tim nasional Hungaria tersebut dengan nominal fee senilai 60 juta Pounds (Rp 1,14 triliun). Dia sudah diikat dengan kontrak yang berdurasi selama lima musim.
Di balik keberhasilan The Reds (julukan LFC) mendatangkan rekrutan keduanya ini tak lepas dari faktor Steven Gerrard. Stevie G (sapaan akrab legenda LFC itu) memang tidak menjabat apa-apa di klub tersebut.
BACA JUGA: Pemain Buangan Liverpool Ini yang Tentukan Gelar Manchester City
Akan tetapi, nama besarnya bersama LFC yang menjadi daya tarik gelandang berusia 22 tahun tersebut untuk hijrah ke tanah Inggris. Dia pun tidak seperti pemain rekrutan LFC sebelumnya, Alexis Mac Allister, yang takut mengenakan jersey nomor punggung 8.
Jersey itu memang jersey ikonik di LFC karena pernah dipakai Gerrard semasa menjadi pemain. Diyakini, pemain yang mengenakan jersey itu akan sulit berkembang gara-gara ekspektasi besar Gerrard.
Sebut saja Naby Keita. Musim panas ini, Keita yang juga sama-sama pemain produk dari RBL (akronim Leipzig) memilih balik kucing ke Liga Jerman. Keita musim panas ini pun dikembalikan ke Liga Jerman dan bermain untuk Werder Bremen dengan label gratisan.
Dalam wawancaranya di laman resmi klub, Szoboszlai mengakui kalau Gerrard-lah yang di musim ini memengaruhi keputusannya menerima tawaran LFC. ’’Tatoku itu bahkan tentang Steven Gerrard. Itulah alasannya aku ke sini (LFC),’’ ungkap Szoboszlai.
’’Saat aku masih kecil, sejujurnya aku tidak terlalu sering menonton sepak bola. Namun, saat Liga Champions, aku menontonnya dan dia salah satu yang terhebat,’’ sambungnya, tentang awal mula dia sampai mengidolakan sosok kapten LFC itu.
Tatonya dalam bahasa Hungaria itu apabila diartikan kira-kira seperti ini: ’’Talenta itu anugerah dari Tuhan. Namun, tanpa keinginan yang besar dan kesabaran, itu tidak akan ada artinya apa-apa,’’. (Yunita Mega Pratiwi)