Baca Puisi di Unusa Surabaya, Penyair Senior Ajak Bangsa Indonesia Bebas dari Korupsi

waktu baca 2 menit
Taufiq Ismail dan Zawawi Imron di Unusa (*)

SURABAYA-KEMPALAN: Dua penyair senior Indonesia Taufiq Ismail (88 th), dan D. Zawawi Imron (78 th) tampil bergantian membacakan karya-karya berkualitasnya di Auditorium Tower lantai 9, Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) Surabaya, Senin (29/5).

Acara digelar dalam rangkaian hari Kebangkitan Nasional, dengan Parade Pembacaan Puisi Para Penyair dengan mengusung tema Kebangkitan Bangsa Bebas dari Korupsi.

Selain dua penyair tersebut, juga turut meramaikan parade jajaran pejabat dan dosen Unusa serta sejumlah penyair Jawa Timur, antara lain: Prof. Kacung Marijan, Dr. Suharmono Kasiyun M.Pd, Aming Aminoedhin, M Shoim Anwar, Widodo Basuki, Heti Palestina Yunani, Gatot Strenkali, dan lainnya.

Selain itu, ada selingan musikalisasi puisi karya dua penyair senior tersebut oleh Rizky Gatra. Yaitu ada puisi berjudul: Dengan Puisi Aku, dan Ibu.

Adapun syair puisi itu berbunyi:

Dengan Puisi, Aku. //Dengan puisi, aku bernyanyi/Sampai senja umurku nanti/Dengan puisi, aku bercinta/Berbatas cakrawala/Dengan puisi, aku mengenang/Keabadian yang akan datang /Dengan puisi, aku menangis/Jarum waktu bila kejam mengiris/Dengan puisi, aku/ mengutuk/Nafas zaman yang busuk/Dengan puisi, aku berdoa /Perkenankanlah kiranya.//

Taufiq tampil membaca sejumlah sajak dalam aneka tema, tetapi semua bermuara kepada kepedulian dan kecintaan kepada negerinya. Lewat puisi pembuka, dirinya prihatin dengan budaya baca kita yang masih rendah. Mengajak kaum muda mau berpayah-payah mencari ilmu.

Juga mengingatkan bahaya kecintaan berlebihan kepada harta benda lewat “Lima Syair Tentang Warisan Harta” Pesan bernas melalui keteladanan akhlak Rasulullah, Sahabat Umar, Khalid bin Walid, Sultan Shalahudddin, dan Aurangzeb penguasa imperium India.

Sementara itu penyair D. Zawawi menghidupkan panggung dengan pantun dan puisi satire yang menyentil para koruptor. Berikut ini salah satunya:

//Ketika hujan mengguyur/Basah kuyup orang yang jujur/Basah kuyup juga orang yang tidak jujur/Tetapi yang lebih banyak basah kuyup adalah orang yang jujur.//
Kenapa? Kenapa?
Karena payung orang yang jujur telah habis dicuri oleh orang yang tidak jujur.

Zawawi tidak hanya mengulas koruptor, tetapi juga menebar pesan tentang pentingnya budi pekerti, adab anak kepada bapak ibu serta kepada guru, seraya menyitir “puisi” Imam Syafi’i dan kata bijak pada ulama terdahulu.
Prof Kacung membaca puisi Gus Mus, Suharmono dan Widodo Basuki baca guritan (puisi Jawa), Aming Aminoedhin, Heti Palestina Yunani, dan M. Shoim Anwar; masing-masing baca puisinya sendiri.

(aming aminoedhin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *