Guru Menulis Puisi Hingga Kini

waktu baca 3 menit
Ilustrasi Foto: gurusiana.id

KEMPALAN: DULU, tahun 2011, saat saya masih suka buat acara baca puisi, pernah membuat buku kumpulan puisi guru, bernama Malsabaru 2011. Malsabaru akronim dari Malam Sastra Bagi Guru. Tidak tanggung-tanggung, skala-nya guru se-Jawa Timur. Bukunya tidak hanya memuat puisi, tapi juga guritan. Dari tulisan guru PAUD, SD, SMP, SMA, dan Dosen Perguruan Tinggi.

Ketika itu saya merasa, beberapa guru yang kreatif dalam penulisan sastra, khususnya puisi, memang kurang mempunyai wadah untuk berekspresi guna memasyarakatkan karya-karyanya. Sedangkan kegiatan itu, diharapkan mampu menjadi wadah berekspresi, sekaligus aktualisasi diri; bahwa guru tidak hanya mengajar di ruang kelas, tapi juga bisa tampil dalam forum sastra berskala Jawa Timur bertempat di kota Surabaya.

Saat itu, saya sebagai ketua FSBS (Forum Sastra Bersama Surabaya) menggandeng UPT Pendidikan dan Pegembangan Kesenian (Dikbangkes), Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, yang waktu itu kepalanya Drs. Karsono, M.Pd. Sedangkan isi buku berupa puisi dan guritan yang ditulis oleh guru, mantan guru, dan juga dosen.

BACA JUGA: Dialog Gurit Warkop Bungurasih

Bukunya memang telah tercetak, tapi entah kenapa waktu itu, baru setahun kemudian baru bisa dibacakan di Gedung Merah Putih – Balai Pemuda – Surabaya. Tepatnya, 19 Desember 2012. Hal ini atas budi baik ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS) waktu itu, Sabrot D. Malioboro (almarhum), yang mau memfasiltasi para guru Jatim gelar baca puisi. Juga bantuan beaya gelaran oleh Aribowo, Dekan FIB Unair waktu itu.

Tampil sebagai pembahas bukunya Dr. M. Shoim Anwar, M.Pd. yang dimoderatori R. Giryadi almarhum. Siang itu, selain diskusi bedah buku, ada juga selingan baca puisi yang sudah hadir sore hingga siang. Malamnya digelar lagi, baca puisi yang hadir belakangan.

BACA JUGA: Pelukis yang Penyair Jatim

Ada pun para guru penyairnya antara lain: Akhudiat, Zoya Herawati, R. Djoko Prakosa, Saiful Hadjar, Eko TSS, Imam Hariadi (Surabaya), Aming Aminoedhin, Suyitno Etheks, Chamim Kohari (Mojokerto), Anas Yusuf (Madiun), Ardi Susanti (Tulungagung), Ary Nurdiana, Sumono Sandy Asmara, Arim Kamandaka (Ponorogo), Bambang Kempling, Herry Lamongan, Upiek Karanglangit, Pringgo HR (Lamongan), Suharmono Kasijun, Widodo Basuki, R. Giryadi, Rusdi Zaki, Fathur Er, Yunus Kurniawan, Bhen Mul Wae (Sidoarjo), Doyok R Imron (Magetan), Faradina Idzihary (Batu), Imam Ghozali (Jombang), Imam Hariadi (Surabaya), Mh. Iskan, Junaidi Haes, Kusprihyanto Namma, Tjahono Widarmanto, Tjahjono Widiyanto (Ngawi), Tengsoe Tjahjono, David Harijono (Malang), Lenon Machali, Budi Palopo, Sri Wahyuni (Gresik), dan Bonari Nabonenar, Jarot Setyono (Trenggalek), serta M. Tauhed Supratman (Pamekasan).

Perhelatan baca puisi para guru yang penyair itu telah berlangsung sepuluh tahun lalu, dan sungguh, sebuah perhelatan baca puisi para guru yang cukup semarak dan sukses. Sedangkan hingga kini, masih banyak para guru juga mengumpulkan puisi untuk dibukukan dan dibacakan bersama. Sebuah laku literasi yang memang harus terus dilakukan oleh para guru. Bisa jadi teladan, bagi para siswa. Bahwa guru tidak hanya bisa mengajar di kelas, tapi juga bisa tampil menulis dan baca puisinya. Salam literasi tiada henti! (Aming Aminoedhin)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *