KKN Horor

waktu baca 6 menit
Foto: lsf.go.id

KEMPALAN: FILM horor-mistik ‘’KKN di Desa Penari’’ menjadi fenomena baru dalam jagat hiburan Indonesia karena memecahkan rekor sebagai film box office sepanjang masa dengan jumlah penonton terbanyak di Indonesia. Tercatat hampir 7 juta orang menonton film ini. Sebuah rekor yang fantastis untuk ukuran Indonesia.

KKN ini bukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, tapi singkatan dari kuliah kerja nyata. Kisahnya mengenai sekelompok mahasiswa yang melakukan KKN ke sebuah kota B yang mempunyai tempat yang dikenal angker dan wingit. Film ini kemudian bercerita mengenai serangkaian kejadian mistis yang melibatkan dunia jin dan demit. Ada horor dan ada korban 2 mahasiswa yang mati akibat ulah dedemit.

Selama ini sudah sangat banyak film bergenre mistik yang berhasil menarik banyak penonton. Di masa lalu ada artis seperti Suzanna yang dikenal dengan spesialisasinya dalam peran film-film mistik. Serial film Nyai Roro Kidul menjadi trade mark Suzanna. Perannya dalam film seperti ‘’Beranak dalam Kubur’’ membuatnya menjadi diva film mistik.

Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap dunia mistik dan klenik sekali lagi terbukti. Budayawan dan wartawan senior Mochtar Lubis setengah abad yang lalu mengatakan bahwa salah satu ciri utama bangsa Indonesia adalah suka kepada mistik dan takhayul.

Ada enam karakter manusia Indonesia yang disampaikan Mochtar Lubis dalam Pidato Kebudayaan di Taman Ismail Marzuki 1977, yaitu hipokrit munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya takhayul, berjiwa artistik, dan punya watak lemah.

BACA JUGA: UAS

Hipokritis dan munafik menjadi ciri yang menonjol di tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Manusia Indonesia tidak suka berterus terang dalam menyampaikan sikapnya. Ketika menyampaikan sikap suka berputar-putar dan tidak langsung pada tujuannya. Hal ini merupakan legasi dari sistem feodal yang berlangsung ratusan tahun.

Tidak ada konsistensi antara apa yang diucapkan dengan apa yang diperbuat. Pernyataan dan janji-janji hanya dianggap sebagai hiasan bibir untuk kepentingan menarik perhatian, tapi kemudian janji itu diingkari secara telanjang.

Janji-janji politik disampaikan dengan muluk, tapi kemudian tidak ada realisasi. Bagi si pembuat janji hal ini menjadi sesuatu yang biasa. Bagi publik yang menerima janji pengingkaran ini juga diterima sebagai sesuatu yang biasa saja. Elite yang mengumbar janji dan mengingkarinya serta publik yang menjadi korban janji sama-sama sudah terbiasa dengan budaya hipokrit dan munafik.

Ciri berikut adalah enggan bertanggungjawab atas perbuatannya. Sering sekali seseorang melempar tanggung jawab lalu menuding orang lain dan menjadikannya sebagai korban. Sikap tidak bertanggung jawab ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari sikap hipokrit dan munafik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *