Dua Jam Mengenal “Wong Pinter” Bersama Romo Agustinus Sutiono

waktu baca 3 menit
Pemaparan materi oleh Romo Sutiono.

SURABAYA-KEMPALAN: Dalam serangkaian Bulan Dukun dan Klenik, kelompok diskusi Madat Club mengundang berbagai macam pemateri dengan spesialisasi di bidang antropologi dan kebudayaan. Usai kemarin mengundang Amich Alhumami, Bramantyo Prijosusilo dan Argo Twikromo, kali ini klub diskusi daring itu mengajak seorang Romo Ordo Karmel yang juga merupakan lulusan The University of Leeds, Agustinus Sutiono.

Romo Sutiono ini diundang karena bukunya yang berjudul “Wong Pinter: The Roles and Significance of the Javanese Shaman” yang diterbitkan oleh Gramedia mengulik tentang keberadaan dunia perdukunan di Indonesia. Buku ini sendiri berasal dari disertasinya di The University of Leeds mengenai “Wong Pinter”. Dalam buku tersebut, ia membahas mengenai shaman.

“Kata shaman ini dipergunakan untuk menunjuk pada orang-orang yang mengetahui banyak hal untuk menjelaskan kepada orang-orang yang berkonsultasi padanya melalui arwah-arwah dan jawaban yang diberikan itu bersifat praktis,” tutur romo Ordo Karmel itu.

Menurutnya, shaman bisa disetarakan dengan Wong Pinter, di mana Wong Pinter berarti orang yang tahu. Ia juga menyebutkan tujuh istilah untuk mengilustrasikan Wong Pinter, namun mereka lebih memilih menggunakan istilah Wong Ngerti atau Wong Pinuntun.

Penulis buku Wong Pinter ini juga membangun hubungan dengan para shaman melalui konferensi internasional para shaman tersebut di Amerika Serikat. Dari acara tersebut, Romo Sutiono mengetahui bahwa praktik semacam itu (shaman) banyak sekali di Indonesia. Usai mengikuti acara itu, ia mulai meneliti di Indonesia. Sang romo juga ikut dalam Metaphysical Studie Club (MSC) untuk meneliti dengan terlibat di dalamnya.

Setiap Wong Pinter memiliki keahlian masing-masing dan dicatat ada 28 keahlian. Setiap orang memiliki keahlian yang khas. Memang dalam bukunya, sang romo menjelaskan secara singkat mengenai keahlian para Wong Pinter itu.

Selain itu, ia juga menjelaskan mengenai seorang antropolog bernama Andrew Betty yang meneliti shaman di Banyuwangi. Wilayah itu sendiri memang terkenal karena kasus pembantaian “dukun santet”.

Selanjutnya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *