Keren! Tim PKM RSH Unesa Teliti Strategi Komunikasi Antarbudaya di Surabaya
SURABAYA-KEMPALAN: Nindy Puspitasari, Diba Sofinadya, dan Sulthoni Edgar Diponegoro dari salah satu tim PKM Unesa yang mendapatkan pendanaan Dikti melalukan penelitian pada 16-17 Juli 2021 mengenai “Strategi Komunikasi Antarbudaya dalam Membangun Masyarakat Multikulturalisme: Studi Kasus Surabaya.”
Akibat pandemi, penelitian ini dilaksanakan di masa PPKM dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Ketiganya menelisik empat etnik yang ada di Surabaya, yakni Jawa, Madura, Tionghoa, dan Arab dengan melakukan pengamatan di Ampel dan Tambak Bayan berkenaan dengan interaksi yang terjalin antar budaya dalam kehidupan sehari-hari, serta melakukan wawancara dengan sejumlah orang.
Adapun untuk penelitian itu, mereka mewawancarai M. Khotib Islami selaku Ketua RW 02 Ampel yang juga menjadi Ketua Kelompok Sadar Wisata sebagai perwakilan dari etnis Jawa dan Arab. Sementara etis Madura diwakili oleh Bustomi Syahputra yang merupakan penduduk di Wonokusumo serta Wakil Sekretaris Jenderal DPP IKAMRA, serta dengan Lim Kiem Hau yang juga dikenal sebagai Bapak Gepeng, ia adalah warga Tambak Bayan sekaligus pemerhati kebudayaan Tionghoa dan mewakili etnis tersebut juga.
Penelitian itu menghasilkan penjelasan tentang strategi komunikasi antar budaya yang terjadi di Surabaya melalui kegiatan keagamaan maupun non-keagamaan dengan mengumpulkan dan melibatkan antar budaya. Adapun strategi itu menyesuaikan dan menggunakan bahasa arek yang khas Surabaya sebagai pemersati dengan menghargai dan menerima keragaman budaya.
Maka dari itu, mereka terhadap Surabaya dapat terbebas dari konflik yang dapat memecah belah etnis ahar dapat tercipta harmonisasi antar budaya di tengah keragaman yang ada. (reza hikam)
