Imajinasi Kolektif Hakekok

waktu baca 6 menit
Pemimpin aliran Hakekok Blaksuta, Arya, diamankan pihak kepolisian di Pandeglang

KEMPALAN: Enam belas pengikut aliran Hakekok Blakasuta melakukan ritual mandi bersama telanjang di alam terbuka. Tujuannya menyucikan diri untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Mereka berkeyakinan Imam Mahdi akan segera datang ke dunia sebagai penyelamat.

Ritual itu ketahuan oleh seseorang yang memviralkannya di medsos, kabar menyebar luas dan menyebut ritual itu sesat. Alih-alih mendapatkan keselamatan mereka malah dibully. Alih-alih Imam Mahdi turun, yang datang malah polisi.

Imajinasi kolektif para pengikut aliran Hakekok meyakini bahwa ritual yang dijalani itu bisa memberi keselamatan dunia dan akhirat. Keselamatan dunia berarti mereka selamat dari penderitaan dunia. Dari profil dan postur mereka jelas sekali terlihat bahwa mereka orang-orang miskin yang kalah, tersisih, menderita, mungkin juga terlilit utang kepada lintah darat rentenir desa. Hakekok Blakasuta memberi janji akan menyelamatkan mereka dari semua persoalan itu.

Keselamatan dunia akan didapat dengan turunnya Imam Mahdi yang diyakini akan menyelesaikan ketidakadilan dan kezaliman di dunia. Kepercayaan eskatologis seperti ini bukan melulu diyakini oleh aliran Hakekok. Hampir seluruh mazhab besar Islam mempunyai pandangan yang sama terhadap Imam Mahdi yang diyakini bakal turun di akhir zaman untuk menyingkirkan kezaliman yang direpresentasikan oleh Dajjal, sang monster bermata satu.

ilustrasi: Aktivitas manusia sehari-hari dalam kerja-kerja yang membuat orang terasingkan dengan dunianya sehingga melakukan pelarian dari dunia dengan bergabung pada aliran spiritual tertentu

Eskatologi adalah bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pada masa depan dalam sejarah dunia, atau nasib akhir dari seluruh umat manusia, yang biasanya dirujuk sebagai kiamat. Belakangan ini pengajian-pengajian bertema kajian akhir zaman marak dimana-mana. Salah satu tokohnya adalah Ustad Ahmad Baequni yang paling bersemangat dalam menjelaskan fenomena akhir zaman termasuk soal Dajjal dan Imam Mahdi. Bahkan Baequni bisa memprediksi tempat turunnya Imampada Mahdi di Qatar dan sang imam akan turun pada usia 40 tahun.

Mahzab-mazhab besar Islam rata-rata percaya terhadap turunnya Imam Mahdi dengan berbagai versi. Mazhab Syiah  sepenuhnya meyakini akan turunnya Imam Mahdi pada akhir zaman. Mazhab Sunni pun punya keyakinan yang kurang lebih sama terhadap turunnya Imam Mahdi, meskipun versinya berbeda-beda. Dalam banyak hak Syiah dan Sunni tidak bisa dipertemukan. Tapi dalam hal keyakinan eskatologis dua mazhab besar itu bertemu pada titik yang sama.

Mazhab Hakekok juga punya keyakinan yang sama kepada Imam Mahdi, sama dengan mazhab-mazhab besar. Ritual mandi bersama dianggap nyeleneh, tetapi praktik sejenis itu juga banyak diterapkan oleh aliran-aliran thariqat dengan versi masing-masing. Ada yang puasa berhari-hari tanpa jeda dan hanya minum air putih saja. Lalu pada akhir puasa akan ada ritual mandi dan kemudian ada semacam wisuda pemberian ijazah oleh sang guru atau yang disebut mursid.

Hakekok dianggap sesat karena kelompok ini minoritas kecil yang kalah oleh hegemoni dan dominasi dan tidak mendapatkan perlindungan politik dan ideologis dari organisasi mazhab besar. Ratusan kelompok seperti Hakekok ada di Indonesia dalam bentuk gerakan-gerakan thariqat. Kelompok yang terorganisasi dengan resmi dan mendapatkan legitimasi organisasi disebut sebagai “thariqat mu’tabarah” yang berafiliasi resmi dengan NU (Nahdhatul Ulama). Secara resmi NU mengakui sekitar 45 thariqat yang mu’tabarah, memenuhi standar, dan secara resmi menjadi semacam badan otonom di bawah NU.

Selebihnya, ratusan thariqat dianggap tidak memenuhi standar dan dikategorikan sebagai “thariqat ghairu mu’tabarah” atau thariqat yang tidak terakreditasi karena tidak memenuhi standar. Kelompok inilah yang rentan terhadap penyesatan, meskipun dalam praktik-praktik eskatologis sebenarnya keyakinannya sama bahwa urusan dunia yang tidak adil akan selesai dengan turunnya Imam Mahdi. Kapan, dimana, dan bagaimana turunnya sang imam, masing-masing punya interpretasi sendiri.

Penulis Yuval Noah Harari

Yuval Noah Harari, profesor sejarah di Hebrew University, Israel menyebut fenomena ini sebagai bagian dari imajinasi kolektif masyarakat. Harari mengupasnya dalam “Homo Sapiens: a Brief History of Humankind” (2014) dan mengategorikan agama, termasuk Islam tentu saja, sebagai bagian dari imajinasi masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu.

Sejarah umat manusia, menurut Harari, melewati tiga fase revolusi sebelum sampai pada kondisi mutakhir sekarang ini. Revolusi pertama adalah Revolusi Kognitif yang terjadi 70.000 tahun yang lampau dengan ditemukannya bahasa sehingga manusia bisa berkumpul dan berinteraksi membentuk kelompok yang terorganisasi. Pada waktu itu homo sapiens masih hidup nomaden berpindah-pindah tempat sebagai pemburu-pengumpul, hunter gatherer.

Revolusi kedua adalah Revolusi Pertanian yang terjadi 12.000 tahun yang silam yang memungkinkan manusia menemukan jenis-jenis tanaman liar yang bisa dibudidayakan. Manusia juga mulai bisa melakukan domestikasi, penjinakan, terhadap binatang-binatang liar sebagai sumber makanan dan sekaligus menjadi alat produksi pertanian. Sejak itu manusia berubah dari hidup nomaden menjadi sedentary, menetap dan beranak-pinak dengan cepat. Homo sapiens hidup lebih terorganisasi dalam kelompok-kelompok yang mempunyai wilayah tertentu dan mulai mempunyai aturan tertentu.

Revolusi berikutnya adalah Revolusi Saintifik yang dimulai 500 tahun yang lalu, sejak Galileo menemukan teori rotasi bumi sampai kebangkitan Eropa melalui Rennaisans yang dianggap sebagai pembuka rasioanalisme akal yang melahirkan Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Dua revolusi ini melahirkan anak kembar kapitalisme dan demokrasi yang kemudian menjadi ideologi dominan di dunia.

Dalam proses itu, menurut Harari, manusia menciptakan imajinasi kolektif untuk menyatukan anggota masyarakat yang jumlahnya semakin besar dengan wilayah yang terbatas. Ketika masih hidup nomaden manusia bisa mencari makanan untuk dihabiskan pada hari itu dan tidak perlu mempunyai tempat untuk menyimpan bahan makanan karena apa yang didapat hari itu dihabiskan hari itu juga.

Ketika kemudian homo sapiens sudah hidup sedenter menetap maka perlu tempat dan wilayah, perlu aturan yang mengikat semua orang yang jumlahnya semakin banyak. Kalau tidak diatur pasti akan ribut.

Ilustrasi lukisan keruwetan hidup manusia

Maka kemudian homo sapiens secara kolektif bersama-sama menciptakan sesuatu yang abstrak tetapi diyakini bersama mempunyai kekuatan yang bisa mengatur hidup mereka. Inilah awal mula munculnya agama. Kata Harari. Homo sapiens juga berpikir perlunya aturan yang menata anggotanya supaya tidak saling serobot terhadap hak milik dan ada pemimpin yang mengatur mereka. Inilah yang oleh Harari dianghap sebagai cikal bakal negara. Dan kemudian harus ada alat untuk tukar-menukar barang, yang sebelumnya bisa dilakukan secara barter tetapi karena kebutuhan semakin banyak dan tukar-menukar semakin beragam maka butuh alat pembayaran. Dari sini kemudian muncul alat pembayaran mulai dari batu, lalu berkembang menjadi kertas, sampai sekarang ada uang digital dalam bentuk bitcoin.

Agama, negara, dan perusahaan trans-nasional, kata Harari, adalah hasil rekayasa imajinatif homo sapiens secara kolektif yang diteruskan menjadi kebiasaan sampai sekarang. Agama adalah hasil imajinasi kolektif yang sekarang menjadi organized religion yang lebih tertata. Manusia membentuk negara juga berdasarkan imajinasi bersama untuk mendapatkan kesejahteraan, imagined community, komunitas bayangan dalam istilah Ben Anderson. Uang sebagai alat pembayaran juga muncul karena imijinasi bersama, karena selembar kertas yang face value-nya kecil bisa punya instrinsic value yang sangat besar. Anda sebagai pembeli percaya bahwa selembar kertas berwarna merah punya nilai 100.000, dan orang lain sebagai penjual juga punya kepercayaan yang sama dengan Anda, itulah imajinasi kolektif.

Pandangan liberal Harari ini dianggap ateistis dan anti-agama. Harari memang mengusulkan lebih jauh lagi bahwa agama bisa digantikan oleh ideologi lain seperti kapitalisme, komunisme, demokrasi, dan ideologi-ideologi lainnya, karena semuanya sama saja lahir dari imajinasi kolektif. Pandangan liberal ateistis seperti inilah yang memunculkan ide menghilangkan frasa agama dalam peta jalan pendidikan di Indonesia.Para penganut agama besar ditantang oleh Harari untuk membuktikan bahwa agama masih relevan dalam kehidupan modern sekarang. Agama bukan sekadar imajinasi kolektif untuk memberi hiburan dan pelarian dari berbagai kesulitan hidup.

Para pengikut Hakekok Blakasuta itu tidak membaca buku Harari. Tapi mungkin mereka setuju bahwa agama yang mereka anut adalah hasil imajinasi kolektif di antara mereka untuk membebaskan diri dari berbagai kesumpekan hidup. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten ini dilindungi. Silakan berlangganan untuk membaca lebih lanjut.