Kolaps, Pengelola Usaha Wisata Bromo Minta Tol Tongas Dibuka

waktu baca 3 menit
Komisi B bersama pejabat terkait saat hearing soal penutupan akses keluar Tol Tongas.

SURABAYAKEMPALAN: Pengelola usaha wisata di jalur Lumbang, Tongas-Sukapura, Probolinggo,  mengadu ke Komisi B DPRD Jatim, Rabu (24/2).

Mereka minta difasilitasi supaya  akses keluar Tol Tongas dibuka kembali. Khususnya untuk kendaraan pariwisata, baik yang berukuran sedang maupun besar.

Pasalnya, penutupan  tersebut menyebabkan tidak ada lagi bus wisata yang keluar masuk melalui exit Tol Tongas. Sehingga, hal ini berdampak buruk terhadap para pelaku usaha di Lumbang seperti kafe, rumah makan, penginapan, jasa persewaan jeep dan lain-lain.

Begitu juga untuk kunjungan wisata air terjun Madakaripura. Padahal kawasan itu, merupakan penyangga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo.

“Kami minta agar exit keluar  Tol Tongas dibuka untuk kendaraan wisata berukuran sedang sampai besar,” kata Zendra, salah seorang pelaku usaha penginapan dan jeep di Lumbang, usai hearing di Komisi B DPRD Jatim.

Menurut Zendra, sebelum Covid-19 dan akses keluar Tol Tongas ditutup, ia mengaku bisa naik ke Bromo sampai lima kali seminggu.

“Sekarang bisa naik sebulan sekali saja sudah bagus. Itu pun kalau ada. Bisa dikatakan usaha kita sudah mati, kolaps,” jelasnya.

Bahkan, lanjut Zendra,  karena putus asa beberapa rekannya akhirnya banting setir cari usaha lain. “Banyak yang kerja di luar pulau,  jeep-nya dijual,” ujarnya.

Pelaku usaha wisata ketika mengadu ke Komisi B DPRD Jatim.

Namun, Zendra mengaku bersyukur karena dalam pertemuan di Komisi B yang juga dihadiri Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT), Bina Marga, Dishub dan Dinas Pariwisata Jatim itu akhirnya ada titik terang.

Menurutnya, pihak BPJT telah merekomendasi untuk dibukanya exit Tol Tongas untuk kendaraan wisata berukuran sedang sepert Elf, Hiace dan kini bus. Sedang untuk bus pariwisata berukuran besar belum diperbolehkan lewat.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim, Mahdi mengatakan bahwa pihaknya berupaya menfasilitasi keinginan masyarakat untuk meminta pengelola jalan tol, terutama akses Tol Tongas agar bisa dibuka untuk kendaraan sedang maupun besar.

“Penutupan pintu keluar tol akses menuju Tongas untuk kendaraan sedang dan besar ini sudah berlangsung dua tahun. Sehingga pelaku usaha di kawasan Tongas omzetnya turun drastis, bahkan beralih usaha lain,” jelasnya.

Karena itu, dalam audensi dengan warga Tongas, Komisi B juga mengundang perwakilan pengelola jalan tol. Tujuannya, supaya bisa mendengar langsung keluhan masyarakat sehingga bisa mengambil win-win solution.

“Selain membuka kembali portal akses keluar Tol Tongas untuk kendaraan sedang dan besar,  warga juga berharap pengelola jalan tol memasang kembali rambu-rambu jalan yang menunjukkan bahwa akses menuju Bromo bisa lewat akses pintu keluar Tol Tongas,” tambah Mahdi.

Ditambahkan Mahdi, jalur Bromo lewat Tongas, Probolinggo, banyak potensi desa wisata maupun UMKM. Seperti Kampung Madu, Rumah Duren, home stay hingga paguyuban jeep. Namun semenjak pengelola tol menutup akses ke luar tol Tongas untuk kendaraan sedang dan besar, usaha mereka kolaps.

“Tadi pengelola tol berjanji akan mempertimbangkan untuk membuka portal akses keluar lewat Tongas untuk kendaraan sedang seperti mini bus, elf dan hiace dalam waktu dekat. Tapi untuk kendaraan besar seperti bus belum diperkenankan karena alasan kapasitas jalannya kurang memenuhi unsur keselamatan,” kata politisi PPP asli Probolinggo ini. (*)

Peliput: Dwi Arifin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *