‘Titian Sunyata’ Karya Lukisan Lena Guslina Meraih Silver Winner

waktu baca 3 menit
Lena Guslina meraih Silver Winner Kategori Perupa Pendatang Baru tahun 2024 yang diselenggarakan Bank UOB (*)

KEMPALAN: Sebagaimana saya singgung pada tulisan saya di Kempalan.com. tanggal 5 September lalu berjudul ‘Standar Estetika Seniman’ tentang kondisi seniman-seniman hebat ketika menjelajah pada “ranah lainnya”, maka seniman tersebut saya yakini tak akan menurunkan standar estetikanya.

Secara naluriah, mereka sudah terasah kepekaan estetikanya. Misalnya saja tentang musisi hebat Leo Kristi ketika dia memamerkan sekitar 40 karya lukisannya di Galeri Dewan Kesenian Surabaya, saya menangkap bahwa karya-karya Leo tersebut bukan karya main-main — untuk tidak mengatakan sebagai karya kaleng-kaleng. Karya-karya Leo adalah “logam kuat” yang kokoh dan tentu saja sebagai representasi estetika tinggi.

Demikian juga penyair dan jurnalis hebat Moh. Anis yang telah menulis dua buku kumpulan puisi tunggalnya dan peraih tiga kali Anugerah Prapanca lambang supremasi prestasi jurnalis di Jawa Timur. Bahwa saat Anis mengadakan dua kali pameran lukisan tunggalnya di Balai Pemuda, maka saya bisa mengatakan apapun jika sudah “emas” akan tetap “emas” bukan lantas berubah jadi “kuningan”. Begitulah Anis. Dia jaga betul reputasinya sebagai penyair dan jurnalis. Maka lahirlah karya-karya lukisan indah Anis dengan tema ‘daun’ (pameran lukisan pertama) dan tema ‘kursi’ (pameran lukisan kedua).

Nah, pada tulisan ‘Standar Estetika Seniman’ itu saya memuji karya-karya lukisan penari dan koreografer Lena Guslina yang saya tonton melalui sekian vlog dari channel ‘LvR’ (Live Visual Radio) bahwa lukisan-lukisan bercorak abstrak Lena Guslina yang telah dua kali berpameran tunggal itu, estetikanya luar biasa dengan mencitrakan gerak-gerak indah dari sarjana strata satu jurusan tari ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung dan yang pada tahun 1983 saat belia terlibat pada karya agung ‘Hutan Plastik’ besutan maestro tari Sardono W. Kusumo.

Ketika beberapa hari lalu saya dikirimi pesan berbentuk audio visual dari manajemen channel ‘LvR’, meski mula-mula saya dibikin surprised namun pada akhirnya saya menyadari bahwa hal itu memang sudah selayaknya.

Apa isi pesan audio visual itu? Yaitu video seremoni penyerahan penghargaan kepada para pemenang 2024 UOB Painting of The Year – Emerging Artist Category (kategori perupa pendatang baru).

Pada acara seremoni itu Lena Guslina meraih Silver Winner dengan karya berjudul ‘Titian Sunyata’ (120 x 120 cm, Acrylic on Nylon).

Acara kompetisi tahunan ini telah yang ke-14 diselenggarakan oleh Bank UOB yang diikuti lebih kurang 1.200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain Lena Guslina yang meraih Silver Winner, peraih lainnya adalah Bawana Helga Firmansyah (Most Promising Artist of The Year), Mar Kristoff (Gold Winner), dan Suriabumi Santipura (Bronze Winner).

Bawana Helga Firmansyah memperoleh uang sebesar Rp 55 juta, Mar Kristoff – Rp 40 juta, Lena Guslina – Rp 25 juta, dan Suriabumi Santipura – Rp 20 juta.

Dewan juri kompetisi ini adalah Melati Suryodarmo (ketua), Dr. Agung Hujatnika (anggota) dan Heri Pemad (anggota).

Lena Guslina dalam keterangan melalui pesan WA, antara lain mengatakan :

Dalam beberapa tahun terakhir, saya melukis untuk memahami kehidupan manusia, terutama kehidupan saya sendiri. Saya melukis langsung dengan tangan, tidak dengan kuas atau alat bantu lainnya. Teknik ini memungkinkan saya untuk bersentuhan langsung dengan cat dan menggunakan segenap tubuh saya bergerak untuk melukis. Ketika melukis pada kanvas, saya merasa ada sesuatu atau keinginan yang tidak tersampaikan.

Kanvas itu terlalu datar dan solid. Sementara saya ingin menciptakan lukisan yang berkesan rapuh, ringkih, transparan dan berongga. Saya bereksperimen dan menemukan bahwa kanvas bisa digantikan dengan benang-benang nilon yang dibentangkan seperti dianyam membentuk struktur untuk bidang-bidang warna. Kata ‘titian’ yang berarti ‘jembatan’, dan ‘sunyata’ yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘kekosongan’, melambangkan perjalanan batin melalui keadaan hampa untuk memahami hakikat keberadaan manusia. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *