Burung Hantu Memaknai Peristiwa Buruk, Kasihan Amat Nasibnya

waktu baca 3 menit

KEMPALAN: Burung hantu pastilah tak ingin namanya diserupakan makhluk hantu. Keterbatasannya tak mampu protes pada nama yang dikenakan manusia sekenanya. Tuhan pun bisa jadi tak suka penamaan burung ciptaannya itu, dengan sebutan “burung hantu”.

Tidak adakah nama lain lebih terhormat bisa disandingkan di belakang namaku, ujar burung itu protes, tentu jika ia mampu protes. Tapi ia tak mampu dan memilih membiarkannya.

Cuma di negeri ini sepertinya julukan hantu pada burung disematkan, yang dibelahan dunia Barat disebut owl.

Tapi ya sudahlah itu sekadar julukan menandai penamaan sebuah burung, yang memang terjaga di malam hari dan tidur di siang hari. Dengan mata besar bulat terletak di depan wajahnya, bukan disamping seperti burung-burung lainnya. Memang agak menyeramkan.

BACA JUGA: Ternyata Berat Sekali Jadi Anies Baswedan Itu

Sedang kepalanya mampu berputar 270 derajat. Menyebabkan burung itu tidak perlu membalikkan badan jika ingin melihat ke belakang. Cukup memutar kepalanya untuk melihat ke belakang, jika saja ada musuh membahayakan. Kelopak matanya tak bisa digerakkan ke kanan dan ke kiri–tidak bisa melirik–maka Tuhan memberi kelebihan pada kepalanya yang bisa digerakan berputar. Subhanallah.

Maka, lambat laun seiring waktu burung itu pun nrimo atas sebutan namanya, burung hantu. Mau apa lagi.

Tak cukup sampai di situ, ada hal lain yang mengganjal di benaknya, mengganggunya. Namanya dalam beberapa hari ini ditarik-tarik pada persoalan politik. Lagi-lagi namanya dikonotasikan dengan buruk. Dikesankan bahkan layaknya kekuatan politik besar, brutal, dan sadis.

Adalah politisi Partai Demokrat, Andi Arief, yang menarik “burung hantu” dalam memaknai peristiwa politik seolah “makhluk jahat”, yang mencoba membuyarkan rencana koalisi tiga partai politik: NasDem, Demokrat, dan PKS. Koalisi partai pengusung Anies Baswedan, sebagai Capres 2024.

Burung hantu terbiasa diidentikkan dipaksa seolah menandai rencana jahat, yang dilakukan kekuatan besar. Memang tidak jelas siapa yang dimaksudkan Andi Arief itu. Hanya dimunculkan nama anonim sebagai “burung hantu”.

BACA JUGA: Skenario Menjegal Pencapresan Anies Baswedan

Stigma buruk itu seperti sudah nasib yang dibawa burung hantu. Mau bilang apa lagi, protes pun tak mungkin. Tapi jika boleh menawar, janganlah pakai lagi nama “burung hantu” untuk penyebutan pada hal-hal tidak baik. Kasihan juga jika namanya terus-menerus distigma pada sesuatu yang buruk.

Pakai sajalah nama-nama lain, yang layak disebut untuk menandai hal-hal buruk. Silahkan pilih nama-nama yang pantas untuk penyebutan itu. Boleh jika mau disebut hantu malam, setan alas, kuntilanak, genderuwo, atau silahkan cari nama lain yang dianggap layak nama itu diberikan. Jangan pakai lagi nama “burung hantu”. Kasihan jika burung ini terus dihantui hal-hal yang tidak semestinya.

Tapi mari tinggalkan sejenak penamaan pada obyek yang hendak disasar Andi Arief itu. Ia memang masih tampak kikuk–bisa jadi riskan jika itu diungkap saat ini, atau mungkin ia menimbang side effect yang bakal diterima–melontarkan siapa yang dimaksudnya dengan “burung hantu” itu.

Meski Andi Arief hanya bicara diujung saja sebagai isyarat, tapi arahnya bisa ditelisik. Memang sudah tampak, meski samar-samar, rongrongan untuk membuyarkan koalisi tiga partai itu dimulai.

Tapi percayalah, semua akan ditentukan kekokohan tiga partai itu dalam mempertahankan kedaulatannya dari intervensi eksternal sekuat apapun. Dan, rakyat akan menyaksikan, dan jika mungkin membersamai itu semua dengan penyikapan semestinya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *