Low 100 Kilo

waktu baca 13 menit
Pertambangan batu bara milik PT Bayan Resources Tbk (BYAN). (Foto: bayan.com.sg)

KEMPALAN: KELIHATANNYA seperti mustahil. Tapi inilah langkah besar Datuk Low Tuck Kwong berikutnya. Di usianya yang 74 tahun: meningkatkan produksi batu bara menjadi 60 juta ton setahun.

Angka itu hampir dua kali lipat dari produksi grup Bayan Resources tahun lalu. Mustahil? Ia punya akal –akalnya orang kaya: ia bangun jalan baru. Sepanjang 100 km.

Jalan baru itu langsung ke arah sungai Mahakam. Lebih besar dan dalam. Bisa angkut batu bara lebih banyak – -dibanding hanya lewat sungai Belayan dan Senyiur seperti selama ini.

Ujung jalan baru itu memang di Muara Wahau. Jauh di hulu Mahakam. Di pedalaman sekali. Lebih hulu dari Kotabangun. Bahkan lebih hulu lagi dari Muara Muntai. Berarti lebih hulu dari dua danau besar di sungai itu: Danau Melintang dan Danau Semayang.

Lebih jauh tapi lebih menguntungkan.

BACA JUGA: Jadi WNI

Jalan baru itu bukan baru akan dibangun, tapi sedang dibangun. Anggaran pembangunannya Rp 3 triliun lebih. Harus membangun pula tujuh jembatan –salah satunya jembatan besar melintasi sungai Belayan.

Saya menelusuri jalan itu. Di bagian yang sudah jadi. Besar. Lebar. Lurus. Kuat. Kelak, kalau pecah perang, misalnya, jalan ini bisa untuk landasan pesawat tempur. Kelas apa pun.

Jembatan sungai Belayan itu juga sudah selesai. Akan diserahkan ke masyarakat. Bayan memang membangun dua jembatan sungai Belayan. Bersebelahan. Yang satu untuk umum. Satunya lagi khusus untuk batu bara –sedang dalam pengerjaan.

Jembatan untuk umum itu bisa disebut jembatan masa depan. Belum ada sambungan jalan di sebelah sono-nya. Tidak ada juga desa atau kota lain di sono. Yang ada kebun sawit melulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *