JAKARTA-KEMPALAN: Siapa yang tidak rindu dengan tausiyah Prof Quraish Shihab semasa bulan Ramadan yang memberi pencerahan mengenai seluk-beluk Islam, mulai dari hal ringan hingga hal berat yang disampaikan dengan ringan pula.
Kali ini, Prof Quraish mengulik tentang istilah puasa dari bahasa kuno, yakni Sansakerta. Menurutnya, kata puasa berasal dari Bahasa Arab, yaitu shaum atau as-shiyam yang artinya menahan lapar, dahaga, dan lainnya.
Melansir NU Online, pakar ilmu Alquran ini menguraikan bahwa Bahasa Sansakerta mempunyai pemaknaan tersendiri untuk puasa yang disebut upwasa. Kata upwasa dipersingkat hingga menjadi puasa.
Dari segi makna, upwasa hampir sama dengan kata shaum atau as-shiyam yakni sama-sama menahan hal yang disukai oleh mereka yang sedang menunaikan ibadah itu, semisal makan, minum, maupun hubungan intim suami-istri.
“Dalam beberapa kamus diartikan menjadi puasa; menjauhi yang paling dekat dan paling disukai, artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang disukai, seperti makan, minum, dan lainnya,” terang Ayahanda Najwa Shihab yang dikutip Kempalan dari NU Online pada Selasa (19/4).
Akan tetapi, melalui tinjauan bahasa, kata itu kerapkali tak menggambarkan substansi yang diinginkan oleh ajaran Islam, maka tidak jarang Bahasa Sansakerta menggambarkan sesuatu yang tidak diinginkan oleh bahasa agama lain.
Ia menelisik lebih jauh terkait kata shiyam yang memiliki arti “menahan” sehingga lebih tepat diterapkan pada kata puasa karena merupakan sesuatu yang perlu ditahan, layaknya orang menahan buang hajat indahu imsaak.
“Yang ditahan dalam puasa semata-mata karena mengharapkan sesuatu yang lebih baik, jadi menahan,” tegas penulis Tafsir Al-Misbah itu.
Dalam tayangan itu, ia juga menyinggung kalimat ‘tidurnya orang puasa adalah ibadah’. Menurutnya kalimat tersebut merupakan riwayat dhaif. Apalagi jika tidurnya diniatkan untuk mempercepat waktu, maka itu tidak dinilai ibadah sama sekali.
Saudara Alwi Shihab itu menambahkan, dalam salah satu hadits qudsi disebutkan, ‘As-shaumu lii wa ana ajzii bih’i, yang berarti puasa itu untuk-Ku, Aku yang beri balasan. Namun tidak ada yang tahu berapa balasannya, karena berpuasa identik dengan kesabaran menahan gejolak nafsu. (NU Online, Reza Hikam)