Piala AFF, Dali Taher: Anak-anak Luar Biasa, tapi Jangan Terlena…
M. Nigara
(Wartawan Sepakbola Senior)
KEMPALAN: Begitu kalimat singkat yang dilontarkan oleh satu-satunya praktisi sepakbola tanah air yang pernah duduk sebagai Eksekutif Komite AFC dan Anggota Komite Etik FIFA, Dali Taher. Pujian itu disampaikan Senin (20/12) pagi, 12 jam setelah Evan Dimas dan kawan-kawan mampu menggilas timnas Malaysia, 4-1 di laga terakhir grup, Piala AFF, yang dimainkan di Nasional Stadion, Singapura.
“Jujur, anak-anak kita bukan hanya menang skor, tapi menang pula dalam permainan,” lanjut Bang Dali. “Saat lawan Laos, anak-anak
kita hanya menang skor. Laos lebih baik polanya,” lanjut salah seorang pendiri Liga Sepakbola Utama atau Galatama itu.
Menurut Bang Dali, apa yang kita saksikan di Piala AFF ke-13 adalah timnas kita sudah terlihat dan terasa sentuhan atau aroma Korea Selatannya. “Mereka, khususnya ketika melawan Malaysia, bisa bermain cepat dan mampu memainkan strategi yang mengalir,” pujinya.
Dan yang paling signifikan, anak-anak kita mampu bermain 90 menit. Selama ini, timnas yang mana pun, masih menurut Bang Dali, anak-anak kita hanya bisa bermain konstan 30-40 menit saja. Setelah itu, fisik mereka langsung anjlok.
Saya agak terkejut, biasanya Bang Dali sangat kritis terhadap PSSI. Maklum, dia paham betul tentang sepakbola. Pergaulan dan kemampuannya dalam beberapa bahasa asing, sangat luar biasa. Tak heran, dialah satu-satunya orang Indonesia yang menjadi pengurus AFC dan FIFA. Sekali ini Bang Dali tak ragu memuji.
Skill Tidak Kalah
Bang Dali pun bersepakat dengan saya terkait kemampuan teknik para pemain kita. Kualitas teknik tim nas kita, minimal ada dua sampai tiga tim sesungguhnya pantas tampil di putaran final piala dunia. Pertama Timnas 1958-61.
Tak heran di Olimpiade Merlborne 1958, timnas kita mampu membuat kejutan. Menahan imbang 0-0 Uni Soviet, dan kalah 4-0 di laga play off . Kekalahan kita karena kondisi fisik yang memprihatinkan. Asupan gizi dan kalori yang jauh dari mencukupi membuat recovery tidak terjadi.
Kedua, tim nas Pra Olimpiade, 1975. Iswadi cs memiliki teknik yang sama sekali tidak kalah dari Korea Utara. Sekali lagi, kelelahan yang jadi kelemahan.