Solusi dari Anies Baswedan dan Akademisi untuk Kemerdekaan dan Masa Depan
SURABAYA-KEMPALAN : Peristiwa 10 Nopember 1945 banyak dimaknai dan diperingati oleh berbagai pihak, salah satunya oleh komunitas Pejuang Perubahan Indonesia Jawa Timur dengan cara menggelar dialog Kebangsaan dan kepahlawanan di Namira Hotel syariah Surabaya.
Dalam pertemuan yang dikemas secara lesehan di hotel Namira samping masjid Al Akbar Surabaya tersebut, dihadiri ratusan orang dari BEM Unair, Universitas Wijaya Kusuma dan mahasiswa dari berbagai kampus serta masyarakat umum.
Nampak para pendukung setia Anies yang jumlahnya sangat banyak berada di luar hotel, loby, tangga darurat dan aula serta mushola, membludak memenuhi setiap tempat, berdesakan sehingga udaranya terasa agak panas. Walaupun keadaan demikian, di wajah semua orang, nampak bahagia dan sumringah, mereka saling bertutur sapa seperti keluarga besar yang sudah lama tidak berjumpa.
Sambutan Profesor
Ada empat narasumber dalam kegiatan ini. Yang pertama adalah sambutan dari Helmi (BEM Universitas Wijaya Kusuma), Prof Daniel, Prof Hesti (sekaligus sebagai moderator), Prof Anies.
Dalam sambutannya di sesi kedua, Prof Daniel menyampaikan seperti berikut, “Ada lima, untuk mewujudkan syarat-syarat budaya bagi bangsa yang merdeka. Pertama pendidikan yang memerdekakan. Kedua Birokrasi yang kompeten dan bebas KKN. Ketiga Pasar yang terbuka dan adil. Yang ke empat adalah Investasi, pasokan energi, pangan dan air yang cukup.
Sambutan Prof Hesti di sela-sela kegiatannya sebagai moderator, menyampaikan, “kita semua perlu memahami Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. “Alenia pertama itu adalah prinsip dari bangsa Indonesia. Itu adalah semangat, motivasi …”, hingga sampai Alenia terakhir sebelum mempersilahkan Abies Baswedan ke Podium.
Anies Rasyid Baswedan memaparkan sejarah pertempuran 10 Nopember 1945 secara lengkap dan gamblang disertai dengan catatan sejarahnya. Dia menyampaikan bahwa perjuangan dan kemenangan tidak diraih secara cepat dengan hitungan jam, melainkan membutuhkan waktu yang lama, karena pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan Sekutu (Inggris) terjadi sejak Oktober dimana jendral Mallaby tewas dalam sebuah penggerebekan. Kemudian terjadi peperangan hingga tanggal 27 Nopember 1945.
Kutipan sejarah pertempuran dan peperangan antara Belanda – Inggris melawan arek-arek Suroboyo inilah yang menyebabkan semangat juang menyebar keseluruh pelosok negeri. Dibalik cerita pertempuran tersebut, Anies menyampaikan pesan penting bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya pendukungnya yang menginginkan perubahan dan kemerdekaan hakiki, agar menjaga semangat juang dan punya daya tahan terhadap segala tekanan. Bila belajar dari pertempuran 10 Nopember di Surabaya, walau secara militer rakyat kalah, namun secara peperangan rakyat menang. Demikian juga pada saat pilpres beberapa bulan yang lalu, walau secara hitungan kalah, namun semangat perubahan tetap menang dan menyebar ke seluruh
Penjuru negeri.
Selanjutnya Anies mengatakan, “Belajar dari peristiwa Surabaya, itu yang disebut sebagai glorious defeated (kalah dengan terhormat atau kekalahan yang mulia. Ungkapan ini mengacu pada situasi di mana seseorang atau tim kalah dalam kompetisi atau pertempuran, tetapi tetap mempertahankan kehormatan dan menunjukkan usaha yang luar biasa -redaksi).
Sesi Tanya jawab: Anies tidak menginisiasi dan tidak mendirikan Partai Perubahan Indonesia
Peserta undangan sangat antusias dan tidak beranjak dari duduk Lesehan mereka. Bahkan ketika masuk sesi tanya jawab, mereka semakin merapat mengelilingi Abies Baswedan.
Beberapa orang penanya berasal dari berbagai kalangan, antara lain dari mahasiswa/mahasiswi luar negeri, lokal Surabaya, emak-emak, relawan Anies dan banyak lagi.
Kempalan.com mencatat ada beberapa jawaban dari Anies yang menarik dan memantik tepuk tangan serta sorak sorai ratusan massa. Salah satunya adalah ketika Anies mengatakan bahwa semua mahasiswa berkewajiban menerapkan semua ilmu yang diperolehnya kemudian menciptakan peluang lapangan pekerjaan, bukan hanya mencari pekerjaan saja.
Yang tidak kalah seru ketika dua orang secara berbarengan (Joemawan Muhamad dari Malang dan Helmi dari Trenggalek) menanyakan apakah Anies menginisiasi dan mendirikan partai perubahan yang sudah Deklarasi di mana-mana?, dengan tegas Anies menjawab, “Saya berkali-kali mengatakan, bahwa saat ini kita tidak ada, belum ada rencana membuat partai. Sudah dikatakan dan juga sudah disampaikan, …. Tapi kalau ada orang yang hendak membuat partai, saya juga tidak berhak melarang. Kalau masang foto, harus minta izin”. Selanjutnya Anies mengatakan lagi, “Bahwa ada yang mendirikan partai dengan nama perubahan, itu adalah haknya. tidak boleh kita menghalangi hak konstitusional. Tapi apakah itu inisiatif dari Anies?… Bukan! “, pungkasnya (disambut tepuk tangan riuh dari massa yang berjubel mengelilingi tokoh perubahan nasional Anies Rasyid Baswedan tersebut.
Dialog BEM dan berbagi buku
Setelah dialog kebangsaan selesai, Anies melakukan dialog tambahan bersama BEM Unair di ruang dan melalui staffnya, Anies membagikan buku yang berjudul Memenangkan Indonesia, sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan Anies R. Baswedan, Ph.D
Sebuah buku yang sangat bagus, menarik untuk dibaca, dimaknai dan dilaksanakan pemikirannya bagi masa depan Indonesia. (Izzat)
Editor: Nur Izzati Anwar