Nur Plasma

waktu baca 11 menit
Dr M Nur (kiri) (Foto: Angling Adhitya P/detik.com)

KEMPALAN: IA memang sudah tidak lagi jadi menteri. Tapi alangkah baiknya kalau M. Nasir datang ke Universitas Diponegoro.

Mantan Menristekdikti itu bisa melihat hasil kebijakannya dulu: memberikan proyek inovasi ke 8 perguruan tinggi.

Dari 8 itu tiga masih bertahan. Salah satunya di Undip Semarang.

Itulah proyek riset plasma. Yang dipimpin Dr Muhammad Nur, yang saat itu belum profesor.

M. Nur lulusan fisika nuklir Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Lalu ke Prancis memperdalam soal plasma. Mulai S2 sampai S3. Di kota riset Grenoble yang bersalju. Di atas gunung dekat perbatasan dengan Swiss. Di Joseph Fourier University. Doktor tahun 1997. Disertasinya ditulis dalam bahasa Prancis.

Prof Nur melakukan riset ini: mengawetkan sayur, bawang, dan cabai lewat ozon. Ozonnya sendiri dibuat dari plasma.

Berkat proyek inovasi dari kementerian itulah Prof Nur bisa menggabungkan banyak ahli. Dari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari teknik mesin, elektro, teknologi pangan, sampai ahli organik. Total 20 orang.

Dari situ dirancang mesin pembuat ozon. Manfaatnya: sayur yang diberi ozon bisa bertahan lebih lama. Cabai yang dicuci dengan air berozon bisa bertahan sampai 12 hari. Bahkan bisa dua bulan. Kalau setelah dicuci disimpan di penyimpan yang dingin.

Itu tidak lagi sebatas penelitian. Mesin pembuat ozon itu kini sudah diproduksi. Sudah dijual. Sudah komersial. Yang membuat mesinnya: perusahaan swasta di Semarang. Dengan sistem lisensi. Undip akan dapat hasil dari lisensi itu. Ilmuwannya nanti dapat insentif dari universitas.

Sebagai ahli fisika dan ahli plasma, Prof Nur tahu bahwa ozon bisa dibuat dari plasma. Plasma bisa dibuat dari oksigen. Oksigen bisa didapat dari udara.

Maka mesin yang ia ciptakan adalah mesin menyedot udara. Lalu dirangkai dengan mesin pemisah unsur-unsur dalam udara. Reaktor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *