Pak Aom

waktu baca 6 menit
Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Aom Karomani (via Lampung Mandiri)

KEMPALAN: Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof Aom Karomani tertangkap dalam OTT (operasi tangkap tangan) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Sabtu dini hari (20/8). Ia diduga menerima suap senilai sekitar Rp 2 miliar, kemungkinan berhubungan dengan penerimaan mahasiswa baru jalur independen.

Nama Prof Aom Karomani mencuat di level nasional bersamaan dengan pelaksanaan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34 Desember tahun lalu. Ketika itu Unila menjadi salah satu tuan rumah pelaksaan Muktamar. Prof Aom juga tercatat sebagai salah satu wakil ketua PW NU Lampung.

Penangkapan Prof Aom mengejutkan karena selama ini tidak banyak tokoh kampus yang terjaring KPK. Untuk level rektor, Prof Aom mungkin satu-satunya dalam beberapa tahun terakhir. Penangkapan seorang intelektual sekaliber Prof Aom sangat memprihatinkan.

Saat ini publik sedang geram oleh kejahatan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Cendrawathi, yang sudah menjadi tersangka pembunuhan sadis terhadap ajudannya sendiri. Publik menjadi lebih geram karena munculnya dugaan keterlibatan Ferdy Sambo dengan aktivitas perjudian gelap dengan omset triliunan rupiah.

Penangkapan Prof Aom ini hanya menjadi contoh terbaru dari banyaknya kejahatan kerah putih yang dilakukan oleh orang-orang pintar dan terhormat. Di Makassar, mantan gubernur Nurdin Abdullah adalah seorang profesor dan akademisi jempolan. Ketika menjadi bupati Bantaeng dia sangat berprestasi dan reputasinya bersih. Tapi begitu menjadi gubernur, ternyata korupsi juga. Gelar akademik dan otak korup ternyata tidak ada korelasinya, atau malah kuat korelasinya.

Apa yang dipikirkan oleh mantan menteri sosial Juliari Batubara ketika dia menerima miliaran rupiah dari dana bantuan sosial? Apakah dia tidak mengetahui bahwa dia mencuri uang rakyat miskin yang sedang menderita. Sekarang, ketika dia divonis 12 tahun penjara dia masih tetap tidak mengakui kejahatannya. Apa yang ada di pikirannya?

Sebuah kisah kejahatan yang terjadi di Amerika Serikat bisa menjadi contoh bagaimana otak para pelaku kejahatan itu bekerja ketika melakukan aksinya yang sadis. Pada pagi hari 23 Juli 2007, Steven Hayes dan Joshua Komisarjevsky tiba di rumah Dr William Petit di Chesire, sebuah kota yang tenang di Connecticut tengah.

Mereka menemukan Dr. Petit sedang duduk santai sambil berjemur di pateo ruang tengah. Selama beberapa menit Komisarjevsky mengamati Dr. Petit yang tengah tertidur, ragu-ragu beberapa saat, sebelum kemudian memukul kepala Dr. Petit dengan tongkat bisbol.

Dr Petit menjerit kesakitan. Jeritan itu memicu sesuatu di dalam pikiran Komisarjevsky sehingga dia mengayunkan tongkat pemukul maut itu berkali-kali, sampai akhirnya korbannya diam tidak bergerak lagi.

Dua penjahat itu kemudian mengikat tangan dan kaki Petit, lalu naik ke lantai dua dan menggeledah seisi rumah. Mereka menemukan Ny. Petit dan dua putrinya Haeley, 17 tahun, dan Michaela, 11 tahun, semuanya masih tertidur. Dua penjahat itu membangunkan mereka dan segera mengikatnya ke tempat tidur.

Salah satu penjahat, Hayes, keluar meninggalkan rumah menuju pom bensin untuk membeli empat galon bensin. Setelah itu dia mengawal Jennifer keluar rumah menuju bank dan menarik uang tunai USD 15.000. Jennifer tidak mengetahui kondisi suaminya, dan masih yakin bahwa penjahat akan membebaskannya setelah mendapat uang yang diminta.

Komisarjevsky yang menunggu di rumah mulai mencabuli dua gadis cilik itu, dengan menelanjangi dan mengambil foto melalui handphone. Ketika Hayes kembali ke rumah, mereka kemudian membagi uang dan berpikir apa yang akan mereka lakukan.

Hayes kemudian menyeret Jennifer ke ruangan lain, mencekik lehernya, dan berusaha memerkosanya. Teriakan Jennifer ternyata membuat Dr. Petit tersadar. Dia tidak mati dan hanya pingsan. Ketika sadar dia berhasil melepas ikatan tali dan melarikan diri.

Ketika melihat Dr Petit berhasil lolos, dua penjahat itu panik. Mereka lalu menyiramkan bensin dan membakar rumah. Dalam waktu singkat api melahap seisi rumah. Jeniffer dan kedua putrinya meninggal karena luka bakar dan anihilasi asap. Dr. Petit lolos dari maut.

Cerita kejahatan ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *