Anies Menghadirkan Pemimpin yang Menggerakkan dan Mengayomi
OLEH: Isa Ansori (Kolumnis)
KEMPALAN: Tradisi keislaman selalu ditandai dengan kemanfaatan seseorang kepada orang lain. Sebagaimana yang disampaikan oleh junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sebaik – baik di antara kalian adalah yang bisa memberi manfaat kepada yang lainnya.
Dalam hal memberi kemanfaatan bahkan Rasulullah memberikan contoh tidak harus yang mahal dan mewah, tapi sesuatu yang mudah, murah dan bisa.
Rasul mencotohkan senyum bisa menjadi sesuatu yang bernilai di hadapan Allah, karena dengan senyum, orang lain akan merasa nyaman berada di dekatnya, dengan senyum orang lain akan merasakan aura kebahagiaan.
Tradisi Islam mengajarkan kepada kita tentang kemanfaatan keberadaan kita ditengah-tengah kehidupan bersama orang lain.
Kembali kepada persoalan senyum, memang terlihat sederhana, karena tersenyum tidak butuh biaya dan semua bisa dipastikan bisa tersenyum. Namun semua akan bersandar pada sunnatullah hukum sebab akibat.
Seseorang akan bisa tersenyum kalau suasana hatinya juga tersenyum, seseorang akan bisa memberi senyum kepada orang lain kalau terbiasa tersenyum. Poin penting dari pemahaman ini adalah habits yang biasa dilakukan.
BACA JUGA: Pak Presiden, yang Kami Butuhkan Ketersediaan Sembako Murah
Dalam Islam kita semua adalah pemimpin, setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan.
Pemimpin harus dimaknai sebagai posisi seseorang yang dilebihkan dibanding posisi yang lain. Ini berlaku bagi semua, tidak pandang laki atau perempuan. Ketika berada diposisi dilebihkan maka dia disebut sebagai pemimpin. Suami terhadap istri, ayah di dalam keluarga, ibu terhadap anak, pemimpin terhadap rakyat, kakak terhadap adik dan lain lain.
Pemimpin mutlak dituntut harus bisa memberi kemanfaatan terhadap siapa yang dipimpin. Pemimpin mempunyai kewajiban asasi untuk membahagiakan semua yang dia pemimpin. Sehingga dalam praktik menjalankan kepemimpinan dibutuhkan sikap pemimpin yang bertanggung jawab dan amanah.
BACA JUGA: Anies Menghidupkan Praktik Pancasila dengan Apik di Jakarta
Pemimpin tidak boleh hanya bisa berkata tanpa bisa membuktikan apa yang dikatakan dalam wujud aksi nyata yang bisa dirasakan oleh semua. Sehingga seorang tidak boleh hanya bisa janji, minim bukti apalagi minim prestasi.
Tentu seorang pemimpin tak bisa bertanggung jawab sendirian, seorang pemimpin mempunyai kawan yang berada dalam satu tim kepemimpinan. Mereka yang berada dalam gerbong tim kepemimpinan juga merupakan pemimpin bagi masyarakat yang lainnya.
Sehingga dalam Islam berkembang tradisi bersama menjalankan kebaikan untuk memberi kemanfaatan kepada yang lainnya. Pemimpin tidak boleh menonjolkan dirinya sendiri dalam bekerja, pemimpin harus mampu menggerakkan energi gerak bersama menuju satu pendulum. Kebaikan yang ingin dicapai.
