Agus “Koecink” Soekamto Terima Medali Kehormatan Pemerintah Prancis

waktu baca 2 menit

SURABAYA – KEMPALAN: Seniman Agus “Koecink” Soekamto menerima medali kehormatan dari Pemerintah Prancis. Medali kehormatan ini menjadi bukti komitmen Agus Koecink dalam mendukung pertukaran budaya dan seni antara Indonesia dan Prancis.

Adapun penghargaan yang diperoleh adalah medali Chevalier dans l’Ordre des Arts et des Lettres (Ksatria dalam bidang Seni dan Kesusastraan). Ini merupakan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan Prancis, yang saat ini dipimpin oleh Menteri Roselyne Bachelot-Narquin. Penghargaan ini diberikan pada Jumat (3/12) lalu.

“Kiprah aktif Agus Koecink dalam kesenian menjadikannya aktor penting dalam dialog artistik antara Indonesia dan Prancis,” ujar Stephane Dovert, perwakilan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia , dalam siaran pers, Selasa (7/12).

Medali disematkan langsung di Surabaya di kantor Konsulat Kehormatan Prancis. Penyerahan medali dilakukan oleh Stéphane Dovert, yang merupakan Konselor Kerjasama Kebudayaan, sekaligus Direktur Institut Français di Indonesia.

Sejak 2010, seniman kelahiran Tulunggagung ini terpilih untuk berpartisipasi dalam program “Mobilitas untuk para pelaku/aktor budaya Indonesia” ke Prancis. Salah satu karyanya yang disorot adalah saat Agus Koecink tengah residensi di Museum Sejarah Alam Rouen (Muséum dhistoire naturelle de Rouen) yang dipimpin Sébastien Minchin.

Museum Rouen membuat Galeri Benua-Benua, ruangan dengan koleksi asal masing-masing benua. Agus diberi kepercayaan untuk merancang desain ruang Asia di museum tersebut, dengan dukungan seniman Jenny Lee, yang juga pasangannya.

Mereka berdua diberi kebebasan penuh untuk memilih koleksi museum yang belum pernah ditampilkan sebelumnya, dari latar belakang kekayaan etnografis, objek-objek yang akan disajikan, Mereka bersama mengerjakan teks presentasi, merancang skenografi.

Salle dAsie/ Ruang Asia diresmikan pada Oktober 2014, selain dihadiri undangan dari museum, juga dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Prancis dan tentunya hadir Agus Koecink dan Jenny Lee. Berkat karya Agus Koecink, objek-objek etnografi asal benua Asia menemukan suaranya lagi dan berdialog dengan koleksi dari benua lain dan berjumpa dengan publik. Melalui berbagai lokakarya selama residensi, Agus mengenalkan seni Indonesia di Prancis.

Sejak kembali dari residensi di Prancis, Agus Koecink telah menggelar beberapa kali pameran karya bertema Prancis, di antaranya: Oleh-Oleh dari Prancis (2010), Paris et moi (2012), Rouen je taime (2014) bersama Jenny Lee, dengan dukungan pusat kebudayaan Prancis, CCCL/IFI Surabaya. (Nani Mashita) .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *