Tito Karnavian: Pemerintah Daerah Harus Mulai Kembangkan Teknologi Antigempa

waktu baca 2 menit
Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri RI

JAKARTA-KEMPALAN: Merebaknya informasi mengenai adanya megathurst di wilayah Selatan Jawa. Kemudian ditambah analisis dari pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang diprediksi juga akan terjadi megathurst berkekuatan tinggi.

Melihat hal ini, Tito Karnavia selaku Menteri Dalam Negeri menghimbau agar pemerintah daerah mulai mengembangkan dan menggodok teknologi dengan fungsi antigempa. Hal ini juga ditujukan terutama untuk daerah-daerah yang masuk dalam zona rawan gempa.

Mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ini, mengungkapkan bawha bencana alam seperti tsunami dan gempa bumi merupakan suatu hal yang tidak dapat dicegah. Akan tetapi, kita dapat meminimalisir terkait dampak yang akan terjadi jika fenomena alam ini terjadi.

Tentu jika terjadi hal semacam ini, dampak yang akan terasa adalah kerusahakan pada hal-hal yang berbentuk materil dan korban jiwa yang berjatuhan. Oleh karenanya, ia mengutarakan bahwa pemerintah daerah harus dapat mengejawantahkan teknologi sebagai medium untuk mereduksi dampak dari terjadinya bencana alam ini.

“Pemerintah daerah sudah harus mensosialisasikan pembangunan-pembangunan rumah dan bangunan berbasis antigempa. Seperti di Sumatra Barat juga sudah dilakukan. Jadi setiap bangunan yang ada sudah mulai dipikirkan antigempa. Sehingga tidak hancur, ketika sewaktu-waktu bencana datang,” ujar Tito Karnavian.
Perihal wacana yang berhembus ke permukaan, mengenai potensi tsunami setinggi 29 meter yang terjadi di daerah selatan pulau Jawa, Tito mencanangkan agar mulai dari sekarang secara masif melakukan penanaman hutan bakau (mangrove) di wilayah pesisir sebagai alat alamiah untuk menanggulangi bencana alam seperti tsunami.

“Untuk wilayah rawan tsunami, ini perlu diantisipasi. Mulai dari upaya pencegahannya. Dilakukan sosialisasi penanaman mangrove mulai sekarang. Mangrove ini tidak hanya sebagai benteng alami, tapi juga bisa memberi dampak ekonomi kepada masyarakat. Karena mangrove menjadi tempat pembibitan ikan,” tuturnya.

Perlu diketahui bahwa ada beberapa daerah yang sangat rawan terjadi gempa dan tsunami di pesisir pulau Jawa, seperti Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Blitar, Jember, Lumajang, dan Banyuwangi. (Rafi Aufa Mawardi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *