Terdepak oleh Leicester, Pecat Ole Tidak Selesaikan Krisis MU

waktu baca 4 menit
Para pemain Leicester City merayakan kemenangannya atas MU

LEICESTER – KEMPALAN: Tragis dan memalukan. Manchester United didepak dari perempat final Piala FA oleh Leicester City 1-3. Memecat pelatih Ole Gunnaer Solkjaer harus dipertimbangkan sebagai keputusan mendesak, tetapi harus dipikirkan juga bahwa pemecatan tidak akan menyelesaikan krisis MU.

MU tidak punya orang yang kejam dan berdarah dingin khas mafia Rusia seperti Roman Abramovich di Chelsea yang tanpa belas kasihan memecat Frank Lampard hanya enam bulan setelah diangkat. Keputusan kejam itu langsung menyembuhkan krisis Chelsea. Thomas Tuchel yang menggantikan Lampard langsung membawa Si Biru moncer dan masuk semi final FA dan perempat final Liga Champions.

Sebaliknya Ed Woodward, direktur eksekutif MU malah jadi problem utama krisis MU. Sejak ditinggal Alex Ferguson sampai sekarang MU sudah ganti empat pelatih tapi tetap mempertahankan Woodward yang dianggap biang kerok kemerosotan MU. Woodward tidak mengerti sepak bola dan hanya memikir uang saja, tapi dia pintar mengambil hati owner keluarga Glazer yang juga bermental saudagar. Selama masih ada Glazer Woodward akan tetap bertahan, dan krisis MU akan berkepanjangan.

MU harus menerima kenyataan. Ketika City tahun ini merebut empat juara MU harus puas merebut empat besar. Satu-satunya harapan MU adalah mimpi menjadi juara Liga Eropa tahun ini. Rekam jejak Ole yang tidak pernah tahu rasanya mengangkat tropi sebagai pelatih membuat mimpi MU tinggal mimpi untuk jadi jawara kelas dua Eropa. Melawan Partizan Beograd di perempat final tidaklah mudah. Pelatih sekelas Mourinho saja terdepak oleh tim Eropa Timur, apalagi Ole yang mengandalkan nasib baik.

Memecat Ole pilihan realistis. Tapi mencari pengganti yang tepat sekarang ini tidak gampang. Mauricio Pochetino menganggur satu tahun menunggu lamaran MU tapi hanya jadi korban PHP sampai akhirnya diambil oleh PSG. Satu-satunya pelatih yang menganggur adalah Massimo Alegri. Tapi faktor bahasa akan jadi problem serius karena Allegri tidak fasih berbahasa Inggris. Kasus Unay Emery yang ngomong Inggris patah-patah menjadi kendala utama ketika melatih Arsenal. Tuchel langsung nyetel di Chelsea karena bahasa Inggrisnya fasih.

Kekalahan dari Leicester memang kekalahan kelas. Brendan Rogers pelatih berkelas di atas Ole. Leicester menjadi tim kolektif dan MU menjadi tim individu yang lari kesana kemari. Rogers kandidat kuat pengganti Mourinho di Tottenham, sedangkan Ole akan menganggur kalau ditendang MU.

Pertandingan di King Stadium Senin dinihari (22/3) adalah bukti kualitas kedua pelatih.

Leicester City unggul duluan lewat gol Kelechi Ihenacho di menit ke-24, akibat kebodohan Fred yang salah memberi back pass. Manchester United membalas lewat gol Mason Greenwood di menit ke-38.

Babak kedua, The Foxes unggul cepat di menit ke-52 lewat aksi Youri Tielemans. Selanjutnya, Ihenacho kembali cetak gol di menit ke-78.

Leicester City  tampil lebih tenang. Sementara Manchester United, kesulitan membangun serangan.

Beberapa kali, Manchester United mentok di depan kotak penalti Leicester City. Sebaliknya, tuan rumah terus memanfaatkan celah dengan mengandalkan kecepatan lari Vardy dan Ihenacho.

Menit ke-41, Paul Pogba coba peruntungan. Tembakannya masih lemah dan mampu diamankan Schmeichel.

Menit ke-43, Perez punya peluang emas. Berputar-putar di depan kotak penalti, dirinya menyepak bola yang masih melenceng tipis dari gawangnya Manchester United.
Pogba di sisi kana pertahanan Leicester, Pogba melepas umpan tarik. Donny van de Beek membiarkan bola melewati kolongnya dan di belakangnya ada Greenwood yang melepas sepakan keras berujung gol.

Harry Maguire punya peluang di menit ke-12. Sayang, tandukannya masih muda diamankan oleh Kasper Schmeichel.

Menit ke-17, Leicester gantian menyerang. Tembakan Jamie Vardy dari dalam kotak penalti mampu dimentahkan Dean Henderson.
Menit ke-24, Leicester City mencetak gol lewat Kelechi Ihenacho. Diawali dari tendangan gawang, Henderson mengoper pendek ke Harry Maguire. Selanjutnya, bola bergulir ke Fred.
Fred mengirim back pass ke Henderson, tapi mampu dicuri oleh Ihenacho. Nama terakhir, sedikit mengecoh Henderson lalu dengan mudah menceploskan gol.
Babak kedua MU makin tidak berdaya kena dua gol cepat dari Ihenacho dan Youri Tielemans. Leicester tertawa MU menangis. (dad/win/det)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *