Segera Terbit, Buku Karya Ferry Is Mirza : ‘Editorial Harian I 2023’ dan ‘Editorial Harian II 2024’

waktu baca 5 menit
Ferry Is Mirza (kiri) bersama Dhimam Abror (kanan) founder kempalan.com (*)

KEMPALAN : Saya benar-benar tidak menyangka jika sosok yang senantiasa terlihat riang gembira, ekstrovert, egaliter, dan relijius ini, dulu semasa muda adalah seorang aktivis.

Kok saya tahu kalau sosok yang biasa saya panggil dengan ‘Ustaz Ferry’ ini seorang aktivis ?

Kamis sore lalu, 2 Januari 2025, Ustaz Ferry mengirim pesan japri ke nomor WA saya :

Assalammualaikum akhi, insyaAllah sehat wal afiyaa sekeluarga, aamiin…

Alafu bila berkenan bisa baca tulisan ana dari tahun 2023 dan 2024. Dan untuk jadi buku ketiga insyaAllah 23 Maret ’25 atau 23 Ramadhan bertepatan dengan Milad ana ke 69 selesai cetak.

Duaakum. Syukran, wassalam

Syukran


Setelah kalimat sapaan itu, Ferry Iz Mirza nama lengkap dari Ustaz Ferry, menyusuli dengan foto kover buku pertamanya yang judulnya : Dari Aktivis Jadi Jurnalis.

Di bawah judul itu, tercetak sub-judul : Kumpulan Berita, Catatan dan Renungan Tulisan FIM 1988 – 2020.

Lantas saya ajukan rentetan pertanyaan, dan dijawab dengan pesan-pesan dalam susunan kalimat ada yang panjang, ada juga pendek-pendek.

Saya mencoba tidak menggali dulu perihal buku karyanya yang akan diluncurkan pas miladnya yang ke-69 pada 23 Maret 2025 itu, atau sebagaimana pernyataan Ustaz Ferry disebut pada “malam telu-likur” tersebut.

Ke-aktivis-an Ustaz Ferry dimulai pada tahun 1978 dengan ikut protes ke Mendikbud Daoed Yoesoef dalam gelombang demo anti-NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan).

Akibatnya dia di-DO dari Unpad, Bandung.

Selain di-DO, pada tahun itu juga, Ustaz Ferry sempat ngendon di RTM (Rumah Tahanan Militer) di Jl. Aceh, Bandung.

Di RTM itu dalam waktu bersamaan, dibui juga Heri Akhmadi, Indro Tjahjono, Ibrahim G. Zakir (almarhum), Galib (almarhum), Deny Kifni (almarhum), dan sejumlah nama lain.

Saat menjadi aktivis di Bandung, Ferry Is Mirza sebetulnya sudah mengenal dunia jurnalistik, meski bukan dalam tataran profesionalitas, yakni sebagai redaktur media stensilan : Mahasiswa Menggugat.

Setelah Pemilu 1982, oleh almarhum Indra Prayitno Ketua Amubra serta AMPI Jatim, dan yang direstui almarhum Pak Said Progo Ketua Golkar Jatim, Ferry Is Mirza gabung ke AMPI.

Nah, disitulah ke-aktivis-an Ustaz Ferry berlanjut, yang kemudian menjadi cukup bekal untuk terjun ke dunia jurnalistik.

Namun sebelum terjun ke jagad kewartawanan, Ferry Is Mirza sempat menerjuni dunia kerja non-jurnalistik :

Di Puskud Jatim sebagai Kepala Unit Pelayanan TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) di Jember, wilayah PG Semboro, sambil kuliah lagi di Unej FISIP jurusan Hubungan Internasional.

Di sela kerja dan kuliah, sering menulis artikel tentang pergulaan di Harian Surabaya Post.

Baru pada tahun 1988 bergabung di Jawa Pos, di tempatkan di Malang.

Dan pada tahun 1990-1992, oleh manajemen Jawa Pos, Ustadz Ferry ditugaskan untuk ikut menangani manajemen Harian Karya Dharma (Jawa Pos Group).

Lalu menjadi Ka Biro Jawa Pos Jember merangkap Lumajang (1994-1996), Ka Biro Madura di Bangkalan (1997-1998).

Tahun 1999-2001 ditugaskan membidani Malang Post.

Selanjutnya pada 2002-2003 diberi tugas menangani Satria Pos, Purwokerto.

Tahun 2004, Ferry Is Mirza yang akrab dipanggil FIM mengajukan pensiun dini.

Lantas FIM menambahkan catatan, sebelum ke Jawa Pos — pada 1985-1987
mendampingi Eddy Rumpoko (ER) mengawal Harian Suara Indonesia (SI) yang ditangani almarhum Pak Sugiono mantan Walikota Malang dan Wagub Irja saat itu bersama Harian Sinar Harapan.

“Di koran ini, saya berkenalan dengan sahabat Pak Amang, yakni Pak Toto Sonata. Saat itu Pemred SI adalah mendiang Pak Peck Diono,” tulis Ustaz FIM. “Hingga saat ini saya berkawan baik dengan Pak Toto yang murah senyum itu.”

Lanjut FIM, “Selain menakhodai SI, saya dan almarhum ER, almarhum Lucky Acub Zainal, almarhum Ingger Kailola pada 1985-1988 mendirikan Javanoea Boxing Camp. Alhamdulillah melahirkan petinju juara IBF dan WBC Internasional : Nurhuda yang seangkatan Monod, Yani Hagler, almarhum Michael Arthur, Abdi Pohan, dan Edward Apay, serta Ginono, Suroso yang kini keduanya anggota TNI AD.

Selain mencetak petinju juara Internasional dan Nasional, FIM sebagai matchmaker (pengatur pertandingan) dan almarhum ER selalu promotor aktif menggelar pertandingan tinju. Mulai di Irian, Menado, Banjarmasin, Surabaya, Malang –diatas kolam renang Gajayana, Jember, Banyuwangi, gurun pasir Bromo. Serta di sirkuit Ancol dan Pulau Seribu kolaborasi dengan Tinton Suprapto.

Aktivitas non-jurnalistik lainnya dilakoninya, yakni pada tahun 2005-2007 bekerja di PT Panderman Indah Jaya (Kusuma Agro Wisata) Hotel dan Properti sebagai Direktur HRD-GA.

“O ya, hampir lupa. Waktu kuliah di Hubungan Internasional, Unej, saya sudah berkeluarga,” tambah FIM.


Dua buku yang akan diluncurkan FIM pada 23 Maret mendatang pas ulang tahunnya ke-69 itu, judulnya ‘Editorial Harian I 2023’ dan ‘Editorial Harian II 2024’, masing-masing berisi 365 artikel.

Isinya tentang : tinjauan politik, ekonomi, sosial, budaya, reliji, jurnalistik, dan beberapa tinjauan aspek lain — dalam konteks berita, opini, feature, dan sekian irisan-irisan yang muaranya adalah ke-Ilahian.

Dimana nanti launching-nya, Ustaz? “Belum tahu,” jawabnya. “Yang jelas sambil Buka Puasa bersama, dilanjut sholat Mahgrib”.

Kalau bisa di Surabaya saja, Taz. Apalagi yang dekat rumah saya…ha-ha-ha — tulis saya di chatting-an sore itu.

Btw, selain terus menulis di sejumlah media online dan medsos, Ustaz FIM adalah manager public relation PT. IMLI (Indra eraMulti Logam Industri), Surabaya.

Di kepengurusan PWI Jatim 2021-2026, sebagai Sekretaris Dewan Kehormatan.

FIM adalah lulusan Terbaik UKW (Uji Kompetensi Wartawan) Nasional Angkatan ke 2 pemegang kartu Wartawan Utama yang dikeluarkan Dewan Pers dan Persatuan Wartawan Indonesia dengan nomor : 3170-PWI/WU/DP/X/2012/23/03/55. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *