Lomba Mural, antara Kreativitas dan Perlawanan

waktu baca 2 menit
Mural 'Dibungkam' dalam proses pembersihan (Kolase Kempalan)

Oleh: Sam Abede Pareno

Di Yogyakarta sedang diselenggarakan ‘lomba mural’ oleh komunitas Gejayan Memanggil. Mural adalah karya seni yang penuh kreativitas, karena langsung dinikmati oleh masyarakat luas; tidak hanya para penikmat dan pecinta seni lukis melainkan siapa saja yang menyaksikannya di tembok-tembok kota.

Oleh karena itu mural harus komunikatif dalam arti bisa dipahami oleh semua lapisan masyarakat, sehingga tema yang diusung hendaknya yang dirasakan dan dialami oleh sebagian besar masyarakat.

Tangkap layar seruan lomba mural Gejayan Memanggil (Instagram @gejayanmemanggil)

Lebih dari itu, suatu mural mewakili aspirasi masyarakat yang kurang bahkan tidak diperhatikan oleh kekuasaan atau lembaga-lembaga perwakilan rakyat. Pada gilirannya, pesan mural tidak sekadar menampilkan kreativitas dalam seni, melainkan juga atas kritik terhadap berbagai kebijakan publik yang tidak berkenan bagi rakyat banyak.

Saya tidak berani memrediksi apakah penyelenggaraan lomba itu akan diizinkan oleh aparat, karena biasanya hal-hal yang mengandung kritik (dianggap permusuhan oleh aparat) akan serta-merta dilarang.

Lebih-lebih pada pekan lalu aparat telah mengecat/menghapus mural “Tuhan Aku Lapar” di wilayah Tangerang.
Banyak kalangan seniman atau pecinta seni yang menyayangkan tindakan aparat tersebut.

Mural ‘Tuhan Aku Lapar’ di Jalan Aria Wangsakara, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan kejadian itu, jelas penyelenggaraan lomba mural di Yogyakarta itu erat kaitannya dengan perlakuan aparat Tangerang atas mural “Tuhan Aku Lapar”. Karena itu, penyelenggaraan lomba tersebut bukan sekadar lomba kreativitas, melainkan juga suatu bentuk perlawanan terhadap pemasungan kreativitas.

Meskipun hal itu merupakan hak prerogratif aparat (kepolisian) untuk mengizinkan ataupun melarangnya, saya berharap aparat tidak melarangnya. Karena tak ada gunanya menghadapi perlawanan seniman. Bukankah penghargaan atas lomba itu adalah mural yang paling cepat dihapus oleh aparat?

Lebih-lebih seniman Yogya yang dikenal sangat kreatif. Bisa menjadi. bola salju yang akan terus menggelinding.

Surabaya, 25 Agustus 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *