Hakim Caprio, Al-Khoziny, dan Terra Drone
KEMPALAN: Anda mungkin pernah menonton potongan video di Youtube mengenai Hakim Franc Caprio. Seorang hakim senior di Kota Providence, negara bagian Rhode Island, Amerika Serikat. Hakim Caprio terkenal karena banyak membuat keputusan dengan nilai humanisme tinggi, ketulusan, kasih sayang, dan empati.
Video pengadilan di ruang sidang biasanya membosankan. Tapi menyaksikan Caprio memimpin sidang sangat menyenangkan, seolah-olah kita dibawa ke dunia ideal, dunia tempat yang adil bagi si lemah, dunia yang memberi keadilan substantif, tanpa ada kepentingan politik dan kepentingan pribadi.
Kisah pengadilan yang unik ini tayang di televisi lokal sejak 2000 berjudul ‘’Caught in Providence’’, Tertangkap di Providence. Tayangan ini kemudian populer di seluruh dunia dan ditonton jutaan orang. Di media sosial potongan videonya ditonton puluhan juta orang.
Tayangan itu sekarang berhenti. Caprio meniggal dunia Agustus 2025 dalam usia 88 tahun, karena kanker prostat. Tayangan di Youtube masih tetap ditonton jutaan orang. Caprio menjadi simbol keadilan yang sederhana, tetapi sulit dijangkau, seolah hanya terjadi di Providence.
Hari-hari ini kita menyaksikan sebuah proses hukum yang memantik kontroversi. Di Jakarta terjadi kebaran sebuah ruko 6 lantai kantor perusahaan Terra Drone, Rabu 10 Desember. Sebanyak 22 orang tewas karena terkepung api dan kehabisan nafas karena asap.
Polisi bergerak cepat. Dalam tempo dua hari direktur utama Terra Drone, Michael Wisnu Wardana dinyatakan sebagai tersangka dan ditangkap. Video yang beredar menunjukkan polisi menangkap Wisnu Wardana di apartemennya, tanpa terlebih dahulu memintai keterangan. Alasannya karena sudah cukup barang bukti dan alat bukti.
Selang sehari setelah kebakaran gedung Terra Drone, di Sidoarjo Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, meresmikan groundbreaking pembangunan Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, dengan ongkos dari APBN sebesar Rp 125 Miliar.
Publik masih ingat tragedi Al-Khoziny, September 2025. Bangunan musala tiga lantai ambruk ketika santri sedang shalat Ashar. Akibatnya, 67 santri tewas tertimbun reruntuhan.
Tragedi Terra Drone dan AL-Khoziny sama-sama memilukan. Tragedi itu menunjukkan bagaimana nyawa manusia tidak mendapatkan perlindungan yang cukup dari konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan standar.
Tetapi, penanganan dua kasus itu berbeda bak langit dan sumur. Terra Drone cepat diusut, direktur utama ditangkap dan terancam hukuman maksimal seumur hidup. Kasus Al-Khoziny dianggap selesai, case closed, dan pemerintah akan membangun konstruksi 7 lantai dengan standar profesional.
Kasus-kasus hukum yang jungkir balik banyak terjadi dalam setahun pemerintahan Prabowo Subianto. Pengadilan sesat terhadap Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto memamerkan wajah bopeng dunia pengadilan Indonesia. Prabowo tidak tahan terhadap reaksi publik yang mengecam pengadilan sesat itu. Ia pun mengeluarkan pengampunan kepada Tom dan Hasto.
Pengadilan terhadap Ira Puspadewi, mantan Dirut ASDP, juga menjadi bopeng lain di wajah pengadilan. Sama dengan kasus Tom dan Hasto, Prabowo melihat ada kejanggalan dalam proses pengadilan itu. Ia pun mengeluarkan pengampunan kepada Ira.
Kasus yang lebih lokal terjadi di Luwu Utara. Dua guru yang membantu rekannya guru-guru honorer dipecat dan menimbulkan protes luas di kalangan netizen. Prabowo kemudian mempergunakan haknya untuk merehabilitasi dua guru tersebut.
Kasus Terra Drone berpotensi memunculkan ‘’public outcry’’ baru. Apalagi timingya bertepatan dengan pembangunan kembali Pesantren Al-Khoziny. Ketimpangan perlakuan itu berpotensi memunculkan kontroversi di kalangan netizen.
Di media sosial mulai muncul postingan yang mengungkap teori konspirasi di balik tragedi Terra Drone. Perusahaan ini adalah salah satu penyedia layanan drone terbesar di dunia yang menawarkan solusi mutakhir untuk survei udara, inspeksi infrastruktur, dan analisis data. Terra Drone berkantor pusat di Jepang dan hadir di semua bagian dunia melalui jaringan mitra perusahaan grup dan kolaborator teknologi.
Didirikan pada tahun 2016, strategi utama Terra Drone adalah menggabungkan teknologi mutakhir dan pengetahuan lokal, dengan mengakuisisi penyedia jasa drone lokal terbaik di banyak negara. Pada 2020, Drone Industry Insight menominasikan Terra Drone sebagai penyedia jasa drone nomor satu di dunia.
Sebuah postingan di media sosial menyebutkan bahwa Terra Drone telah melakukan pemetaan kawasan di Sumatera dan punya data lengap mengenai kondisi hutan di wilayah itu. Terra Drone bahkan disebut punya data detail mengenai pengrusakan hutan di kawasan Sumatera. Hasil pemetaan yang detail akan mengungkap siapa saja pemilik konsesi hutan itu.
Data yang detail ini akan membongkar siapa saja elite politik yang punya konsesi di wilayah bencana. Terbakarnya gedung Terra Drone membuat semua data itu hilang menjadi arang.
Kita menjadi ingat terhadap pembakaran rumah hakim Khamozaro Waruwu di Medan yang tengah menangani kasus korupsi. Pembakaran itu diduga menjadi bagian dari teror untuk menghentikan Hakim Waruwu, yang sangat mungkin akan mengungkap keterlibatan elite politik di Medan.
Dalam dunia yang ideal, kita membayangkan pengadilan yang dipimpin oleh Hakim Camprio dalam kasus Al-Khoziny dan Terra Drone. Sang Hakim akan memutus dengan empati, kasih sayang, dan ketulusan.
Hakim Caprio akan mempertimbangkan jasa besar yang sudah disumbangkan oleh pemimpin Al-Khoziny. Ia juga akan mengungkap saksi-saksi untuk membuktikan bahwa ada kejanggalan dalam kebakaran gedung Terra Drone. Sayngnya, harapan itu hanya tinggal impian.
Mungkin suatu ketika nanti akan lahir Hakim Caprio versi Indonesia. Entah kapan. ()
Dhimam Abror Djuraid







