Suka Duka Kost Sekamar Berdua dengan Teman

waktu baca 6 menit
Rumah kos di Mojoklangru, Surabaya

KEMPALAN : Pernahkah Anda nge-kost? Saya rasa banyak yang melakukan hal sebagaimana saya sebut di atas. Saya pun pernah saat mengawali karier sebagai jurnalis, kost tanpa makan di Kaliasin Gang Pompa, Surabaya. Sekamar dengan bujangan Tionghoa yang (pada mulanya) tidak saya kenal. Konon, kata Chindo ini, ayahnya adalah importir pertama buah di Surabaya. Kami kost kamar saja, makan di luar.

Zaman saat saya kecil yang disebut orang kost adalah yang tinggal di sebuah keluarga dengan membayar bulanan, menempati salah satu kamar, sekalian dengan sarapan dan makan malam — untuk makan siang dilakukan di tempat kerja.

Hal di atas berdasarkan ikut merasakan pengalaman Ibu saya yang saat itu menerima 4 orang wanita yang kost di rumah kami, dimana setiap kamar ditempati oleh dua orang.

Saat ini pengertian kost banyak yang berubah makna, setidaknya sebagaimana saya tonton dari beberapa konten yang bersliweran di beranda akun Tik Tok saya.

Yang disebut kost di sini semacam kontrak bulanan dengan menempati deretan rumah-rumah kecil bagian dari bangunan induk yang atapnya dimodel pelana. Ada yang sekalian dengan toilet dalam, ada juga yang toiletnya di luar kamar yang digunakan secara kolektif. Tentu saja tanpa tambahan biaya untuk makan.

Tentang dunia per-kost-an, Tik Tok menyajikan bejibun konten suka maupun duka dibalut dinamika problema.

Salah satu konten menarik muncul dari akun ‘PojokUpdate’ yang di-like 169,4 ribu, dikomentari 7,85 ribu, dan dibagikan oleh 31,5 ribu penonton. Konten ini mengunggah pengalaman menyebalkan dari seorang wanita, diberi judul : Nasib Ngekost Sama Teman Wanita, Malah Jadi Pembantu di Kamar Sendiri.

Konten berdurasi 2 menit ini, intinya teman kost sesama wanita itu egois. Mau enaknya sendiri, dan jorok. Pada sisi lainnya, wanita yang satunya tidak bisa melihat situasi kamar berantakan, piring makan dan gelas kotor habis digunakan tak dicuci. Dan ia yang membereskannya. Token listrik pun, wanita yang ngeluh itu yang membayar. Belum lagi kalau malam hingga jelang subuh, berisik — teman sekamarnya itu teleponan dengan pacarnya.

Intinya tak ada take and give.

Pada kolom komentar berhamburan bernada saran dan sumpah serapah, misalnya dari akun ‘Wiwin Bagas’ : “Makanya dulu paling anti kost berdua sama teman, lebih enak kost sendiri, lebih nyaman, karena aku gak bisa lihat sesuatu yang berantakan.”

Akun yang cuma bergambar ‘𖤍’ berkomentar begini: “Perusak hubungan pertemanan”. Maksudnya kost dengan teman yang beraura kontra produktif itu.

Sementara akun ‘Tiara’ bilang : ” Ngapain dibahas kalau nggak sanggup berdua? Tinggal saja !”.

Ada juga komentar yang deskripsinya panjang sekali, dari akun ‘Astrid Pongrekun’. Begini :

“Aku pernah ngalamin hal yang sama, serasa jadi babu karena pulang kuliah selalu sibuk beresin kamar kost yang kayak kapal pecah karena ulah teman sekamar. Pakaian bersih maupun kotor bertebaran dimana-mana, dalemannya pun udah bau busuk direndam di sudut kamar mandi. Semua aku yang beresin sampai rapih di lemari. Parahnya, doinya suka tinggal di kost-an kami yang awalnya cuma datang-datang ngapel doang, lantas keasyikan malah tinggal.

Kebetulan setiap bulan ortuku selalu kirim beras yang awalnya 10-15 kilogram cukup untukku selama sebulan, tiba-tiba jadi 3 kali lipat karena temanku gak pernah beli beras ditambah doinya itu suka numpang hidup. Akhirnya ortuku kewalahan kirim stok beras, mereka pun heran dengan pengeluaranku yang makin banyak.” (Oke, kalo rame gua lanjut ya, tulis ‘Astrid Pongrekun’ itu).

Lantas dilanjutkannya:

“Dengan kondisi seperti ini, aku merasa kewalahan, apalagi token dan air aku yang bayar. Akhirnya aku jujur ke ortuku dan memberanikan diri negur si cowok ini. Awalnya mau face to face, berhubung beberapa hari dia gak datang ke kost-an karena ada kegiatan, akhirnya kuchat (niatnya biar clear, aku gak ngomong ke temanku yang cewek karena mikirnya agar hubungan kami tetap baik-baik). Ternyata si cowok keberatan dan langsung ngadu ke ceweknya (teman kosku).

Si cewek ngamuk ke aku dan aku jelasin baik-baik, tapi dia gak terima kalo doinya ditegur. Akhirnya aku yang mengalah dan pindah kost-an.”

Masih banyak komentar yang bersimpati kepada sosok yang diunggah oleh akun ‘PojokUpdate’ ini, termasuk dari akun ‘Artho Okha 67’ : “Pindah aja, Mbak. Supaya mentalnya bagus…”


Lain lagi yang saya paparkan di bawah ini, bukan cerita berdasarkan fakta. Sekadar anekdot, berasal dari akun ‘Nurjanah’, diberi judul : Kamar Mandi di Dalam.

Ini visualisasinya :

Seorang pemuda berkaos polo merah dengan topi biru yang “sosorannya” dibalik — diletakkan di bagian belakang kepala, menyandang tas punggung, terlihat berdialog dengan seorang bapak usia 50-an tahun.

Intinya pemuda tadi mencari kost dengan kamar mandi dalam, ternyata menolak karena bayarnya dirasa cukup mahal : sejuta rupiah sebulan.

Lantas dikatakan oleh bapak kost tadi bahwa ada yang Rp 500 ribu sebulan dengan kamar mandi dalam, tapi kecil.

“Oke, Pak. Kalau itu saya mau, saya bayar lunas saat ini juga,” sambil mengeluarkan dompet.

Celaka tiga belas ! Ternyata yang Rp 500 ribu dengan toilet dalam itu adalah kamar mandi plus kloset yang lantai keramiknya diberi tikar plastik. Tampak pemuda tadi duduk di tikar, tas punggungnya diletakkan di atas tutup kloset. Lantas dia bermonolog : “Ini sih bukan kamar mandi dalam, tapi di dalam kamar mandi…”

Dalam konteks “kamar mandi dalam” ada fakta hampir mirip anekdot di atas, hanya bukan dalam dunia per-kost-an, melainkan seputar TKW di Hongkong.

Akun ‘Riang Anak Bapak’ berisi video yang disuka 170 penonton dan dikomentari 20 orang ini, diberi judul : TKW Terlelap di Kamar Mandi.

Cekak aos, seorang TKW yang menyebut dirinya “Ibu” terlelap di kamar mandi karena kecapekan, bahkan sering menjadi tempat menangis setelah diomelin majikan.

Lain lagi curhatan akun ‘Nonamuy88’. TKW muda ini tidurnya persis di depan pintu kamar mandi di mana di situ terletak mesin cuci dan segala tetek-bengeknya. Di atas mesin cuci tersebut tersusun tempat tidur besi yang tepiannya tidak ada “pagar”-nya.

Untuk mengantisipasi hal buruk, persis di lantai seputar depan pintu kamar mandi yang biasanya diletakkan keset, diberi bantal dan benda-benda empuk, supaya jika jatuh dari tempat tidur yang tingginya 2 meter itu mengurangi cidera fatal.

Akun ‘NONA🦋JK’ berkomentar : “Kalo di HK (Hongkong) protes, besok langsung majikan beliin tiket, pulang luh! 🤣🤣. Beda sama di Taiwan ya 🙏. Dulu saya pernah di HK juga. Semangat, Cik! 💪”.

Hongkong dan Taiwan menjadi favorit para BMI (Buruh Migran Indonesia). Makanya senelangsa apapun, mereka para subsektor TKW di BMI ini mengusahakan untuk bertahan. Mengingat gaji mereka per bulan berkisar 10 juta – 12 juta rupiah, makan ikut majikan kendati ada yang apes cuma dijatah makan sehari sekali. Tanggal merah pun libur.

Catatan Meta AI : Gaji pokok minimum untuk TKW di Hongkong : HKD 4.990 per bulan (sekitar Rp 10,3 juta). Selain itu, TKW juga berhak menerima tunjangan dan bonus, seperti tunjangan makanan, transportasi, dan asuransi kesehatan.


Rumah kost agaknya tidak hanya sebagai tempat tinggal sementara, juga kawah candradimuka bagi para pemuda yang (pada akhirnya) bergerak di ranah politik, setidaknya sebagaimana yang pernah berlangsung di rumah “Raja Jawa Tanpa Mahkota” H.O.S Tjokroaminoto, di Peneleh VII nomor 29-31, Surabaya.

Di rumah ini, para pemuda seperti Sukarno, Semaun, Musso, Kartosoewirjo, Tan Malaka, Alimin, Abikoesno Tjokrosujoso, dan Ruslan Abdul Gani, terlibat diskusi intens dengan mentor eyang buyutnya artis Maia Estianty tersebut. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *