Merusak Rumah Pompa, Pemkot Surabaya Imbau Warga Tak Buang Sampah di Sungai!

waktu baca 3 menit

SURABAYA-KEMPALAN: Pemkot Surabaya terus memperkuat sistem pengendalian genangan air menjelang musim hujan. Namun, upaya ini menghadapi ancaman serius, pembuangan sampah rumah tangga berukuran besar, seperti sofa dan kasur, berpotensi merusak sistem drainase Kota Pahlawan, yaitu rumah pompa air.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi, menyatakan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan ke saluran air menjadi tantangan terbesar.

“Sampah di sungai merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Sampah padat, seperti sofa, kasur, dan kayu, seringkali menyangkut di screen (penyaring) rumah pompa. Jika lolos atau menumpuk, ini dapat menyebabkan pompa terhenti dan berpotensi merusak mesin secara permanen,” terang Syamsul Hariadi, saat konferensi pers di ruang eks Humas Pemkot Surabaya, Kamis (6/11).

Syamsul mencontohkan, saat hujan deras akhir-akhir ini, DSDABM Surabaya menemukan volume sampah yang tinggi di salah satu saluran utama. 

“Saat hujan deras terakhir, di Saluran Greges yang mengarah ke Bosem Morokrembangan, petugas berhasil mengumpulkan 20 truk sampah hingga pagi hari. Volume sampah di sana merupakan jumlah terbesar yang ditemukan, dengan variasi temuan yang sangat beragam, mencakup benda-benda rumah tangga hingga benda keras seperti helm, sofa, kasur, popok bayi, dan pakaian,” ungkapnya.

Sampah yang ditemukan menyumbat rumah pompa.

Saat ini, Pemkot Surabaya memiliki 76 rumah pompa aktif dan jumlah ini akan bertambah menjadi 81 unit pada akhir tahun 2025. Penambahan kapasitas ini sejalan dengan fokus prioritas pembangunan tahun 2025 di wilayah Surabaya Selatan.

“Tahun 2025 ini, kita memprioritaskan wilayah Surabaya Selatan dengan membangun lima rumah pompa baru, antara lain Rumah Pompa Menanggal, Rumah Pompa Ahmad Yani, Rumah Pompa Ketintang, Rumah Pompa Karah, dan Rumah Pompa Rungkut Menanggal,” terangnya.

Untuk memastikan operasional berjalan optimal, seluruh rumah pompa dijaga oleh petugas pompa selama 3 shift per 24 jam penuh. Selain itu, Syamsul menambahkan bahwa setiap rumah pompa dilengkapi 4 hingga 8 petugas penyaring sampah (penyarang).

“Petugas penyarang bekerja dalam shift karena beban kerja membersihkan sampah yang bercampur air sangat berat. Hal ini untuk memastikan pompa dapat terus bekerja tanpa terhambat sampah,” imbuhnya.

Meskipun tantangan sampah besar, Pemkot Surabaya terus berupaya memastikan penanganan genangan dapat dilakukan cepat berkat penerapan sistem terpadu dan prosedur tetap (protap) yang ketat.

Kunci kecepatan penanganan genangan dimulai dari pencegahan backflow. Hal ini diwujudkan melalui pembangunan pintu air di hampir semua saluran yang bermuara ke laut.

“Ketika terjadi air pasang, pintu-pintu air ditutup dan pompa air dioperasikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari tabrakan antara air laut pasang dengan air hujan, yang merupakan penyebab utama genangan di wilayah pesisir,” ujarnya.

Selain itu, Pemkot Surabaya berpedoman pada peringatan dini BMKG. Berdasarkan informasi tersebut, semua pompa diaktifkan (pre-pumping) sebelum hujan tiba untuk mengosongkan saluran dan memaksimalkan daya tampung air hujan.

Namun, Syamsul mengakui bahwa sistem drainase masih memiliki kelemahan di wilayah tertentu akibat fasilitas yang belum lengkap dan pekerjaan pembangunan yang belum tuntas.

“Seperti di kawasan Tanjungsari, genangan paling lama terjadi karena wilayahnya belum memiliki fasilitas pengendali air lengkap, seperti rumah pompa dan pintu laut,” kata dia.

Sementara di kawasan Tenggilis dan Margorejo, genangan terjadi akibat lokasi cekung dan adanya pekerjaan pembangunan yang belum selesai, misalnya di Prapen atau Jemursari yang menghalangi pembuangan air.

Di sisi lain, sistem drainase masih belum sempurna. Dari lima saluran keluar utama, baru dua yang dilengkapi pintu air, yakni Saluran Balong dan Saluran Kandangan. 

Tiga saluran lainnya yaitu Saluran Kerambangan, Kalianak, dan Sememi belum memiliki pintu laut sebagai pengendali air. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah mendesak bagi Pemkot Surabaya.

“Pembangunan fasilitas pengendali di tiga saluran tersebut telah diusulkan menjadi prioritas untuk segera dikerjakan, seiring dengan fokus pemkot saat ini di wilayah Selatan,” pungkasnya. (Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *