One Piece

waktu baca 5 menit

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

KEMPALAN: Ada dua tokoh bajak laut yang terkenal di dunia hiburan. Anda yang cukup senior mengenal—dan mengagumi—sosok Jack Sparrow, bajak laut slebor dalam serial ‘’Pirates of the Carribean. Anda yang lebih update dan relate dengan hiburan zaman now mengenal Monkey D. Luffy, dengan bendera tengkorak bertopi jerami dalam serial anime ‘’One Piece’’.

Jack Sparrow diperankan oleh Johny Depp. Dalam beberapa seri Depp tampil sangat menawan dan sangat menjiwai. Perannya sebagai bajak laut pemabuk 24 jam, yang berpetualang di Laut Karibia, itu nyaris tak tergantikan.

Monkey D. Luffy ialah bajak laut yang mempunyai bendera khas yang disebut Jolly Roger. Setiap anggota bajak laut punya bendera masing-masing yang menjadi identitas dan karakter masing-masing bajak laut. Straw Hat Pirates, bajak laut bertopi jerami milik Luffy menggambarkan kemerdekaan, kebebasan, dan kesetiakawanan.

Jack Sparrow ialah pahlawan produk Hollywood. Film-film blockbuster yang puluhan tahun didominasi oleh Hollywood sekarang mulai pudar dan bergerser. India terlebih dahulu menyaingi Hollywood dengan produk film-film Bollywood yang khas. Jepang menyusul dengan industri film dan fashion yang menembus selera dunia. Harajuku, fashion ala Jepang, menjadi tren yang digandrungi di seluruh dunia.

Korea Selatan menyusul menjadi kekuatan baru di dunia budaya pop. Korean Wave menjadi tsunami dunia hiburan yang menyapu dominasi Amerika dan Eropa. Film-film Korea mengalahkan film-film Hollywood secara sangat meyakinkan. Bahkan, film produksi Korea ‘’Parasite’’ dinobatkan sebagai ‘’Film of the Century’’, film terbaik abad ini.

Abad Amerika dan Eropa sebagai episentrum dunia sudah berakhir. Amerika dan Eropa sudah bukan lagi menjadi pusat peradaban dunia. Di bidang ekonomi Amerika dan Eropa sudah ketinggalan jauh dari China. Di bidang budaya dan hiburan populer Amerika sudah ketinggalan dari Korea Selatan.

Diplomat kawakan Singapura Prof. Kishore Mahbubani getol membuat prediksi kebangkitan Asia dan keterpurukan Amerika dan Eropa. Dalam ‘’The New Asian Hemisphere; The Irresistible Shift of Global Power to the East’’ (2009) Mahbubai mengajukan tesis mengenai pergeseran kekuatan global yang tak terhindarkan dari Barat ke Timur. Kebangkitan China, India, Jepang, dan Korea Selatan sekarang ini menjadi bukti akurasi tesis Mahbubani.

Hemisphere Barat yang diwakili Inggris dan Amerika sudah memasuki masa senja. Dulu, penjajahan Barat terhadap Timur tidak hanya terjadi di bidang ekonomi dan politik, tetapi juga budaya dan peradaban. Edward Said membuat kajian dalam ‘’Culture and Imperialism’’ (1993), mengungkap hubungan antara budaya dan penjajahan.

Penjajahan Barat dijustifikasi, dicarikan pembenaran, sebagai misi suci dan agung. Peradaban Barat yang lebih adiluhung mengemban misi untuk memperadabkan manusia di bagian Timur yang belum beradab. Impersialisme dan kolonialisme bukanlah pendudukan dan penjajahan, tetapi sebuah perwujudan misi peradaban.

Tugas peradaban itu disebut sebagai ‘’white man’s burden’’, beban dan tanggung jawab bangsa kulit putih. Menjajah wilayah Timur adalah misi memperkenalkan peradaban kepada bangsa-bangsa yang masih terbelakang.

Melalui karya sastra dan budaya, misi peradaban itu diperkenalkan. Karya-karya sastra dari Jane Austen, yang menggambarkan keagungan peradaban Inggris, adalah bagian dari penjajahan budaya.

Di era keemasan Hollywood serial ‘’Rambo’’ adalah pembodohan telanjang dan penghinaan terhadap Vietnam—dan Asia. Jika Rambo adalah tokoh real maka Amerika tidak akan lari terbirit-birit dari Vietnam pada perang 1974.

Dalam perspektif ini kemunculan tokoh Monkey D. Luffy dengan bendera tengkorak dan topi jerami harus dilihat sebagai kemenangan peradaban Timur atas Barat. Pengibaran bendera Jolly Roger harus dilihat sebagai selebrasi kemenangan budaya Timur atas dominasi budaya Barat.

Publik di Asia tidak lagi mencari idola kepada Rambo, atau meniru gaya rambut dan model pakaian boy band Amerika dan Inggris. Mereka punya idola baru dalam serial One Piece, dan mempunyai role model baru pada boy band Korea.

Dalam kasus One Piece memang terasa ironis menjadikan bajak laut sebagai idola. Tetapi itulah realitas sosial yang terjadi di sekitar kita. Masyarakat mengalami krisis idola. Tidak ada lagi tokoh masyarakat yang bisa dijadikan panutan dan role model. Maka ketika masyarakat membutuhkan pahlawan dan idola mereka lari kepada bajak laut.

Bajak laut adalah perompak yang menjarah kapal-kapal yang lewat di lautan. Mereka dianggap sebagai pengacau, orang marginal, dan outcast yang terpinggirkan. Tetapi, semua atrubusi negatif ini tidak menghalangi ratusan juta orang untuk menjadikan bajak laut sebagai idola.

Pada komunitas Jolly Roger para bajak laut itulah ditemukan nilai-nilai kejujuran, kebebasan, dan kesetiakawanan. Nilai-nilai itu sudah sangat langka dalam realitas kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu hanya menjadi slogan dan retorika yang diucapkan dengan gegap gempita selama masa kampanye saja.

Menghadapi fenomena One Piece aparat pemerintah tidak perlu baper dan berlagak seolah-olah paling nasionalis. Negara tidak perlu lebay dengan memakai pendekatan kekuasaan untuk mengancam rakyat yang mengibarkan bendera One Piece. Rakyat berhak memilih idolanya sendiri. Negara tidak punya hak sama sekali untuk menentukan siapa yang harus menjadi idola.

Banyak anak muda yang memakai kaos oblong dan topi bergambar Che Guevara atau Mao Zedong. Mereka melakukannya karena tidak menemukan idola dan pahlawan yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Ketika mereka membutuhkan ideola, pilihan jatuh kepada dua tokoh komunis itu.

Kita banyak menyaksikan orang memakai kaos bergambar wajah para politisi. Mereka memakainya bukan karena kagum, apalagi menjadikan politisi itu sebagai idola. Mereka mendapat kaos itu gratis–plus amplop sogokan–saat kampanye pemilu legislatif dan eksekutif.

Fenomena bendera One Piece menjadi kontroversi dan banyak mendapat reaksi dari banyak pejabat. Mereka berkomentar dan mengancam, seperti tidak ada pekerjaan lain yang lebih urgen.

Untunglah Presiden Prabowo Subianto sudah menegaskan bahwa pengibaran bendera One Piece tidak perlu dipermasalahkan. Ia menganggapnya bagian dari kreativitas masyarakat.

Mungkin Prabowo ingat semboyan di bus kota, ‘’Sesama Bajak Laut Dilarang Saling Mendahului’’. Hidup Bajak Laut. Merdeka!

BACA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *