Gubernur Khofifah Surati Menhub, Dorong Percepatan Reaktivasi Kereta Api di Madura

waktu baca 5 menit
Wagub Emil Elestianto Dardak saat menghadiri FGD Reaktivasi Kereta Api Madura di Hotel Inna Simpang, Selasa (21/3). 

SURABAYA-KEMPALAN:Pemprov Jawa Timur mendukung proyek strategis nasional untuk mereaktivasi jalur kereta api di Madura.
Bahkan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah bersurat pada Menteri Perhubungan untuk mendorong percepatan reaktivasi sejumlah jalur kereta api di Jawa Timur, termasuk diantaranya reaktivasi jalur kereta api di Madura. 

“Ibu Gubernur telah bersurat ke Kementerian Perhubungan untuk mendorong percepatan program reaktivasi dan peningkatan jalur kereta api di wilayah Jawa Timur, termasuk di antaranya reaktivasi kereta api di Madura,” kata Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elestianto Dardak saat hadir dalam FGD Reaktivasi Kereta Api Madura di Hotel Inna Simpang, Selasa (21/3). 

Menurut Emil, surat tersebut  tertanggal 9 Februari 2023. Berdasarkan kajian Direktorat Perkeretaapian Kementerian Perhubungan tahun 2022, reaktivasi jalur kereta api Madura itu telah masuk dalam tujuh besar prioritas reaktivasi jalur mati Jatim.

“Jalur reaktivasi kereta api Madura dengan rute Kamal-Bangkalan-Sampang-Pamekasan-Sumenep ini masuk dalam prioritas ke tujuh kajian tersebut. Maka bersama sama mari kita dorong menjadi number one priority,” kata Emil.

Mantan Bupati Trenggalek ini juga menegaskan bahwa reaktivasi jalur kereta api di Madura ini telah tertuang dalam daftar proyek strategis nasional di Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.

Diakui, untuk mereaktivasi jalur kereta Madura dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Berdasarkan kajian Kemenhub, nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 3,375 triliun. 

Emil berharap, BUMN PT KAI bisa mendanai proyek tersebut. Namun, jika dilihat dari nilainya yang besar, kemungkinan akan kesuitan jika reaktivasi tersebut hanya mengandalkan PT KAI.

“Kayaknya tanpa campur tangan pemerintah berat. Tapi sejauh ini ada progres yang menggembirakan. Sebab, kereta api adalah moda transportasi yang merakyat kalau harganya terjangkau. Kalau sudah jalan, pariwisata pasti ikut terdongkrak,” ujarnya.

Sementara itu pakar transportasi dari ITS Hera Widyastuti mengungkapkan alasan reaktivasi jalur kereta Madura membutuhkan dana yang sangat besar. Menurutnya  hal  itu tak lain karena jalur kereta yang sudah terlalu lama tidak terpakai tersebut banyak yang sudah tertimbun. Bahkan tidak sedikit yang telah jadi jalan raya.

“Kondisinya saat ini jalur kereta api Madura sudah sangat banyak yang jadi jalan raya. Tidak sederhana prosesnya, sehingga butuh biaya yang tidak murah,” kata Hera.

Dia menjelaskan, kereta api merupakan trasportasi massal yang apabila benar-benar bisa dioperasikan akan sangat mengurangi kemacetan. Apalagi jalan penghubung Pulau Madura hanya ada satu ruas, dan rawan macet mengingat di waktu-waktu tertentu ada pasar tumpah.

Hera juga menyebut bahwa reaktivasi jalur kereta Madura akan menimbulkan efek domino terhadap banyak sektor. Terutama sektor pariwisata Madura yang sejauh ini jarang terjamah akibat minimnya infrastruktur. 
“Harapannya dengan pergerakan transportasi ini bisa mengangkat PDRB dari daerah-daerah yang dilewati,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Jawa Timur Aliyadi Mustofa mengapresiasi gagasan besar pemerintah yang merancang Perpres No. 80 Tahun 2019, yang di dalamnya memuat proyek reaktivasi jalur kereta api Madura. Pria berdarah Madura itu meyakini, jika proyek ini terealisasi, yang paling diuntungkan adalah masyarakat Madura dan Jawa Timur pada umumnya. “Walau tidak segampang membalikan telapak tangan, ini perlu kita dukung,” kata Ali, penuh semangat.

Dikatakan, untuk merealisasikan seluruh proyek dalam Perpres  80 tahun 2019 membutuhkan investasi besar. Bahkan, khusus untuk proyek-proyek di Pulau Madura saja, nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 40 triliun.

Selain itu, yang  menurutnya harus menjadi perhatian adalah sosialisasi terhadap masyarakat Madura, agar proyek-proyek tersebut bisa berjalan sesuai rencana.

“Sosialisasi harus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan ala Madura. Dulu pembangunan Jembatan Suramadu aja awalnya dapat penentangan. Tapi akhirnya mereka menerima juga dan Suramadu jadi dibangun walaupun tidak memberikan efek signifikan terhadap ekonomi warga Madura,” terang Ali.

Sementara itu, Ketua DPP Madura Asli (Madas) Berlian Ismail Marzuki yang juga hadir dalam forum ini mengatakan, warga Madura sangat menantikan pembangunan infrastruktur yang menyambungkan Pulau Garam tersebut. Baik itu proyek pembangunan Tol Trans Madura, maupun reaktivasi jalur kereta api Madura. 

Berlian pun menjelaskan alasan warga Madura banyak yang lebih memilih merantau ketimbang tinggal di tanah kelahirannya. Itu tak lain karena keterbatasan infrastruktur di sana, sehingga membuat pengembangan daerah sulit dilaksanakan.

“Kenapa Madura banyak merantau, karena di tanah kita gak bisa (berkembang) karena aksesnya terhambat. Kalau ini (jalur kereta) dibuka tentu yang diuntungkan ya masyarakat Madura,” katanya.

Apalagi di Madura banyak sekali obyek wisata yang bisa dikunjungi. Seperti taman laut di kawasan kepulauan Sumenep yang dinilai lebih indah dibandingkan taman laut Bunaken di Sulawesi Utara yang banyak dikunjungi wisatawan dunia, khususnya para penyelam.

“Selain itu, Madura juga satu-satunya pantai yang punya cemara udang. Cuma aksesnya yang tidak mendukung,” ungkap Berlian.

Bahkan, menurut Berlian, di Madura tidak ada infrastruktur selain satu jalur. Jalurnya hanya itu aja dan sering macet. “Kalau sudah kena pasar sapi, ya ampun. Meskipun sekelas Presiden, ya mohon maaf, harus menunggu sapi lewat dulu baru bisa jalan,” tuturnya.

Mengenai sosialisasi agar masyarakat tidak menentang proyek tersebut, menurut Berlian tidaklah sulit. Masyarakat Madura dikenal sangat terbuka dan harmonis. Hanya saja terkadang cara sosialisasi yang dilakukan salah. 

“Misal ada sosialisasi untuk tol atau infrastruktur lainnya. Kuncinya tinggal dekati gurunya, pemimpinnya, atau orangtuanya. Kalau tiga ini sudah didekati, siapapun akan diam. Sebab, orang Madura itu sangat tawadhu pada tiga orang ini,” pungkas Berlian.(Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *