Bambang Haryo: Kuliner Berpotensi Jadi Penggerak Ekonomi Nasional, Perlu Dukungan Nyata Pemerintah
Jakarta – Anggota Komisi VII DPR-RI, Bambang Haryo Soekartono, menyoroti pentingnya penguatan sektor ekonomi kreatif (Ekraf), terutama subsektor kuliner, sebagai pilar baru pembangunan ekonomi nasional. Ia mengapresiasi langkah strategis pemerintah yang memisahkan Ekraf dari sektor pariwisata, mengingat potensi besar yang dimiliki 17 subsektor di dalamnya.
Menurut Bambang, sektor Ekraf telah menyumbang sekitar 6,5 persen terhadap PDB nasional dan mampu membuka lapangan kerja bagi 21 juta orang. “Ini angka yang signifikan, artinya kita perlu menggarap sektor ini secara lebih serius dan terstruktur,” ujarnya, Jumat (31/5).
Secara khusus, ia menekankan pentingnya memberi perhatian lebih pada subsektor kuliner. Dari seluruh subsektor Ekraf, kuliner menyumbang kontribusi terbesar: 41 persen terhadap PDB Ekraf dan 56 persen serapan tenaga kerja.
“Dampaknya sangat luas. Sektor kuliner terhubung langsung dengan rantai pasok pertanian, perikanan, hingga peternakan. Jika kuliner hidup, seluruh ekosistem ikut tumbuh,” kata politisi Partai Gerindra ini.
Namun, ia menyampaikan keprihatinan atas minimnya dukungan terhadap industri kuliner lokal, sementara negara lain justru mengambil peluang. Ia mencontohkan adanya pabrik makanan khas Indonesia yang berdiri di Belgia dan mampu memproduksi 60 ton setiap bulan.
“Ini ironis. Negara lain memproduksi makanan khas kita dan mengekspornya. Padahal seharusnya kita yang mengembangkan dan menguasai pasar itu,” ujar Bambang.
Karena itu, ia mendorong pemerintah agar segera memperkuat alokasi anggaran untuk Kementerian Ekonomi Kreatif serta mempercepat pembentukan Dinas Ekraf di daerah. “Jangan lewat dari tiga bulan. Dinas ini harus segera ada di tingkat daerah untuk menjangkau potensi lokal,” tegasnya.
Bambang meyakini, dengan langkah konkret dan dukungan kebijakan yang tepat, sektor kuliner bisa menjadi motor baru dalam menggerakkan ekonomi nasional sekaligus meningkatkan devisa negara.
