Kunjungan Prabowo ke Belanda Membuahkan Sukses Besar
Oleh: A. Aziz Bayagub
BELANDA-KEMPALAN: Setelah pidato presiden Prabowo di PBB yang heboh beberapa waktu lalu, beliau kemudian melanjutkan lawatannya ke Kanada sehari, lalu lanjut ke Belanda pada hari Jumat (26/9/25). Meski kunjungan tersebut hanya beberapa jam saja, ternyata kunjungan itu membuahkan hasil serta menorehkan sejarah yang luar biasa.Presiden Prabowo Subianto melakukan lawatan ke Belanda sehari saja yaitu pada hari Jumat tanggal 26 September 2025 lalu. Wartawan koran online kempalan.com A. Aziz Bayagub yang berdomisili di Belanda melihat ini merupakan gebrakan yang cukup membuat negara-negara di Eropa Barat dan Schengen makin membuka mata dan telinga atas eksistensi negara Indonesia. Dengan bahasa Inggris yang baik, jelas serta tanpa penerjemah, beliau dengan jelas, berwibawa berkomunikasi langsung dengan Raja Belanda.
Langit dan udara di Belanda saat itu cukup cerah seakan hendak turut menyambut kedatangan presiden Indonesia itu yang sedang berkunjung ke raja Belanda Willem-Alexander. Meskipun hanya beberapa saat saja, kunjungan tersebut boleh dibilang menuai hasil besar. Bayangkan, 30.000 artefak bersejarah yang merupakan identitas asli bangsa Indonesia yang dirampas oleh Belanda, dapat diminta untuk dikembalikan kepada negara Indonesia. Dengan cara soft diplomacy, elegan, gentleman namun bersahabat. Bisa dibayangkan, sebuah negara eks-jajahan berkunjung ke negara bekas penjajahnya selama 350 tahun, kemudian meminta kembali barang mereka yang telah diambil selama 175 tahun terpajang di banyak museum Belanda. Dan disetujui langsung. President Prabowo datang secara langsung, dan dengan cara damai serta bersahabat. Sungguh ini merupakan satu tindakan diplomasi yang sangat luar biasa. Mayoritas artefak tersebut berasal dari eks-kerajaan-kerajaan di pulau Jawa dan sebagian pula dari banyak pulau lainnya di hampir seluruh kepulauan di Indonesia.
Dalam pertemuan antara Raja Belanda Willem-Alexander dengan presiden Prabowo di istana Kepresidenan Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda tersebut, President Prabowo berhasil melobi raja Belanda tersebut untuk mengembalikan artefak-artefak bersejarah tersebut dalam beberapa jam saja. Ini bukan misi diplomasi pertahanan atau ekonomi, namun misi diplomasi budaya. Membawa pulang pusaka bangsa yang telah lama dirampas eks-penjajahnya. Pusaka-pusaka yang berhasil diminta kembali tersebut dimulai dari benda keris pusaka kerajaan hingga mahkota kerajaan di nusantara. Pusaka-pusaka tersebut resmi dipastikan akan kembali ke tanah air setelah presiden Prabowo Subianto tiba di tanah air. Dunia tercengang mendengar hal ini. Dunia Barat serta banyak negara lain hanya melongo melihat langkah ini yang bikin bulu kuduk merinding. Artefak yang berjumlah sangat banyak dan tak ternilai harganya, baik dari sisi finansial dan nilai sejarahnya, membuat banyak negara mulai mempelajari dan akan mengikuti langkah tersebut.
Peristiwa ini tidak terjadi dalam sekejab begitu saja. Pada tahun-tahun sebelumnya para sejarawan dan banyak diplomat Indonesia telah berjuang keras meminta barang-barang pusaka tersebut dikembalikan pada Indonesia, namun selalu gagal. Hal itu terjadi disebabkan berkat pidato dan langkah berani presiden Prabowo Subianto yang menggema di PBB mengenai Timur Tengah, artefak-artefak tersebut dapat dengan mudahnya ditarik kembali ke Indonesia. Bukan dengan retorika kosong, namun dengan langkah diplomatik yang tegas dan berwibawa, akhirnya pemerintah Belanda tak bisa mengelak dari fakta sejarah dan budaya, menyerahkan benda-benda bersejarah tersebut kepada Indonesia yang mereka rampas dahulu. Inilah saatnya Indonesia memulihkan martabat bangsa di bidang sejarah bangsa. Artefak-artefak itu simbol jati diri leluhur dan kebesaran bangsa yang selama ini tercecer di museum-museum di Belanda. Di sisi lain hal ini seperti menampar sisi kolonialisme modern.
Dunia Barat selama ini hanya memandang negara-negara bekas jajahan hanya sebagai pihak yang lemah. Tapi kini Indonesia membalikkan narasi tersebut. Indonesia dengan kepala tegak melalui presiden Prabowo di jantung Eropa, menagih apa yang menjadi hak bangsa. Dan ketika Raja Belanda akhirnya menyetujui permintaan presiden Prabowo atas hal ini, dunia mulai tahu, bahwa Indonesia sudah bukan bisa dianggap enteng lagi. Malaysia sampai ikut terkaget-kaget. Negeri jiran yang sering merasa di atas angin, mendadak kehilangan kata. Mereka menyaksikan bagaimana Indonesia berhasil menundukkan negara bekas penjajahnya dengan cara yang elegan serta bermartabat.Baru terjadi dalam sejarah dunia, baru Indonesia yang berani berkata pada mantan penjajahnya, untuk meminta kembalikan hak miliknya.
Langit Den Haag dan Amsterdam menjadi saksi sejarah atas hal ini. Ketika presiden tiba di istana Raja di Den Haag, Belanda, pertemuan itu terasa formal. Namun sejurus kemudian pertemuan tersebut menjadi momen monumental ketika pihak kerajaan Belanda menyetujui permintaan pemulangan lebih dari 30.000 artefak bersejarah milik Indonesia yang diambil di berbagai pulau di Indonesia.Dari keris kerajaan, arca kuno hingga naskah kuno Jawa hingga Bugis, akhirnya semuanya akan dikemas rapi dan dikembalikan. Semua benda bernilai tersebut bukan hanya sebagai barang koleksi bersejarah, namun juga sebagai simbol luhur serta tingginya peradaban bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Dan tak kalah pentingnya, momen ini menunjukkan betapa pentingnya artefak-artefak itu bagi bangsa Indonesia. Hal ini banyak membuat negara-negara di Eropa terdiam. Ini merupakan diplomasi budaya paling berani yang dilakukan oleh satu negara bekas jajahan dari Asia Tenggara.
Presiden Prabowo tidak datang dengan gaya kolonial balas dendam. Tapi dengan cara yang terhormat yang justru membuat Belanda makin menghormati Indonesia lebih dalam. Di sisi lain, banyak negara bekas jajahan dari India hingga Ghana mempelajari teknik diplomasi budaya yang telah dilakukan Indonesia. Secara geopolitik tindakan Indonesia yang telah berhasil meminta kembali puluhan ribu artefaknya yang diambil bekas negara penjajahnya, makin menyuarakan posisi Indonesia di panggung politik internasional.Ini bukan hanya bukti kemenangan simbolik, namun juga bukti keberhasilan diplomatik budaya yang bisa menyaingi diplomatik negara-negara besar. Prabowo memainkan soft power yang elegan. Tanpa ancaman, tanpa tekanan ekonomi maupun militer, tanpa suara tinggi menggema. Hanya dengan kehormatan dan wibawa. Langkah tersebut dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin moral di Asia Tenggara. Ketika negara lain masih mengejar proyek ekonomi dan nilai investasi dari negara-negara Barat, Indonesia justru memperjuangkan keadilan sejarah. Ini dapat menciptakan narasi baru bahwa kekuatan satu bangsa tidak hanya diukur dari GDP, tapi dilihat dari keberanian menjaga martabat. Sedangkan dari sisi ekonomi dalam negeri Indonesia, ini dapat menciptakan peluang besar di sektor pariwisata serta kebudayaan. Museum Nasional di Jakarta dan daerah-daerah lainnya nantinya dapat menarik banyak wisatawan serta makin meningkatkan perekonomian di sekitarnya. Selain itu dapat meningkatkan citra Indonesia sebagai pusat warisan budaya dunia. Serta masih banyak keuntungan-keuntungan lainnya dari keberhasilan diplomasi budaya yang diciptakan bapak presiden Prabowo Subianto ini. Semoga ini menjadi awal menuju perbaikan Indonesia ke arah yang lebih baik, ke depannya.
Editor: Nur Izzati Anwar (Izzat)









