Jalan Tasawuf KH. Syaiful Ulum Nawawi (9)
KEMPALAN : Kali ini KH. Syaiful Ulum Nawawi menyinggung tentang musik dalam tinjauan tasawuf. Sebagaimana puncak ranah tasawuf adalah Ihsan, maka pembahasannya tentu akan dikaitkan dengan pengertian Ihsan itu sendiri, yaitu tindakan-tindakan terpuji sesuai koridor Allah SWT.
Dan inti dari tindakan-tindakan terpuji sebagaimana berkali-kali disebutkan beliau adalah : welas asih.
Ada sementara anggapan –bahkan dalam persepsi tertentu bermusik dianggap memasuki ranah larangan. Salah satunya perkara seni yang dianggap dapat melemahkan keimanan seseorang.
Jika ada anggapan atau persepsi semacam itu, menurut KH. Syaiful Ulum Nawawi, semuanya harus dilihat dari azas manfaat.
“Kalau musiknya ngajak umat melakukan perbuatan maksiat, ya jelas dilarang. Atau musik itu tidak memberi semangat hidup untuk berkontribusi pada hal-hal yang produktif positif, sebaiknya dijauhi.”
Menurut KH. Syaiful Ulum Nawawi, “Semuanya tergantung pada azas kegunaan bagi insan manusia tanpa membawa dampak kerusakan.
“Kalau musiknya karya Rhoma Irama apa ya harus dilarang. Wong itu musik dakwah yang mengajak umat berjalan di jalur Alloh : Menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.”
Jauhi mabuk-mabukan, minum minuman keras dan narkoba, judi — kan begitu narasi musik-musik Rhoma Irama, sebagaimana dinyatakan beliau.
Dalam konteks tasawuf ansich, musik itu lebih dekat ke ‘rasa’ dibanding ‘logika’, apalagi dalam kaitan kesenian yang lebih makro.
Lebih lanjut dikatakan KH. Syaiful Ulum Nawawi, sesungguhnya fitrah kemanusiaan itu kan salah satunya mencintai keindahan. Keindahan karena alam semesta yang diciptakan Tuhan, dan keindahan seni hasil cipta karya manusia mahkluk ciptaanNya.
“Atau masak musik pitutur seperti karya-karya Ebiet G. Ade yang selain syair-syairnya indah, melodi-melodinya juga mengkomposisikan harnonisasi dengan syair, harus dijauhi. Kan gak gitu. Justru musik-musik ini yang harus kita abadikan. Kita sebarluaskan, musik-musik tentang kebesaran Tuhan pencipta alam semesta raya.”
Atau musik-musik grup musik balada Bimbo dari Bandung yang agung dan terorkestrasi dengan indah itu. “Ini adalah bagian dari unsur keindahan yang diharap dapat menghaluskan akal budi manusia.”
“Yang penting jangan mencintai sesuatu secara berlebihan. Kecuali cintanya manusia kepada Allah SWT.”
Ada salah salah satu ulama yaitu Imam al-Ghazali yang dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din, antara lain menulis begini: orang yang jiwanya tidak tergerak oleh semilir angin, bunga-bunga, dan seruling musim semi adalah keringnya jiwa yang sulit terobati.
Atau seperti pendapat salah satu ulama besar Abil-Hasan bin Salim, tak ada larangan bermusik dalam Islam, asal tidak disertai sendau gurau dan kata-kata yang menyesatkan.
Atau kalau kita kerucutkan, sebagaimana pernyataan KH Syaiful Ulum Nawawi, “Asal bukan yang berisi syair-syair yang melanggar syariat.” (Amang Mawardi – Bersambung).
