ABW Itu Berlian yang Makin Berharga
KEMPALAN: Oo jadi benar PDIP tidak jadi mengusung ABW (Anies Baswedan). Alasan resmi belum ada, hanya bisa menebak-nebak dari isi pidato Megawati dan bisik-bisik seputar Teuku Umar, rumah Bu Mega.
Anies memang teguh memegang prinsip bahwa untuk bisa maju bersama PDIP tidak harus jadi kader secara formal. Kesamaan untuk menyelamatkan demokrasi dan konstitusi itu lebih tinggi dibandingkan selembar kartu anggota AD/ART atau garis partai.
Kedua, bahwa katanya Mega dilobi 08 (Prabowo Subianto, Red) untuk tidak mengajukan Anies. Mungkin ada rasa kecewa 08 pada Anies karena pernah diusung Gerindra (di pilgub DKI 2017) tapi menjadi rival di pilpres 2024, dan mungkin akan jadi rival lagi di pilpres 2029.
Itu tidak diinginkan oleh 08. Mulyono sama. Anies adalah batu sandungan untuk karier politik Gibran, maka Anies harus disumbat salurannya, dijegal kakinya, panggungnya, dan dibunuh karirnya di jabatan publik.
Rasanya gemes kalo Anies ditolak PDIP, keduanya adalah faktor terbentuknya KIM Plus, sehingga disatukan oleh nasib dan kepentingan mestinya mudah bersatu. Tapi ini tidak jalan, karena pihak rezim tahu caranya memisahkan Anies dengan PDIP.
PDIP jelas tidak berharap menang jika mencalonkan Pramono-Rano Karno. Tapi ini harga yang mesti dibayar PDIP yang ternyata lemah berhadapan dengan 08 dan Mulyono.
Anies tetap akan berkilau, tanpa jabatan publik Anies tidak akan redup.
Skenario penjegalan Anies pada pilkada Jakarta makin menguatkan semangat juang pendukung Anies.
Dan jika 5 tahun kedepan pemerintah gagal memenuhi janji politiknya, maka akan melahirkan kemarahan rakyat, dan Anies akan dicari di pilpres 2029.
Rencana Allah pasti yang terbaik. Hasbiyallahu laa ilaha illahu, Alaihi tawakaltu wahuwa rabbul arsyil adzim. ()
Oleh: Imam Sujangi, Dewan Pakar Jaringan Nasional Relawan Anies Baswedan (Jarnas)