18 Tahun Beritajatim.com, di Tengah 989 Media Online Terverifikasi

waktu baca 4 menit
Lucky Lokononto (pakai rompi), Amang Mawardi (paling kanan)

KEMPALAN: Tiga hari lalu saya dikirimi  undangan oleh CEO BeritaJatim.com. Dwi Eko Lokononto (Mas Luki) via WA tentang peringatan 18 tahun media digital tersebut yang acaranya berlangsung hari ini (2/05/2024) di Hotel (bintang 5) Whiz di kawasan Surabaya Barat. 

‘Izin Mas Ketua, mohon perkenan untuk rawuh’, ketik Mas Luki di bawah undangan. Mas Luki biasa menyebut para seniornya dengan “Mas Ketua”.

Sehabis membaca undangan tersebut, saya gamang. Persoalannya saya masih recovery kesehatan, lantaran habis diopname. 

Kalau saya nyetir sendiri, angkat tangan deh. Kalau naik gojek motor, terlalu jauh. Pinggang bisa cenat-cenut, mengingat jarak rumah saya di kawasan Rungkut ke Hotel Whiz 20 kilometer, sebagaimana bacaan saya terhadap googlemap. Sementara kalau saya naik ‘Gocar’, waduh dompet saya lagi kempes-kempesnya — kira-kira bisa kena Rp 150 ribu pp (kira-kira lho yaa…). 

Baru tadi pagi istri saya mengatakan “Coba kontak Mas (sulung kami). Siapa tahu bisa ngantar”.

Segera saya kontak si sulung. “Ya, pak. Siap antar”, katanya. Mungkin lantaran tugasnya lebih banyak di “lapangan”, maka  permintaan saya ini dianggapnya tidak (begitu) mengganggu kinerjanya. 

Saat kendaraan semakin mendekati lokasi acara, saya makin terlongong-longong, betapa pesatnya perkembangan konstruksi di kawasan Surabaya Barat. Puluhan –bahkan mungkin ratusan gedung pencakar langit– menjulang di sini. Mungkin itu sebangsa apartemen, hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan, rumah-rumah makan, entah apa lagi. 

Saya lantas berpikir, bangunan sebanyak ini siapa ya yang meminati, wong mal-mal di tengah kota saat ini makin sepi. 

Ya, ada dua tahun saya tidak menginjak kawasan ini: Surabaya Barat. 

Saya tiba di lokasi sekira pukul 12.30. Saya pikir acara yang di hall (lantai ke-16) ini sudah dimulai, mengingat di undangan tertulis: 11.00. Ternyata masih makan siang, prasmanan. 

Saya tidak langsung ke meja makan, tapi masuk ke hall, mencoba mengamati suasana. He-he-he, ternyata naluri wartawan saya masih jalan, meski mungkin mulai lemot.

Para undangan ada yang duduk melingkari meja bundar, ada yang duduk di kursi berbaris-berjajar. 

Puluhan anak buah Mas Luki yang berseragam atasan warna bata dan bawahan gelap, sibuk melayani tetamu dengan ramah dan sigap. 

Kesan saya terhadap suasana ini: glamour dan megah. 

Pada saat ‘lunch’ itu –selain dengan Mas Luki– saya jumpa dengan sobat-sobat saya para jurnalis senior: Dr. Dhimam Abror Djuraid (mantan pemred Jawa Pos, mantan Ketua PWI Jatim), Lutfil Hakim (Ketua PWI Jatim), M. Anis (pemred NgopiBareng.com), Ainur Rohim (pemred BeritaJatim.com), Toto Sonata (wartawan yang penyair), Taufik Walikota Surabaya Barat (wartawan senior). Dan masih banyak lagi. 

Tentu saja, momen foto bersama tidak disia-siakan (kangen rek, wis suwe gak ketemu). 

Oh Iya, hampir lupa saya tadi ketemu juga dengan Mas Ferry Is Mirza pemegang gold card Dewan Pers dan Hendro D Laksono anak muda yang tulisan-tulisannya saya kagumi. 

Tentang media digital, masih butuh penelitian, apakah media online sudah demikian menguntungkan, kok sekarang banyak yang bikin media tersebut. Di poster digital yang menempel di backdrop, lebih dari 40 sponsor bertengger di situ. Atau jangan-jangan kepiawaian Mas Luki dengan squad-nya bisa meraup banyak iklan dan sponsor, terutama untuk acara ini. 

Dari data yang ada di google, Dewan Pers mencatat bahwa pada tahun 2023 jumlah media massa di Indonesia yang terverifikasi tercatat 1.819, dimana dari jumlah itu yang 989 adalah media online (digital). Itu yang terverifikasi lho. Yang masih antre verifikasi, mungkin lebih banyak lagi, khususnya untuk media digital. Mungkin ada juga yang berpendapat: halah, gak usah verifikasi-verifikasi-an, yang penting punya media. Eladalah! 

Berhubung tubuh saya sudah membunyikan ‘early warning system’, terpaksa saya pulang sebelum acara usai. Maklum dua komorbid ada ngendon di tubuh saya. Kalau diteruskan bisa bahaya. 

Lantas tas ransel, saya rengkuh dari bawah meja bundar. Kemudian saya letakkan di punggung saya. ‘Lho, lha kok enteng’, saya membatin. Baru saya ingat, dua judul  buku karya saya yang terbit pada 2023, yaitu “Di Senja Waktu Aku Tulis Buku” dan “Buku Waktu tak Pernah Menipu”  –masing-masing 3 eks– telah dibeli Mas Ainur Rohim. Alhamdulillah. Suwun, Mas.

(*) Amang Mawardi, penulis sejumlah buku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *