Pak Brewok
Tongkrongannya sangat khas. Tinggi besar, extra size, rambut gondrong, suara berat bariton, dan cambang lebat. Kalau saja dia orang Jawa sudah hampir pasti idolanya adalah Brontoseno atau Bima, satu dari lima Pandawa. Dialah Surya Darma Paloh, politisi par excellence yang menjadi pemain utama center stage oposisi dalam drama pemilihan presiden 2024.
Wajahnya yang brewokan membuat sebagian orang menyebutnya sebagai Pak Brewok. Sebutan ini sekadar sebuah atribusi atau identitas, karena memang dia satu-satunya pemimpin partai di Indonesia yang rajin dan istiqomah memelihara jambang.
Sebagai politisi senior Pak Brewok kaya raya akan pengalaman, kenyang makan asam garam politik Indonesia. Di antara sederet politisi lulusan Universitas Orde Baru yang ada di panggung politik Indonesia, Surya Paloh tampil menonjol dengan banyak pemikirannya yang out of the box.
Kejutan terbesar dalam sejarah politik pasca reformasi dimunculkan oleh Pak Brewok ketika pada 3 Oktober 2022 mendeklarasikan Anies Rosyid Baswedan sebagai calon presiden 2024 yang diusung oleh Partai Nasional Demokrat. Gempa politik besar terjadi pasca deklarasi yang mendadak itu.
Gempa politik besar terjadi karena Pak Brewok secara terbuka berlawanan dengan Joko Widodo. Pak Brewok mengusung tema perubahan, dan Joko Widodo sudah pasti mengusung tema keberlanjutan. Dua orang yang selama ini terkesan saling akrab dan dekat, tiba-tiba berada pada dua kutub diametral yang berseberangan.
‘’Kau yang mulai kau yang mengakhiri’’. Begitu bunyi syair lagu dangdut. Pak Brewok memulai gempa politik ini dan dia pula yang memungkasinya. ‘’Gak pake lama’’, kata anak gaul millennial, tidak pakai menunggu lama, dalam hitungan jam setelah KPU (Komisi Pemilihan Umum) mengumumkan hasil pemilu legislatif dan pemilu presiden 2024 (20/3), Pak Brewok langsung menyatakan menerima semua hasil pemilu tanpa syarat dan tanpa catatan.
Game over. Permainan selesai. Satu setengah tahun pertarungan politik yang keras akhirnya berakhir, dan KPU bisa dengan bangga mengumumkan, the winner is….Joko Widodo.
Pak Brewok harus lempar handuk dini. Di sisi lain, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar masih berusaha melawan dengan menyatakan penolakan terhadap hasil pemilu presiden, dan menegaskan akan menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Dua momen yang bertolak belakang. Pak Brewok pisah kongsi dengan Anies. Pak Brewok yang selama ini menjadi surrogate father bagi Anies, bapak angkat politik bagi Anies yang selama ini orphan politics alias yatim politik. Partai Nasdem boleh saja menyatakan dukungan terhadap upaya gugatan ke MK. Tetapi, dukungan itu mungkin sekadar memenuhi fatsun politik saja.
Pak Brewok sudah meminjamkan kendaraan politiknya secara cuma-cuma kepada Anies, dan sekarang saatnya untuk menarik kembali mobil carteran itu. Pak Brewok sudah membuktikan semboyan yang sangat dibanggakan, ‘’politik tanpa mahar’’. Dia pinjamkan kendaraan itu gratis kepada Anies. Tetapi, sebagai pemilik kendaraan, dia ingin kendaraannya balik dalam kondisi baik. Ia tidak ingin kendaraan itu balik dalam kondisi ringsek beyond repair, tidak bisa lagi diperbaiki.
Partai Nasdem sebagai kendaraan politik gratis Anies memang penyok-penyok di sana-sini, tapi secara keseluruhan kondisinya masih mulus dan mesinnya masih bagus, terbukti Nasdem masih bertahan di lima besar. Pak Brewok harus cepat-cepat menarik kendaraannya sebelum ringsek total. Dan, dia melakukannya dengan cepat, tepat, dan efisien.
Pengorbanan Pak Brewok sudah cukup besar dengan eksperimen politik ini. Sebagian bisnisnya terganggu dan dua menterinya masuk penjara. Ia harus melakukan recovery untuk mengatasi kerusakan sebelum Nasdem menjadi partai pariah.
Pak Brewok melakukan eksperimen politik yang riskan. Mengambil paket Anies-Muhaimin berarti harus sekalian membawa gerbong politik Islam yang selama ini diasosiasikan dengan politik identitas yang selalu diasosiasikan dengan intoleranisme. Mengadopsi Anies sebagai anak angkat politik berarti mengangkut semua gerbong yang selama ini menjadi pendukung utama Anies.
Nasdem tidak sepenuhnya siap untuk memasuki ranah politik kanan. DNA Nasdem tidak ada di situ. Nasdem adalah reinkarnasi dari Golkar yang lebih sreg dengan identitas nasionalis ketimbang Islam. Komposisi kepengurusan Nasdem mencerminkan hal itu. Ketua umum dari Islam, sekjen dari Nasrani. Ketika Johnny Plate masuk penjara, slot Katolik diberikan kepada Hermawi Fransiskus Taslim.
Nasdem berusaha merasa nyaman dengan lingkungan baru di tengah-tengah euforia politik Islam kanan. Tapi hal itu tidak mudah. Ibarat memasukkan ikan gabus ke lautan yang asin, terasa asing dan megap-megap.
Dalam deklarasi pasangan Amin di Surabaya Pak Brewok menyatakan selamat tinggal politik identitas, selamat tinggal polarisasi kadrun-cebong. Tapi dalam praktiknya polarisasi tetap terjadi, dan Nasdem terjebak dalam cold water, air dingin yang tidak nyaman. Para aktivis politik kanan juga masih belum sepenuhnya percaya kepada itikad baik Nasdem. Para aktivis Islam masih tetap merasa nyaman dengan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang istiqomah,w selama 20 tahun terakhir.
Pak Brewok bisa membaca peta itu dengan cermat. Ia mempersiapkan exit plan supaya Nasdem tetap bisa selamat. Ia pun bekerja ‘’sat set’’, seperti tagline pasangan Ganjar-Mahfud. Hanya sehari setelah hitung cepat lembaga survei memenangkan pasangan Prabowo-Gibran secara telak, Pak Brewok langsung bertemu dengan Joko Widodo di Istana.
Semua orang terbelalak menyaksikan langkah kuda Pak Brewok. Anies Baswedan kaget, anggota Koalisi Perubahan juga dibikin kaget. Dengan gagah Pak Brewok mengatakan bahwa dirinya bukan tipe pengkhianat. Tidak perlu ada yang dicurigai dari pertemuan itu. Pak Brewok menegaskan tetap konsisten dengan eksperimen perubahan yang diusungnya. Materi pertemuan itu tetap dirahasiakan dengan rapat.
Orang hanya bisa berspekulasi, hanya bisa menduga-duga. Sekarang, setelah Pak Brewok menyerah, orang bisa merekonstruksi isi pertemuan dengan Jokowi itu. Here is the deal, ‘’Kamu tunggu sampai keluar pengumuman resmi dari KPU, dan setelah itu kamu segera bikin pernyataan menerima hasil pilpres’’. Mungkin begitu deal Pak Brewok dengan Jokowi: Deal. Salaman, dan wassalam.
Bersamaan dengan itu Anies Baswedan pun langsung menjadi yatim politik lagi. Anies bersama Muhaimin dibiarkan menjadi anak ayam yang kehilangan induk. Muhaimin masih mencoba bertahan untuk mendampingi Anies dalam mengajukan gugatan ke MK. Tapi, mungkin, hal itu hanya formalitas, sekadar untuk menggugurkan kewajiban saja.
PKB pun tidak sepenuhnya nyaman dengan koalisi unik ini. NU dan Muhammadiyah diharapkan bisa bersatu memilih pasangan Amin. Tapi, ternyata tidak segampang itu. Semua orang sudah tahu kemana suara NU dan Muhammadiyah tidak utuh kepada Amin.
Jokowi sudah kirim salam kepada Muhaimin Iskandar. Prabowo Subianto sudah membuka pintu rekonsiliasi. Tunggu apa lagi? Mau gabung ke koalisi besar, monggo. Mau ambil opsi parlemen jalanan, tafadhol.
Oleh: Dhimam Abror Djuraid, founder kempalan.com
