Drakor Politik Keluarga Jokowi

waktu baca 5 menit
Jimly Asshiddiqie (*)

KEMPALAN: Penyanyi rock Achmad Albar bernyanyi mengenai ‘’Dunia Panggung Sandiwara’’, ada peran wajar dan ada peran berpura-pura. Para politisi adalah aktor sandiwara yang paling handal di atas pentas dramaturgi. Presiden Joko Widodo memberi warning bahwa politik Indonesia lebih banyak drama mirip drakor, drama Korea.

Andai saja Jokowi pernah menjadi khatib Jumat, tentu dia tahu bahwa salah satu rukun khutbah adalah mengajak kepada takwa. Ketika khatib mengajak hadirin untuk bertakwa dia akan mengatakan ‘’Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada hadirin untuk bertakwa kepada Allah’’. Sebagai ‘’khatib bangsa’’ Jokowi harus mengatakan ‘’Saya mengingatkan diri saya sendiri dan kepada seluruh bangsa Indonesia supaya menjalankan demokrasi yang berkualitas dalam pilpres 2024 mendatang’’.

Nyatanya Jokowi berbicara seolah-olah dia berkhutbah dari atas bukit dan mengingatkan kaumnya supaya berpolitik yang bersih dan berkualitas. Jangan berpolitik dengan mengedepankan drama. Jangan bermain politik baper yang penuh air mata. Jokowi menyampaikan peringatan itu seolah-olah dia berada di tempat tinggi nan jauh, dan tidak terlibat dalam pusaran drama korea itu.

Pidato Jokowi itu laksana ‘’Khutbah di Atas Bukit’’, sebuah novel oleh Kuntowijoyo  budayawan Yogyakarta yang bercerita mengenai tokoh Barman yang tinggal di atas bukit dan mengkhotbahkan kebahagiaan kepada banyak orang, padahal dia tidak bahagia.

Khutbah Jokowi diberikan pada acara ulang tahun ke-59 Partai Golkar di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Senin (6/11). Jokowi  menyinggung kondisi politik Indonesia menjelang Pemilu 2024 yang disebutnya terlalu banyak drama seperti drama Korea.

Jokowi meminta semua pihak untuk memiliki pandangan yang sama untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas. Saat ini kita sudah masuk tahun politik tahun pemilu. Jokowi ingin kita semua memiliki pandangan yang sama bahwa dalam demokrasi yang namanya kompetisi politik itu biasa itu biasa, wajar, keinginan untuk menang itu juga boleh-boleh saja itu juga wajar, bertanding untuk menang itu hal yang sangat wajar, tapi yang harus tetap kita tunjukkan adalah demokrasi yang berkualitas. Begitu kata Jokowi.

Jokowi menilai kondisi politik saat ini penuh dengan drama. Pertarungan demokrasi seharusnya diisi dengan kompetisi adu gagasan, bukan adu perasaan. Jokowi melihat akhir-akhir ini terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya. Mestinya pertarungan gagasan, mestinya pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan. Kalau yang terjadi pertarungan perasaan repot semua kita. 

Jokowi mengingatkan agar menjaga kedamaian Pilpres 2024. Dia ingin para kontestan pilpres tidak jemawa jika menang, tidak murka jika kalah. Jokowi setuju dengan pernyataan bakal capres Prabowo Subianto bahwa setelah Pilpres 2024, para elite politik dapat bersatu kembali. Setelah berkompetisi bersatu kembali, rukun kembali, seperti pengalaman pribadi Prabowo pada pilpres 2019. 

Jokowi mengatakan Pilpres 2024 merupakan pertandingan sesama anggota keluarga dan sesama anak bangsa untuk Indonesia. Ini adalah pertandingan antar-anggota keluarga sendiri, antar sesama anak bangsa, yang sama-sama ingin membangun Indonesia.

Kalau lanskap politik Indonesia penuh drama sekarang ini maka Jokowi ialah aktor utamanya. Dia pemain watak terbaik di antara semua pemain yang ada. Bahkan, Jokowi bukan sekadar aktor utama, dia juga bertindak sebagai sutradara pengarah gaya sekaligus penulis skenario cerita.

Drama politik Indonesia sekarang berpusat pada keluarga Jokowi, anak dan menantu. Sehari berselang setelah khutbah di atas bukit itu Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) mengeluarkan keputusan mencopot Anwar Usman, adik ipar Jokowi, dari jabatan ketua MK.

Kalau ada festival sinetron politik paling laris tahun ini, maka sinetron politik keluarga Jokowi yang bakal menang. Kalau ada pemilihan sutradara dan penulis skenario drama politik terbaik tahun ini maka Jokowi akan menjadi pemenang mutlak tanpa saingan. Kalau ada pemilihan pemeran pembantu maka anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka akan menjadi pemenang. Kalau ada pilihan supporting actor terbaik maka Kaesang Pangarep dan Bobby Nasution—anak ragil dan menantu Jokowi—akan menjadi pemenang.

Drama politik Indonesia versi Jokowi semuanya berpusat pada keluarganya. Semua skenario yang tertulis rapi akan bermuara pada pilpres 2024, dan Jokowi sudah menulis skenario bahwa capres pilihannya yang akan menjadi pemenang.

Drama yang menegangkan adalah gugatan judicial review batas usia calon presiden dan wakil presiden ke MK. Banyak drama kecil di sekitar gugatan itu. Penonton sandiwara sudah sejak awal mencurigai ada skenario tersembunyi di balik gugatan itu. Anwar Usman sang paman, akan memuluskan jalan buat Gibran sang keponakan, supaya bisa melenggang menjadi calon wakil presiden.

Drama sidang putusan MK membikin tegang. Sang sutradara benar-benar piawai dalam memainkan emosi penonton. Dari lima gugatan yang diajukan–untuk mengubah batas usia 40 tahun menjadi 35 tahun–empat di antaranya ditolak. Ketika penonton sudah bersorak gembira, ternyata putusan gugatan kelima mementahkan empat keputusan lainnya. Gibran pun melenggang ke KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Hanya sutradara andal–yang menguasai panggung secara penuh–yang bisa mengarahkan adegan semacam ini. Adegan ini penuh risiko, tetapi sang sutradara sudah menghitungnya dengan cermat. Penonton gaduh bukan alang kepalang. Ketua MK dihujat dari berbagai sudut. Ia terdesak dan menyerah dengan membentuk Majelis Kehormatan.

Jimly Asshiddiqie sang ketua MKMK menjadi bagian dari drama. Ia mencopot Anwar Usman sebagai ketua MK dengan hormat, seolah-olah Anwar Usman masih layak diberi kehormatan. Jimly bermain cantik, meskipun belum ketahuan apakah permainannya menjadi bagian dari skenario atau tidak.

Keputusan MKMK masih menyisakan satu episode drakor yang besar lagi. Para hakim MK diberi sanksi, tapi keputusannya tetap sah. Ibarat permainan sepak bola, wasit–yang memberi hadiah penalti secara tidak sah—diberi sanksi, tetapi hasil pertandingan tetap tidak berubah. Bahkan, di dunia sepak bola tim Prabowo-Gibran harus dihukum kekalahan 3-0, karena memakai pemain yang tidak sah. Bukan itu saja, Tim Prabowo-Gibran bisa didiskualifikasi tidak boleh mengikuti kompetisi.

Tapi, itulah dramanya. Keputusan MK sekarang digugat lagi, tapi masih harus ditunggu apakah MK–tanpa Anwar Usman—akan bebas dari skenario besar. 

Jimly mengatakan bahwa ada intervensi besar terhadap keputusan miring Anwar Usman. Siapa yang melakukan intervensi itu? Jimly tidak mau mengungkap. Sangat mungkin sang sutradara besar berada di balik intervensi itu.

Oleh: Dhimam Abror Djuraid (Founder kempalan.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *