Piting Panglima TNI dan Cekikan Prabowo

waktu baca 5 menit
Prabowo dan Yudo Margono. (ist)

KEMPALAN: Quiz: Kepiting kepalanya dimana? Jawab: di ketiak.

Kepiting adalah sejenis hewan yang hidup di laut dan menjadi salah satu makanan laut favorit dimana-mana. Hewan berjangkang dan bercapit besar itu tidak mempunyai kepala, tetapi mempunyai mata. Karena itu, kalau ada pertanyaan dimana letak kepala kepiting pasti sulit menjawabnya.

Tapi, beda lagi kalau kepiting yang dimaksud adalah istilah bahasa Jawa ‘’piting’’ yang artinya mendekap leher seseorang. Kepiting artinya kepalanya terkena ‘’pitingan’’. Orang yang ‘’kepiting’’ berarti posisi kepalanya ada di ketiak pemitingnya.

Istilah ‘’piting’’ ramai di media sosial beberapa hari terakhir. Penyebabnya adalah pernyataan Panglima TNI Jenderal Yudo Margono bahwa untuk menghadapi demonstrasi masyarakat di Pulau Rempang TNI tidak perlu memakai senjata. Cukup satu orang anggota TNI ‘’memiting’’ satu demonstran, urusan akan selesai. Begitu kira-kira maksud pernyataan Yudo Margono.

Mungkin Yudo Margono tidak bermaksud memberi perintah kepada prajurit TNI untuk melakukan kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa. Tetapi, publik menginterpretasikannya sebagai pernyataan kekerasan. Nada bicara yang disampaikan Yudo Margono dalam instruksi itu terasa ada nuansa kekerasan.

Alhasil netizen pun riuh rendah. Banyak komentar dari netizen yang mengecam Panglima TNI yang dianggap tidak pro rakyat. Ada yang mengatakan bahwa TNI seharusnya memihak kepada rakyat, bukan memihak kepada investor asing.

Nuansa kekerasan sedang menjadi topik hangat di pemberitaan media. Berita lain menyebutkan bahwa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencekik leher dan menampar wajah Wakil Menteri Pertahanan Harvick Hasnul Qolbi dalam sebuah kesempatan rapat kabinet terbatas.

Mabes TNI pun buka suara soal viral video piting itu. Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Julius Widjojono mengatakan ada salah pemahaman atas pernyataan tersebut karena konteks yang berbeda. Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk menahan diri. Begitu kata Julius.

Soal istilah piting memiting, ia menyebut itu sebenarnya hal itu bagian dari bahasa prajurit, karena disampaikan di forum prajurit, yang berarti setiap prajurit “merangkul” satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan. Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit.

Tak pakai tunggu lama. Yudo Margono langsung meminta maaf atas pernyataan yang dianggap violent itu. Ia mengatakan bahwa sebagai anak desa ia terbiasa berbicara dengan bahasa ‘’wong ndeso’’. Istilah piting menurutnya tidak berkonotasi violent, malah sebaliknya bermakna ‘’friendly’’, karena tidak melibatkan senjata dalam perkelahian.

Kendati demikian Yudo menyatakan minta maaf kalau pernyataannya itu menimbulkan keonaran di publik. Yudo menegaskan posisi TNI yang tetap netral dalam penanganan kasus Pulau Rempang. Bahkan, sejak awal dia sudah menginstruksikan kepada jajaran TNI untuk tidak terlibat dalam masalah ini.

Sikap Yudo terbuka dan tanpa upaya ngeles.

Isu lain yang tidak kalah panas melibatkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang dikabarkan mencekik dan menampar Wakil Menteri (Wamen) Pertanian Harvick Hasnul Qolbi. Isu itu awalnya disebarkan oleh akun media sosial Seword. Narator Alifurrahman Asyari mengklaim mendengar kabar dari orang yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut bahwa menteri aktif di kabinet Presiden Jokowi mencekik dan menampar wakil menteri jelang rapat kabinet Istana.

Alifurrahman tidak menyebut menteri itu secara jelas. Tetapi dia memberi petunjuk menteri tersebut adalah calon presiden (capres). Spekulasi mencuat di aplikasi perpesanan seperti X hingga WhatsApp. Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi belum mereaksi isu ini.

Isu yang beredar menyebutkan bahwa Prabowo ingin meminta penjelasan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengenai proyek lintas kementerian yang melibatkan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pertanian. Disebutkan bahwa Prabowo kecewa karena merasa Kementerian Pertanian tidak kooperatif dalam proyek itu.

Kesempatan rapat gabungan hendak dipakai oleh Prabowo untuk meminta penjelasan. Tetapi, ternyata Menteri Syahrul tidak hadir dan mengirim wakil menteri. Sebelum rapat dimulai terjadilah insiden tampar dan cekik itu. Begitu versi Alifurrahman.

Insiden ini menjadi isu politik yang ramai, karena menteri pertanian dan wakilnya berasal dari dua partai yang sekarang pisah kongsi dengan koalisi Istana. Syahril berasal dari Partai Nasdem, sedangkan Harvick dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).

Prabowo merupakan bakal capres yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang semula didukung PKB. Koalisi ini kemudian membengkak setelah bergabungnya Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Gelora, kemudian menyusul Partai Demokrat yang baru bergabung 17 September 2023.

Sebelumnya PKB sempat tergabung dalam KIM, namun hengkang setelah ketua umum partainya, Muhaimin Iskandar, terpilih menjadi bakal cawapres pendamping Anies Baswedan di Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

Belum diketahui apakah insiden penganiayaan terhadap menteri PKB ada hubungannya dengan pecah kongsi koalisi politik. Kalau versi Seword ini benar maka peristiwa itu terjadi sekitar 2 September yang bertepatan dengan deklarasi pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Surabaya.

Belum ada keterangan langsung dari Prabowo. Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad membantah soal isu tersebut. Dia menyatakan ketua umunya, Prabowo, sudah sering diisukan miring. Dia pun meyakini masyarakat sudah pintar di tengah isu miring soal pemimpinnya.
Dasco pun menyerukan kepada kader Partai Gerindra dan mitra koalisi supaya tidak terprovokasi. Yang harusnya ramai di media adalah bergabungnya Partai Demokrat dengan Koalisi Indonesia Maju, tapi ternyata isu yang muncul malah negatif.

Pembelaaan justru datang dari Presiden Joko Widodo. Ia mengaku tidak tahu ada peristiwa tersebut. Namun ia menilai isu itu sengaja diembuskan pada tahun politik seperti saat ini. Jokowi cepat membela Prabowo karena dalam banyak kesempatan Jokowi terlihat mengendorse Prabowo sebagai capres pilihannya. Isu kekerasan politik oleh Prabowo itu bisa merugikan citra Prabowo yang selama ini sudah sering diisukan mempunyai karakter violent.

Kali ini Jokowi cepat tanggap menjadi juru bicara Prabowo untuk membersihkan capres endorsement-nya itu dari citra buruk. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *